Saat ini Rakha bersama dengan teman temannya sedang berada di parkiran SMA Mega Nusantara.
"Markas kuy". Ajak Abi.
"Kuyy". Timpal mereka.
"Keknya gue ga ikut deh, gue ada urusan". Ucap Pipit.
"Mau kemana pit?" Tanya mereka.
"Gue ada urusan hhe". Timpal Pipit.
"Ya urusan apa pit?". Tanya Adara, tak biasanya Pipit menolak ajakan nya.
"Ada deh kepo lu". Timpal Pipit.
"Aiss kampret, yaudahlah kalau gitu gue juga ga ikut kalau lo ga ikut" ucap Adara.
"Udah Ra ikut aja loh, gue ada urusan nih, yaudah ah gue duluan ya bye semuanya". Timpal Pipit dan langsung berlari keluar dari parkiran,ia sudah memesan taxi yang menunggunya diluar.
"Pipit kenapa ya, ga biasanya kek gini, gue yakin dia nyembunyiin sesuatu dari kita" ucap Adara kepada teman temannya.
"Mungkin Pipit memang punya urusan Ra, ga semua urusan pipi harus kita tahu, dia juga punya privasi" timpal mala.
"Iya sih mal, tapi perasaan gue ga enak aja, gue takut terjadi sesuatu yang tak di inginkan dengan Pipit". Ucap Adara lagi.
"Gue juga mal, gue ngerasa Pipit nyembunyiin sesuatu dari kita". Ucap vio menanggapi.
"Gue punya ide, gimana kalau kita ikutin Pipit aja?". Ucap Abi yang sedari tadi hanya diam menyimak.
"Ide bagus, mending kita selidiki aja' Timpal Gibran menyetujui ucapan Abi.
"Kata gue sih ga usah deh, ini berlebihan takutnya Pipit malah risih". Ucap Irsyad menanggapi.
"Ya kita kan ga nampakin diri, kita awasin dari jauh aja, gue yakin Pipit nyembunyiin sesuatu". Timpal Adara.
"Gue ikut aja sih". Ucap mala.
"Kalau lo boss? Menurut lo gimana?". Tanya Abi kepada Rakha.
"Gue ngikut kalian aja". Timpal Rakha.
"Yaudah fikss kita selidiki Pipit". Ucap Adara.
"Yoii, keknya taxi Pipit belum jauh nih, kita ikutin aja". Timpal vio, dan mereka pun menaiki kendaraan masing masing, Rakha dengan mala, Abi dengan vio, Gibran dengan Adara, dan Irsyad dengan Jamila.
Disisi lain Lingga masih berada di ruang BK, pastinya ia tengah mendapat kata kata mutiara dari pak Tejo.
"Saya tanya ke kamu, tujuan kamu datang ke sekolah cuman tidur? Kamu ga mikirin perasaan orang tua kamu seperti apa hah? Orang tua kamu capek capek banting tulang nyari uang biar kamu bisa sekolah, kamu malah enak enakan tidur". Ucap ak Tejo mengomeli Lingga.
"Orang tua saya ga banting tulang kok pak, malah mereka cuman nyantai dirumah tapi uang nya ngalir, ga kek bapak harus susah susah ngajar baru dapet uang". Timpal Lingga dengan santainya.
"Dasar anak tidak tahu sopan santun, saya heran dengan orang tua kamu, seperti apa mereka mengajar kamu sehingga kamu menjadi anak pembangkang seperti ini, saya tidak heran sih orang kaya ngajar anaknya cuman foya foya". Ucap pak Tejo masih menahan emosi.
"Ya itu urusan saya dan keluarga saya dong pak, seperti apapun mereka ngajar saya dirumah itu bukan urusan bapak, mending bapak urus keluarga bapak sendiri deh gausah ngurus keluarga orang.
Lagian disekolah ini saya bayar kok, bukan beasiswa jadi suka suka saya dong, kalian punya aturan saya juga punya aturan sendiri, masa saya yang bayar saya juga yang harus ngikutin aturan kalian, lagian nih ya pak, saya ga belajar yang goblok saya kan? Bukan bapak? Kenapa bapak harus repot ngurus saya? Hadeh otak dipake lah pak guru kok tolol". Ucap Lingga dengan santainya dan pergi begitu saja meninggalkan pak Tejo yang sedang menahan emosi, ini kali pertama pak Tejo menangani siswa pembangkang seperti Lingga, meskipun Sagara termasuk anak yang pemberontak namun ia masih memiliki sopan santun dibandingkan dengan Lingga.
Brakk....
Pintu dibanting begitu saja oleh Lingga membuat pak Tejo yang sedang melamun terlonjak kaget.
Pak Tejo hanya bisa geleng geleng kepala melihat tingkah Lingga.
