Chapter 43

733 66 11
                                    

"Rambut lo jelek, gue bantu rapihin yaa....". Ujar Rakha dengan nada lembut, namun terdengar begitu menyeramkan.

"Gu-gue gamau". Ucap Clarissa terbata bata.

"Hmm... tapi rambut lo jelek gimana dong, gue kan ga suka". Timpal Rakha masih dengan nada lembutnya.

Seolah terhipnotis dengan ucapan Rakha, Clarissa dengan spontan mengangguk membuat senyum Rakha seketika merekah, bukannya terlihat manis, senyuman Rakha terlihat berbeda, sepertinya ia sedang merencanakan sesuatu, dengan cepat ia mengambil gunting dan mulai memotong rambut Clarissa.

"Gilaaaa....". Batin Abi melihat cara Rakha memotong rambut Clarissa.

Sagara memotong rambut Clarissa dengan sembarang ada yang pendek, panjang, poni yang dipotong pendek yang terlihat seperti orang gila.

"Nahh Cantik...". Ucap Rakha setelah memotong rambut Clarissa.

Seketika pipi Clarisa merah merona saat dipuji Rakha, bahkan rasa sakit di kedua pipinya hilang seketika.

"Karena lo udah cantik, jadi gue bebasin tapi dengan satu syarat". Ucap Rakha seraya berbisik tepat di samping telinga Clarissa.

Mendapat secercah harapan untuk keluar, Clarissa langsung mengangguk.

"Apa syaratnya?". Tanya Clarissa.

Rakha mulai membisikkan syarat yang harus dipenuhi oleh Clarissa, tampak mata Clarissa membulat sempurna entah apa yang dibisikkan Rakha kepadanya.

"Gimana?". Tanya Rakha menjauh dari Clarissa.

"Gu-gue...". Ucap Clarissa terbata bata.

"Gue apa hmm?". Timpal Rakha menatap mata Clarissa dalam dalam.

Lagi lagi Clarissa terhipnotis dengan tatapan Rakha.

"Gue akan lakuin". Ucap Clarissa membuat Rakha tersenyum dan langsung mengusap rambut Clarissa yang telah ia model sedemikian rupa.

Mendapat perlakuan manis dari Rakha, Clarissa merasa memiliki secercah harapan untuk mendekati Rakha, sepertinya ia telah masuk kedalam permainan Rakha.

Disisi lain Adara, Vio, dan Pipit tengah berada dirumah sakit, mereka datang untuk menjenguk Mala.

"Mal... maafin kita ya, kita bukan Sahabat yang baik, buktinya lo dalam kesusahan kita ga ada buat bantuin lo"Ucap Adara meminta maaf, ia benar benar menyesal tak membantu Mala saat itu.

"Engga kok, menurut gue lo semua sahabat gue yang paling berharga, kalian udah aku anggap sebagai keluarga gue sendiri, yang lalu biarin aja berlalu". Timpal Mala dan mereka langsung berpelukan layaknya teletabis.

"Gue janji bakalan jagain lo mall...". Ucap Adara sungguh sungguh.

"Ciaelah, kek pemberani aja lu, jagain diri sendiri aja gabisa, apalagi jagain gue". Canda Mala.

"Segitunya lu mall..., gue kan bermaksud baik tapi melihat respon lu gitu, jadi gue batalin". Ucap Adara ikut menimpali candaan mala.

"Iya deh iyaa serah lo aja, oiya pit, lo sakit? Dari tadi gue liat lo diam mulu, muka lo juga pucat". Ucap Mala seraya memandang Pipit cemas.

Merasa diperhatikan, Pipit langsung merubah mimik wajahnya menjadi ceria.

"Ah Eng-Engga kok..., gue gapapa cuman ga pake liptin aja tadi makanya pucet hhe". Ucap Pipit.

"Yang bener pit? Lo ga nyembunyiin apa apa kan dari kita? Kita keluarga tau Pit, kalau punya masalah jangan dipendem, cerita ke kita". Ucap vio serius.

"Bukannya aku gamau cerita ke kalian, tapi aku takut ini jadi beban pikiran kalian, aku gamau itu terjadi, aku bakalan usahain habisin sisa hidup gue bersama kalian". Batin Pipit sembari menatap teman temannya.

Raden Rakha Dhaneswara // TAMAT (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang