Jduarrr....
Suara petir kembali menyambar, membuat Acha jatuh pingsan dan tak sadarkan diri.
"MALAAAA"
"Bundaa... Ayah... kalian dimanaa". Teriak Mala mencari keberadaan ayah dan bunda nya, ia begitu bingung tengah berada dimana, semuanya tampak berwarna putih.
"Ayahhh... bunda..., kalian dimana? mala takut, kalian dimana?". teriak Mala lagi, namun ia tak mendapatkan respon apapun, hanya suaranya yang kembali bergema.
"Bundaa Mala takut, ini dimana? Kalian dimana?"
"Kak Kevinnn..., kak Kevin dimana? Mala takut kak, Mala gamau disini, Mala takut". Mala mulai terisak lantaran tak ada satupun teriakannya yang mendapatkan balasan, hingga sebuah suara mengalihkan atensinya.
" Mala... anak bunda jangan nangis sayang, kita disini sayang jangan nangis, anak cantik bunda kan kuat". suara Inara membuat Mala menoleh namun ia tak menemukan apa apa.
"Bunda dimana, Mala mau ikut bunda"
"Anak Cantik Ayah jangan nangis, bunda sama Ayah gabisa pergi dengan tenang kalau anak Ayah yang cantik ini nangis terus". suara Handerson kembali terdengar namun Mala tak melihat keberadaan mereka.
"Ayah sama Bunda dimana, kok suara nya doang"
"Bunda sama Ayah dibelakang kamu Sayang" mendengar jawaban itu Mala langsung menoleh kebelakang, dan benar saja Handerson dan Inara berada di belakang nya, mereka tersenyum hangat ke arah Mala.
"Bundaa.. Ayah...". Mala langsung memeluk Inara dan Handerson dengan erat, ia benar benar bahagia sekarang.
"bundaa... Ayah...., Mala mau ikut bunda sama Ayah". ucap Mala menangis dalam pelukan orang tua nya.
"Mala.. sayang, Mala harus iklasin Ayah dan bunda ya, mala baik baik sama kak Kevin, inget anak Cantik bunda gaboleh nangis, okey sayang? Maafin bunda sama Ayah udah ninggalin mala sama kak Kevin, bunda sama ayah juga gabisa berbuat banyak, ini sudah takdir dan kita tak bisa mengubah takdir yang sudah di tetapkan oleh Allah, kita cuman bisa menerima garis takdir". Ujar Inara melepaskan pelukannya dengan Mala.
Inara dan Handeraon menciup kening mala dengan sayang.
"Maafin ayah ya sayang, Ayah gabisa nemenin Mala terus, tapi kalau Mala kangen Ayah dan bunda, Mala bisa liat bintang, bintang yang paling bersinar itu adalah bunda dari tadi". ucap Kevin dengan lembut ia khawatir dengan mala lantaran sedari tadi belum menyentuh makanan sedikit pun, Mala hanya menggeleng ia tidak memiliki nafsu untuk makan sekarang.
"mala gamau kak, mala ga nafsu"
"Makan ya, dikit aja"
"dikit aja ya?" pasrah Mala.
"Iya... kakak ambilin dulu"
Disisi lain...
Rakha tengah duduk di depan balkon kamar nya, entah kenapa ia tak bisa tidur malam ini, pikirannya terus saja tertuju kepada Achaa.
"Apa Mala baik baik aja ya?"
"Gue chat aja kali ya? Atau gue telfon aja?"
"Arghhhhh gue kenapa sih". Rakha mengacak rambutnya prustasi, bingung dengan isi fikirannya sendiri, ia memilih masuk kedalam kamarnya, karena udara diluar semakin dingin.
"Huammm". Kantuk mulai menguasai rakha, ia menatap langit langit kamarnya, memikirkan Mala, beberapa menit kemudian Rakha pun mulai terlelap.
Malam ini Kevin akan menemani Mala untuk tidur di kamarnya.
"Adek kakak yang cantik bobo yaa". Ujar Kevin sembari mengusap kepala Mala sayang.
"Kak..."
"Hmmm? Kenapa dek?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden Rakha Dhaneswara // TAMAT (REVISI)
Novela Juvenildipertemukan secara tidak sengaja di koridor sekolah. "Aduhhh" ringisnya saat jatuh di lantai. Rakha hanya memandang gadis itu menampilkan raut wajah tanpa ekspresi. "Kalau jalan liat liat dong, buta lo?" Teriak gadis itu di depan Rakha. Rakha yang...