Hari ini Mala bersama dengan teman temannya kembali ke sekolah.
Semenjak kejadian kemarin hubungan mereka semakin akrab. Pipit pun sudah bisa kembali ke sekolah.
"Woi... camping yok, ntar camping dirumah gue". Ucap Abi kepada teman temannya, saat ini mereka sedang berada di kantin.
"Widih sabi". Timpal Adara.
"Gue ngikut bae lah". Timpal Gibran.
"Gue juga ikut". Timpal mala.
"Okee deh, ntar tinggal beli bahan bahannya trus kita barbeque an". Timpal Abi.
"Wokeyyy dehhh". Ucap mereka bersamaan.
Saat mereka tengah asik mengobrol, Naura datang menghampiri mereka.
"Hii... gue boleh gabung ga?". Ucap nya sok akrab.
"Lo ga liat udah penuh?". Timpal Adara sinis.
"Tapi itu masih ada kursi kosong". Ucap Naura melirik ke arah kursi di samping Pipit.
"Itu kuris gue". Ucap Dika datang dari arah belakang mereka.
"Nah lo liat sendiri kan? Udah PENUHHHH". Timpal Adara dengan menakankan kata penuh.
Naura yang mendengar itu hanya bisa tersenyum ke arah Adara.
"Ooo yaudah kalau gitu". Ucap Naura dan berlalu pergi.
"Awas aja lo Adara, lo udah mempermalukan gue di depan mereka, tunggu aja pembalasan gue ". Ucap Naura membatin.
"Gaboleh gitu lah Ra, sinis amat dah". Ucap mala.
"Jujur gue ga suka sama dia sumpah". Ucap Adara to the point.
"Iya Ra, gue tahu gue juga ga suka, tapi ga segitunya juga, lo gaboleh nyinggung perasaan orang lain". Timpal mala.
"Yaudah sih mal biarin aja dia sadar diri". Ucap Adara, sedangkan mala hanya bisa geleng geleng.
"Udah sayang biarin aja, lagian dia bukan siapa siapa kita". Timpal Rakha, Naura yang tak sengaja mendengar itu merasa hatinya tercabik cabik, orang yang selama ini ia cari, ia nanti, ia damba dambakan ternyata tak pernah menganggap dirinya ada, sakit itulah yang Naura rasakan saat ini.
"Hahaha... jadi kamu ga pernah anggap aku ada ya rak, ternyata aku hanyalah teman kecil mu yang sekedar bayang bayang mu, aku nantiin kamu, aku selalu nunggu kamu nyari aku, salah aku juga sih terlalu berharap haha...". Ucap Naura membatin ia benar benar merasa sakit hati dengan ucapan Rakha.
"Dia kan sahabat kecil kamu sayang". Timpal Mala.
"Masa lalu ya masa lalu sayang, aku ga peduli, yang jelas kamu sekarang cewe ku, dan aku harus menjaga perasaan mu, aku tak ingin kamu cemburu". Ucap Rakha seraya mentoel hidung mala.mala yang mendengar itu dibuat salah tingkah.
"Ekhmm... siapa juga yang cemburu". Timpal mala.
"Jadi ga cemburu sayang?". Goda Rakha.
"Engga, paan dah cemburu cemburu". Timpal Mala berbohong.
"Yaudah sayang, aku samperin Naura dulu ya". Ucap Rakha namun tangannya langsung di tahan oleh mala.
"Engga... iss gaboleh". Ucap mala lalu menarik tangan Rakha kedalam pelukannya.
"Katanya ga cemburu". Goda Rakha.
"Iya aku cemburu, jangan deket deket cewe lain". Ucap mala.
"Gitu dong sayang ngaku". Timpal Rakha.
Teman temannya yang melihat itu hanya bisa tersenyum, mereka sudah terbiasa dengan itu.
Berbeda dengan Abi yang diam termenung ia memikirkan Jamila yang entah hilang kemana.
"Broo... tumben diem?". Tanya Irsyad sembari menepuk bahu Abi.
"Jamila sat belum ketemu, gue takut dia kenapa napa, mana kutunya masih banyak, moga aja yang nyulik Jamila ketularan kutunya". Ucap Abi menimpali.
"Coba cari lagi Bi, atau mungkin Jamila ke tetangga lu kali, biasanya kan ngerumpi disana". Timpal Irsyad.
"Tapi kemarin Jamila ngilang pas geng HAMSTER datang, jadi Jamila ilang di markas, mana bisa ke nyasar le tetangga gue". Ucap Abi menimpali.
