"Emm kak Dika mana ya kak?". Tanya Pipit mencari keberadaan Dika, biasanya Dika selalu bersama dengan Sagara dkk, namun kali ini ia tak berada di antara mereka.
"Ngapain lu nyariin cowo gue?". Tanya Luna saat datang bersama Dika, ia menarik kursi dan duduk di samping Rakha.
"Ehh eng-engga, gue cuman bingung aja, tumben ga bareng Kak Rakha"
"Bwahahahahaha.... maaf ya pitt, muka nya gausah panik gitu dong santai aja, gue ga bakalan makan lo kok"
Pipit tak menjawab, ia hanya diam sembari memilin rok yang ia kenakan, ia gugup dengan situasi ini.
Adara yang peka akan itu langsung memegang tangan Pipit.
"Udah gausah dipikirin". Bisik Adara dan dijawab senyuman oleh Pipit.
"Baksooo datang". Teriak Vio dengan suara cempreng nya, ia datang membawa pesanan teman temannya disusul Irsyad dan ibu kantin di belakangnya.
"Heh ngomong nya biasa aja bisa ga? Sakit nih kuping gue, suara lu kek tikus kejepit". komentar Adara menutup telinganya yang berdenging akibat teriakan vio.
"Dihh, iri kan lo? secara suara gue merdu, kayak Tiara Andini". Balas vio dengan percaya dirinya.
"Amit amit, suara gue lebih merdu dari lo"
"Serah"
"Tumben nih anak diem, biasanya juga ngereok". Batin Vio menatap ke arah Pipit yang terdiam dan terus menunduk, tak biasanya Pipit seperti ini.
"Sayang bakso aku mana". Ucap Luna dengan nada di imut imutin, membuat adara dan kedua sahabat nya ingin muntah, mereka menatap Luna malu.
"Kamu mau bakso juga?". Tanya Dika dan di jawab anggukan oleh Luna.
"Yaudah tunggu disini aku pesenin dulu ya?". ucap Dika sembari mengusap lembut rambut Luna dan berlalu pergi memesan bakso untuk kekasihnya.
Tak ada yang memulai obrolan, mereka hanya fokus memakan bakso masing masing.
Sedangkan Luna terus memerhatikan wajah tampan Rakha dari samping, merasa di perhatikan Rakha menoleh ke arah Luna membuat Luna langsung salah tingkah, Rakha yang melihat itu hanya acuh dan kembali menyantap baksonya, ia merasa sedikit risih jika terus ditatap saat makan, namun ia berusaha untuk acuh.
"Ganteng banget, pokok nya gue harus miliki Rakha bagaimana pun caranya". Batinnya dan kembali menatap Rakha yang kembali menikmati baksonya.
Rakha mengernyit kebingungan melihat tingkah Luna, yang sedikit berbeda walaupun ia sedang makan namun sudut matanya bisa melihat apa yang Luna lakukan.
"Dia kenapa?"
Sebenarnya Rakha sudah mengenal Dika dan Luna sedari kecil, hubungan ketiganya bagai kakak beradik, mereka selalu bersama kemana pun mereka pergi, tidur bersama, makan bersama selalu mereka lakukan sedari kecil lantaran rumah mereka yang berdekatan. Namun persahabatan mereka perlahan merenggang akibat Luna dan Dika yang memiliki perasaan lebih dari seorang teman, mereka menjalin hubungan di belakang Rakha secara diam, ingin rasanya mereka berkata jujur kepada Rakha namun mengingat Rakha pernah mengatakan bahwa ia tidak ingin ada hubungan lebih dari seorang sahabat di antara mereka bertiga, membuat Dika dan Luna mengurungkan niat mereka untuk berkata jujur kepada Rakha.
Bukan Rakha namanya jika ia tak mengetahui hubungan mereka, ia hanya membiararkan Luna dan Rakha menjalin hubungan mereka sampai mereka sendiri yang mengatakan nya kepada Rakha.
Lambat laun hubungan keduanya semakin erat, dan memutuskan untuk berkata jujur kepada Rakha, mereka akan menerima konsekuensinya namun respon Rakha membuat mereka legah, lantaran rakha mendukung hubungan mereka berdua dan tak mempermasalahkannya, Rakha juga mengatakan jika ia sudah mengetahuinya sedari lama, hanya saja ia menunggu Dika dan Luna yang mengatakannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden Rakha Dhaneswara // TAMAT (REVISI)
Teen Fictiondipertemukan secara tidak sengaja di koridor sekolah. "Aduhhh" ringisnya saat jatuh di lantai. Rakha hanya memandang gadis itu menampilkan raut wajah tanpa ekspresi. "Kalau jalan liat liat dong, buta lo?" Teriak gadis itu di depan Rakha. Rakha yang...