"Orang kaya memang beda..."
Saat ini Rakha dkk tengah berada didepan rumah sakit, saat mereka mengikuti Pipit, tiba tiba saja taxi yang ditumpangi Pipit berbelok ke arah rumah sakit.
Mereka terus memantau pergerakan Pipit, hingga Pipit memasuki rumah sakit.
"Pipit ngapain masuk rumah sakit?". Tanya Adara kebingungan.
"Gue juga gatau Adara, apa keluarganya ada yang sakit ya? Tapi bukannya keluarga Pipit diluar negeri semua ya? atau temannya Pipit ada yang sakit? Tapi cuman kita sahabatnya Pipit, aish bingung gue, mending masuk aja lah yok". Ucap vio sembari menarik tangan Adara.
Adara yang tiba tiba saja ditarik oleh Vio hanya bisa pasrah.
Dan mereka pun masuk diikuti Rakha dkk.
"Permisi sus, tadi liat siswa pake seragam SMA, rambutnya sebahu masuk ke sini ga?". Tanya Adara kepada suster yang kebetulan lewat.
Tampak suster itu terdiam seperti sedang berfikir.
"Cewe ya mbak?". Tanyanya.
"Engga mbak waria". Jawab Abi.
"Bukan waktunya bercanda tai". Ucap
Gibran menoyor kepala Abi."Lagian susternya aneh, udah tahu rambutnya sebahu ya cewelah pake nanya". Timpal Abi, sedangkan susternya hanya cengengesan.
"Mungkin maksud kalian mbak Pipit ya?". Tanya suster itu, membuat mereka serempak menganggukkan kepalanya.
"Loh suster kenal?". Tanya mala.
"Kenal lah mbak, orang mbak Pipit tiap minggu datang ke sini cuci darah". Ucap Suster itu dan langsung menutup mulutnya seolah keceplosan.
"APAAA...? CUCI DARAH?". Ucap mereka bersamaan.
"Aduh nih mulut napa pake keceplosan sih, bisa di amuk mbak Pipit ini". Batin Suster merutuki kebodohannya.
"Eh maksud saya anterin mama nya cuci darah hhe". Ucap suster lagi.
"Suster jangan boong deh, jelas jelas bundanya Pipit diluar negeri, mending suster jelasin ke kita sekarang". Ucap Mala kepada Suster.
"Aduh..... emm... gimana ya mbak, saya takut di amuk mbak Pipit, soalnya mbak Pipit udah ngomong sama saya semisal ada yang nanya gausah di jawab". Timpal suter gugup.
"Udah sus tenang aja, Pipit ga akan marah, jadi saya minta suster cerita semuanya dari awal ya, jangan sampai ada yang kelewat". Ucap mala.
"Baiklah saya akan cerita semuanya, sebelum saya cerita ada baiknya kita duduk di taman rumah sakit saja". Ucap suster lalu menuntun mereka menuju taman rumah sakit.
"Ya Allah pit, apa yang terjadi sama lo". Batin Adara.
Saat mereka sampai di taman, suster langsung menuntun mereka untuk duduk di kursi taman.
"Saya akan cerita semuanya, waktu itu mbak Pipit pingsan dan di antar seorang pria ke rumah sakit, pas di periksa ternyata mbak Pipit menderita gangguan ginjal yang membuat mbak Pipit harus cuci darah tiap minggunya, beberapa minggu kemudian dokter kembali mengabarkan bahwa mbak Pipit menderita kanker otak, yang pastinya membuat mbak Pipit langsung drop, kondisi mbak Pipit semakin parah, dokter selalu menemani mbak Pipit untuk menjalani kemoterapi, namun mbak Pipit sepertinya sudah pasrah, mbak Pipit hanya minum obat dan sudah jarang datang kerumah sakit, namun beberapa bulan yang lalu mbak Pipit kembali pingsan dan orang yang selalu menemani mbak Pipit datang membawanya, menemani mbak Pipit kemoterapi, cuci darah, dan mbak Pipit kembali lagi rutin cuci darah". Ucap Suster menjelaskan, mereka yang mendengar itu dibuat syok, tanpa sadar air mata mereka keluar begitu saja.
"Apa ini? Ini ga bener kan? Gue yakin ini ga bener". Batin mala.
Adara yang mendengar berita mengejutkan itu langsung jatuh pingsan.
bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden Rakha Dhaneswara // TAMAT (REVISI)
Tienerfictiedipertemukan secara tidak sengaja di koridor sekolah. "Aduhhh" ringisnya saat jatuh di lantai. Rakha hanya memandang gadis itu menampilkan raut wajah tanpa ekspresi. "Kalau jalan liat liat dong, buta lo?" Teriak gadis itu di depan Rakha. Rakha yang...