𝟔𝟐. 𝐒𝐢𝐜𝐤 𝐇𝐨𝐬𝐩𝐢𝐭𝐚𝐥

3.3K 166 6
                                    

It seems like I have to choose one decision, be with you or have problems.

It seems like I have to choose one decision, be with you or have problems

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah koridor rumah sakit yang panjang dan luas. Cahaya terang memancar dari lampu-lampu panel di langit-langit, memberikan penerangan sempurna di sepanjang lorong. Dinding-dindingnya dilapisi dengan bahan yang mudah dibersihkan, didominasi warna-warna netral yang memberikan kesan tenang. Gema langkah sepatu kets dan hak tinggi terdengar samar, mengisi kesunyian di antara suster dan dokter yang berlalu lalang dengan tenang.

Tania terus menggenggam tangan Arisa saat mereka tiba di rumah sakit, mengikuti Bu Westnie yang menuntun mereka menuju ruangan tempat kepala sekolah berada. Sesekali, sorot mata Tania melirik Arisa, yang tampak enggan menyeret langkahnya lebih cepat. Kegelisahan jelas terlihat pada wajah Arisa, membuat Tania tak bisa menahan kekhawatirannya.

"Kamu kenapa, Arisa?" tanya Tania dengan lembut, memperlambat langkahnya agar sejajar dengan gadis itu. Suaranya penuh perhatian, mencoba mencari tahu apa yang mengganggu pikiran Arisa. Arisa hanya diam sejenak, menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya menjawab pelan, "Aku ... hanya merasa sedikit takut."

Tania menatapnya lebih dalam, merasakan berat di hati Arisa yang tak terungkapkan sepenuhnya. Namun, ia tahu bahwa saat ini bukan waktu untuk mendesak. "Nggak apa-apa, aku ada di sini," katanya dengan penuh keyakinan, menggenggam tangan Arisa lebih erat, berusaha menenangkan. Mereka terus melangkah bersama, dengan Izzaz di samping Arisa juga.

Bagaimanapun juga, Arisa harus menghadapi situasi ini. Sudah terlalu sering ia mencoba menghindar, namun kali ini berbeda; ini adalah masalah serius. Ia adalah korban pelecehan, dan tanpa bantuan Denial, mungkin nasibnya akan jauh lebih buruk. Kegusaran terlihat jelas di wajahnya saat mereka berjalan menuju ruangan yang dituju.

Izzaz, yang menyadari kegelisahan Arisa, segera menepuk lembut pundak pacarnya itu. Sentuhan kecil itu sontak membuat Arisa menoleh menatapnya, meskipun langkahnya tetap berjalan. Mata mereka bertemu sejenak, dan dalam pandangan itu, Izzaz seolah berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ia mencoba memberikan kekuatan melalui kehadirannya.

“Arisa, kamu nggak sendirian. Kita di sini buat kamu,” kata Izzaz pelan, tapi penuh keyakinan. Arisa hanya mengangguk pelan, meskipun hatinya masih dipenuhi kecemasan. Ia tahu bahwa menghadapi kenyataan ini bukanlah hal yang mudah, tapi dengan Izzaz di sampingnya, setidaknya ada seseorang yang bisa ia andalkan selain Denial, mungkin.

Dengan perasaan yang bercampur aduk, Arisa melanjutkan langkahnya. Bayangan tentang kejadian saat kepala sekolah mencoba melecehkannya perlahan menghantui pikirannya, tapi ia sadar bahwa ini adalah saatnya untuk berhenti berlari dari ketakutan. Ia harus menghadapi kenyataan, demi dirinya sendiri, dan demi keadilan yang layak ia dapatkan.

Marriage With The Devil (GHOST CURSED) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang