Chapter 33

812 45 8
                                    

"YaAllah pengen menghilang". Batin Mala.

"Bwahahhaa sekolah yang bener dulu ya dek, soal nikah belakangan". Timpal waiters tampan itu membuat Mala seketika meledakkan tawanya.

Bwahahhaha.... Denger tuh Vi sekolah dek, bwahahahhaa...."

Seluruh pasang mata menatap kearah Mala.

"Kenapa teman teman gua pada begini ye modelannya". Batin Adara heran.

"Iss tapi Vio mau nikah sama mass nya gimana dong? Soalnya saya udah jatuh hati pada pandangan pertama mas". Timpal Vio, urat malunya benar benar telah putus.

"Udahh mass, gausah ditanggepin teman saya". Ujar Adara merasa malu dengan kelakuan temannya.

"Ntar dulu mas, kenalan dulu dong". Ujar Vio menarik tangan waiters tampan itu.

"Kenalin nama aku violeta Aurelia Bintang, panggil aja sayang". Ujar nya seraya tersenyum manis.

"Cantik". Batin seseorang.

"Gue Langit". Timpalnya.

"Emang sih jodoh ga kemana mana, pasti bakalan sama sama terus, contohnya Langit dan Bintang hhe". Ujar Vio diakhiri kekehannya.

"Udah mas saya bilang gaudah ditanggepin, makin menjadi jadi anaknya". Timpal Adara.

"Baiklah saya permisi dulu ya mbak, silahkan dinikmati". Ujarnya sopan seraya melemparkan senyum manis kearah mereka dan berlalu pergi.

"Argghhh manis baget co...". Ucapan Vio terhenti ketika Adara memasukkan sepotong daging ayam kedalam mulutnya.

"Hmm makan nih, gausah ngebacot lu". Kesal Adara.

Disisi lain Rakha dkk tengah berada di markas Drak Moon sembari menonton botak kembar.

"Boss lo beneran udah jadian sama Mala?". Tanya Gibran .

"Hmmmm". Jawab Rakha dengan dehmm an.

"Kapan?". Bukan Gibran yang bertanya melainkan Dika.

"Lusa kemarin". Jawab Rakha dengan mata yang tetap fokus memerhatikan botak kembar.

"Kok bisa bos? Gue liat Mala nolak gitu, lo paksa ape gimane?" Tanya Abi kepo.

"Kalah Taruhan". Timpal Rakha.

"Hah?" Beo mereka.

Rakha hanya acuh dan kembali fokus menonton botak kembar.

"Au ahh gua mau balik" Ujar Abi.

"Tumben? Biasanya juga gamau balek lu? Ape nyokap bokap lu dirumah?" Tanya Irsyad.

"Kaga, gue pengen istrahat aja". Timpal Abi.

"Lu kan bisa istrahat di kamar markas, ngapa harus balek?". Tanya Irsyad lagi.

"Aaaa kamu gamau aku pergi yaa?". Tanya Abi dengan nada dibuat semanja mungkin.

"Anjing, balik aja dah lu". Ujar Irsyad mengumpat.

"Kok A'a gitu cii". Timpal Abi mendapat lemparan bantal dari Dika.

"Hhe yaudah ah, gua mau balek babay cemua, mmmuachhhhh". Mereka menatap Abi ngeri.

"Kok gue merinding ye".

Abi berjalan keluar dari markas menuju parkiran, lalu memakai helm full face nya dan langsung menancap gas menuju rumahnya.

Sepanjang perjalanan Abi memikirkan sesuatu yang terus saja mengganggu pikirannya, hingga ia sampai dirumahnya.

Abi memasukkan motor kesayangannya kedalam garasi, lalu berjalan memasuki rumahnya.

"Hufttt.. haus banget" ujar Abi lalu melangkah menuju dapur untuk minum.

Glekk... glek... glek....

"Huaa seger BGT". ujarnya lagi lalu berjalan keluar menuju ruang tamu.

"Abang tukang bakso mari mari sini aku mau beli". Bunyi nada dering ponsel nya.

"Kenapa gib nelpon gua ya? Perasaan baru nyampe dah kangen aja". Ujar Abi lalu mengangkat panggilan telfon dari Gibran.

"Hallo kenapa gib? Kangen sama gue?". Tanya Abi.

"Gapapa Bi cuman tertekan aja". Timpal Gibran dari sebrang sana.

"Gausah dipendem Gib, gue siap kok jadi pendengar yang baik buat lu". Ujar Abi.

"CUMAN TERTEKAN EGEEEE". Ujar Gibran kesal.

"Yaelah sama sahabat sendiri, gausah dirahasiain lah gib, cerita ajalah gue siap kok dengerin cerita lo, namanya juga manusia ada bae masalahnya, lu yang sabar aja ya gib, gue yakin semuanya akan kembali seperti semula". Ujar Abi menyemangati.

"GUA BILANG TERTEKAN GOBLOK!!! GUA LAGI NGAMBIL HP DI KANTONG GUA, TRUS GASENGAJA NOMOR LU TERTEKAN ANJING". Ujar Gibran emosi.

"Ye si babi, itu namanya KETEKAN bego, tertekan tertekan bangsat". Timpal Abi ikut emosi.

"Sama aja ege, bedanya dimana coba". Timpal Gibran.

"Ya bedalah Goblok, tertekan itu kek lo tertekan karena lo punya masalah, sedangkan ketekan itu lo gasengaja tekan atau mencet sesuatu tanpa lo sengaja bego". Timpal Abi kesal.

"Oh". Balas Gibran beroh ria.

"ASU". Abi merasa kesal dengan balasan Gibran yang hanya beroh ria, dan ia segera mematikan panggilan secara sepihak sangking kesalnya.

"Dasar kawan gubluk tertekan tertekan tai babi gitu aja gatau, mana gua laper lagi njing, kira kira bibi masak apa ya?" ujarnya sembari mengelus elus perutnya yang keroncongan.

Abi melangkah menuju meja makan, biasanya bi Julela sudah menyiapkan makanan untuk Abi, setelah itu Bi Julela akan pulang kerumahnya karena ia hanya bekerja dari jam enam pagi hingga jam duabelas siang, dan bi Julela akan kembali bekerja jam tiga sore dan pulang jam enam setelah membuat makan untuk Abi.

Abi hanya tinggal sendiri, karena orangtua Abi bekerja diluar negeri. Terkadang mereka akan mengunjungi Abi sebulan sekali sangking sibuknya.

"Hufttt... gimana sih rasanya makan bareng keluarga? Gue juga pengen makan bareng, bercanda bareng, kenapa sih mama sama papa hanya mentingin pekerjaan mereka? Gue ga butuh ini semua gue butuh mereka bukan uang mereka".

Bersambung.....

Raden Rakha Dhaneswara // TAMAT (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang