"Kak... Bunda sama Ayah kak, bunda sama Ayah ninggalin Mala". Mala langsung menumpahkan tangisannya dalam pelukan Kevin, Kevin membalas pelukan Mala, ia memberikan semangat untuk Mala agar tak berlarut dalam kesedihan.
"Sttt Adek kakak harus kuat okey? Kita bisa laluin ini sama sama, adek kakak jangan nangis dong, cantiknya jadi ilang". Meskipun sama sama merasakan sakit, Kevin tetap berusaha tegar di depan mala, ia tidak ingin terlihat lemah didepan Mala, ia tak ingin membuat Mala semakin larut dalam kesedihan.
"Kak... Mala mau cerita sama siapa lagi?, Mala mau bercanda sama siapa lagi? Bunda sama ayah udah pergi ninggalin Mala kak, Mala mau ikut Ayah sama Bunda aja kak, Mala gabisa tanpa mereka". ucap Mala sesegukan.
"Mala mau ninggalin kakak juga hmm? Kakak sama siapa dong kalau Mala ninggalin kakak juga, Mala tega sama kakak? Mala tega ninggalin kakak sendiri? Mala tega liat kakak nangis tiap hari?". Tanya Kevin berusaha menahan sesak di dada nya.
Mala hanya diam, air mata terus mengalir membasahi pipi nya, mata yang sembab, bibir yang pucat membuat nya terlihat sangat memprihatin kan.
"Kak Kevin.... Mala...". Adara datang dan langsung memeluk Kevin dengan erat, begitu pun dengan vio dan Pipit, mereka langsung memeluk Kevin dan Mala.
Air mata yang sedari tadi ditahan oleh Kevin akhirnya lolos begitu saja membasahi kedua pipi nya, Bi Leha memandangi mereka dengan rasa ibah, tak tega menyaksikan hal yang begitu memilukan hati.
"Ya Allah berilah mereka ketabahan, aku tahu mereka anak yang kuat"
"Bunda yang sabar, kita doa kan mereka supaya tenang di alam sana, mereka orang yang hebat". ucap seseorang mengelus istrinya yang sedari tadi terus menangisi kepergian sahabatnya.
"Kenapa secepat ini Yah? Kenapa?"
"Kita tidak mengetahui kapan Allah mengambil orang yang kita sayang bunda, kita tak mengetahui kapan ajal menjemput, semua nya telah di atur oleh Allah". Timpal Dhaneswara semakin mengeratkan pelukannya, berusaha menenangkan Larasati.
"Ayahh... bukan nya kita telah membuat perjanjian dengan mereka sebelum nya, bahwa kita akan menikah kan Rakha dengan putri bungsu nya?". Tanya Larasati menatap mata dhanes dengan tulus.
"Iya bunda, kita telah berjanji kepada tuan Handerson untuk menjodoh kan anak kita Rakha dengan putri bungsu nya Basmala".
Baru saja Larasati akan menjawab, ponsel dhanes berdering membuatnya menunda pertanyaanya.
Ting... ning.. nong...
Tanpa babibu dhanes langsung menekan tombol hijau pada layar ponselnya.
"Hallo tuan". Sapa seseorang dari seberang sana.
"Yaa ada apa?"
"Tuan Handerson dan nyonya handerson telah sampai di rumah Sakit Pelangi kasih". ucap nya memberi tahu jika Handerson dan Inara Gralind sudah berada di rumah sakit.
"Baiklah saya segera kesana". Balas dhanes dan mengakhiri panggilan secara sepihak.
"Kenapa ayah?". Tanya Larasati penasaran.
"Handerson dan Inara Gralind sudah berada di rumah sakit, kita harus kesana sekarang"
Disisi lain...
Kevin juga mendapat kan sebuah panggilan telfon yang memberikan informasi bahwa orang tua mereka telah tiba di rumah sakit Pelangi Kasih.
Dengan segera mereka pergi ke rumah Sakit, beruntung hujan telah redah, membuat kekhawatiran Kevin sedikit berkurang, ia takut jika hujan masih turun dengan deras akan membuat mala ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden Rakha Dhaneswara // TAMAT (REVISI)
Fiksi Remajadipertemukan secara tidak sengaja di koridor sekolah. "Aduhhh" ringisnya saat jatuh di lantai. Rakha hanya memandang gadis itu menampilkan raut wajah tanpa ekspresi. "Kalau jalan liat liat dong, buta lo?" Teriak gadis itu di depan Rakha. Rakha yang...