Chapter 4

18K 685 6
                                    

CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!


Jangan lupa untuk selalu tekan vote bintang di pojok bawah ya.
Terimakasih🫶🏻

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Bertahun-tahun yang lalu, saat masih kuliah, Galen dan Ainsley adalah pasangan yang menjadi pusat perhatian di seluruh kampus. Ainsley saat itu adalah seorang mahasiswi baru, sementara Galen adalah seniornya, keduanya mengambil jurusan yang sama, musik.

Pertemuan mereka terjadi secara tak terduga, namun seperti takdir yang sudah diatur, keduanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Tak ada yang bisa menolak pesona mereka; Galen dengan karisma dan ketampanannya, serta Ainsley dengan kecantikannya yang anggun. Keduanya berasal dari keluarga terhormat, seolah-olah mereka ditakdirkan untuk menjadi pasangan sempurna.

Ayah Ainsley adalah seorang perdana menteri yang disegani, sementara ibunya adalah seorang pengacara terkenal. Di sisi lain, Galen adalah putra seorang pengusaha sukses di bidang perdagangan global, dengan ibu yang juga seorang dosen terkemuka di salah satu universitas terbaik.

Hubungan mereka tampak sempurna, bak kisah cinta seorang pangeran dan putri kerajaan, dan selama setahun penuh mereka menjalani kisah asmara yang indah.

Namun, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Ketika keluarga Galen berada di ambang kebangkrutan, ayah Ainsley, Hans, yang sangat peduli pada reputasi dan status sosial, memerintahkan putrinya untuk segera memutuskan hubungannya dengan Galen.

Hans tak ingin putrinya terlibat dengan seseorang yang dianggapnya akan membawa aib bagi keluarga mereka. Di bawah tekanan yang luar biasa, Ainsley akhirnya terpaksa mengakhiri hubungannya dengan Galen, meskipun hatinya hancur.

Tak hanya itu, beberapa minggu setelah perpisahan mereka, Ainsley mendengar kabar tragis bahwa ibu Galen meninggal dalam sebuah kecelakaan. Berita itu menghantam Ainsley seperti badai. Rasa bersalah menggerogoti hatinya setiap hari, namun dia tak punya pilihan.

Jika Ainsley mencoba kembali kepada Galen, ayahnya akan memutus semua fasilitas hidupnya, pendidikan, tempat tinggal, bahkan uang saku. Dengan berat hati, Ainsley memutuskan untuk menjauh dari Galen, meninggalkan cinta pertamanya di tengah kehancuran.

Sejak saat itu, Galen menghilang dari hidup Ainsley. Satu bulan setelah perpisahan mereka, Galen lulus dari universitas, dan Ainsley tak pernah lagi mendengar kabar tentangnya.

Hingga hari ini, di kamar nomor 5 sebuah rumah pelacuran, di tempat yang paling tak terduga, Ainsley bertemu kembali dengan pria yang pernah menjadi cinta dalam hidupnya.

Namun, pria yang kini berdiri di hadapannya bukan lagi Galen yang dulu, seorang pemuda 21 tahun yang penuh gairah hidup. Yang berdiri di hadapan Ainsley adalah seorang pria dewasa berusia 28 tahun, dengan aura kekuasaan yang memancar dari setiap langkahnya.

Galen telah berubah, bukan hanya dalam usia tetapi juga dalam kekuatan dan pengaruhnya. Dan kini, di tempat yang hina ini, takdir kembali mempertemukan mereka, namun dengan keadaan yang jauh berbeda dari sebelumnya.

Ainsley berdiri kaku, mendongakkan kepala untuk menatap wajah pria yang berdiri di hadapannya. Meski sepatu hak tingginya menambah beberapa sentimeter pada tubuhnya, Ainsley masih terasa kecil dihadapan Galen.

Pria itu telah tumbuh dengan begitu baik, menjulang tinggi dengan postur tegap yang mengintimidasi. Dulu, saat masa kuliah, tinggi mereka hampir sepadan, namun kini Ainsley merasa Galen telah melampaui dirinya dalam segala hal.