"Iya juga ya, lo sabar aja Bi, Jamila gapapa kok kalau dia kangen pasti balik ke lo". Timpal Irsyad menenangkan Abi.
"Amin makasih ya". Ucap Abi tulus.
"Iya bro sama sama". Timpal Irsyad.
Teng... teng... teng...
Bunyi Bell pertanda jam istrahat telah selesai dan akan dilanjutkan ke jam pelajaran berikutnya.
"Eh bell nya udah bunyi tuh, balik ke kelas yok". Ucap vio mengajak Pipit, Adara dan Mala.
"Yokkk". Timpal adara dan Mala bersamaan.
"Sayang aku duluan ya". Ucap Mala.
"Iyaa sayang semangat belajarnya". Timpal Rakha.
"Iya sayang, kamu juga ya awas aja bolos". Ucap Mala sembari berjalan keluar dari kantin.
"Iya sayang". Timpal Rakha lagi.
Saat Mala , Pipit dan juga Adara meninggal kan kantin Gibran langsung buka suara.
"Bolos yok". Ajak Gibran.
Jtakkk...
"Aduhh sakit njir". Ucap Gibran mengadu saat Irsyad dan Abi melayangkan jitakan ke arahnya.
"Baru juga mala ngomong jangan bolos, lu udah ngajakin bolos tai". Ucap Abi.
"Hhe gue lagi males belajar Kimia". Timpal Gibran.
"Itu mah lu bukan kita". Ucap Abi menimpali.
"Iya dah iya, lu pada mah rajin, oiya Dika gue pengen nanya, selama lo diangkat jadi seorang CEO susah ga? Kerjaan banyak?". Tanya Gibran, iia benar benar penasaran.
"Hmmm... kadang capek, harus kesana kemari liat proyek, meriksa laporan inilah itulah, intinya banyak dan jadi seorang CEO itu ga gampang". Timpal Dika.
"Gitu ya... kalau pak boss gimana? Kan udah lama menjabat sebagai seorang CEO". Tanya Gibran, yapss Rakha memang sudah lama menjadi seorang CEO namun hanya diketahui oleh keluarga dan teman dekatnya.
"Ya sama aja, seperti yang dikatakan Dika, tapi gue punya tangan kanan yang siap untuk mengerjakan tugas dan pekerjaan gue". Timpal Rakha.
"Napa lu nanya nanya? Pengen jadi CEO juga?". Tanya Abi.
"Kaga... gue cuman penasaran aja, lagian gue pengen nikmatin masa muda gue dulu, gue belum siap biarkan si Irsyad aja yang jadi CEO". Timpal Gibran.
"Kaga..., gue juga masih pengen menikmati masa muda gue bareng ayang vio". Ucap Irsyad menimpali.
"Si kampret, lu sadar diri lah tai, kalau lo pengen bareng si vio, lo harus nafkahin dia lah, masa iya ntar lo nikah lo ga nafkahin istri lo, mau di kasi makan apa anak orang, batu?". Ucap Gibran sedikit kesal.
"Uang bunda sama ayah kan banyak, jadi gampang lah". Timpal Irsyad dengan enteng nya.
"Ciaelah lo gaboleh cuman ngarepin hartaayah sama bunda ya tai, lo harus berusaha sendiri lah". Ucap Gibran.
"Dih so soan nasehatin gua lu, kek lu ga akan ber istri aja". Timpal Irsyad.
Saat mereka tengah berdebat, tanpa mereka sadari sedari tadi pak Jarwo menatap ke arah mereka penuh emosi.
"BELL SUDAH BERBUNYI SEDARI TADI! ΚΕΝΑΡΑ ΚKALIAN MASIH DISINI HAH! KEMBALI KE KELAS KALIAN, ATAU SAYA JEMUR DI BAWAH TIANG BENDERA". Teriak pak Jarwo membuat mereka spontan berlari menuju kelas mereka masing.
"Etdah buset, sejak kapan tuh pak botak ada disitu?". Tanya Abi dan terus berlari.
"Jangan tanya gue nyet, emang gue bapaknya apa". Timpal Gibran.
"GAUSAH BANYAK BACOOTTT"
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden Rakha Dhaneswara // TAMAT (REVISI)
Teen Fictiondipertemukan secara tidak sengaja di koridor sekolah. "Aduhhh" ringisnya saat jatuh di lantai. Rakha hanya memandang gadis itu menampilkan raut wajah tanpa ekspresi. "Kalau jalan liat liat dong, buta lo?" Teriak gadis itu di depan Rakha. Rakha yang...