"Galen," bisik Ainsley, suaranya nyaris tak terdengar. Kata itu terasa berat di lidahnya, seperti ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya.

Galen hanya berdiri diam, matanya menatap tajam ke arah Ainsley tanpa sepatah kata pun terucap. Tatapan itu — sedingin es, sulit diterjemahkan oleh Ainsley. Apakah itu kemarahan, kebencian, atau sesuatu yang lebih dalam lagi?

Ainsley membiarkan pandangannya menjelajahi sosok pria yang selama tujuh tahun terakhir hanya menghantui pikirannya sebagai kenangan. Rambut hitam Galen yang sedikit ikal, mata kecokelatannya yang tajam, dan rahangnya yang kini dihiasi dengan bulu-bulu halus, menambah kesan maskulin pada wajahnya.

Tubuh Galen jauh lebih besar sekarang — otot-otot di lengan dan pundaknya terlihat menonjol di balik kemeja putih yang dikenakannya. Dia bukan lagi anak laki-laki yang dulu dikenalnya, tetapi seorang pria dewasa dengan aura jantan.

"Sungguh ironis," suara Galen terdengar rendah dan serak, dengan nada yang dipenuhi dengan cemoohan. "Melihat putri dari keluarga terhormat berada di tempat seperti ini."

Ainsley menahan napas, merasakan gelombang rasa malu dan penyesalan yang membanjiri dirinya. Kata-kata Galen mengiris hatinya, mengingatkan pada hari-hari ketika ia memutuskan hubungan mereka dengan alasan bahwa mereka tidak lagi setara. Saat itu, ia menganggap dirinya berada di atas Galen dan sekarang, di tempat ini, ironinya terasa begitu menyakitkan.

Rasa malu yang mendalam menahan Ainsley untuk berbicara, namun rasa sakit dari pengkhianatan yang pernah ia lakukan kembali menyala dalam dirinya.

Di hadapan pria yang pernah menjadi segalanya baginya, Ainsley kini hanya bisa berdiri dalam keheningan, terhimpit oleh kenyataan yang ia hadapi — kenyataan bahwa takdir telah mempertemukan mereka kembali di tempat yang paling rendah dan hina.

"Jadi, kau yang membeliku?" Ainsley menelan ludah, pertanyaan itu keluar dengan suara nyaris tak terdengar.

Galen tersenyum tipis, seringainya mengandung kepuasan yang kejam. "Menurutmu siapa lagi yang mampu membeli seorang jalang dengan harga setinggi itu selain diriku?"

Kata itu—jalang—terasa seperti pisau yang mengiris hati Ainsley. Memang, ia tidak bisa menyangkal kenyataan pahit bahwa dirinya kini hanya seharga itu di mata dunia, namun mendengarnya keluar dari mulut pria yang dulu memujanya, terasa lebih menyakitkan daripada apapun yang pernah ia rasakan. Galen yang dulu mencintainya, yang pernah merayunya dengan kata-kata lembut, kini memanggilnya dengan sebutan hina.

"Apa itu menyakitkan?" tanya Galen, menyadari perubahan ekspresi Ainsley yang sekejap itu. Matanya yang tajam menelusuri wajah wanita itu, mencari tanda-tanda kelemahan.

Ainsley tetap diam, memilih untuk tidak memberikan jawaban. Ia memalingkan wajah, berusaha menahan tangis yang mengancam di sudut matanya. Rasa malu dan kehinaan menyelimuti dirinya, membungkus erat hingga sulit untuk bernapas.

Galen tak terpengaruh oleh keheningan itu. Ia melangkah melewati Ainsley, kemudian duduk di tepi kasur yang ada di ruangan tersebut. Gerakannya lambat, penuh dengan pengendalian diri, seperti seorang pemangsa yang sabar menunggu mangsanya mendekat.

"Kemarilah," perintahnya, nadanya tak memberi ruang untuk penolakan. Ainsley menoleh, matanya penuh dengan kebingungan dan ketakutan.

"Layani aku, bitch," tambah Galen, suaranya lebih dalam, hampir berbisik namun menggema dengan otoritas yang menakutkan.

Ainsley hanya berdiri di tempatnya, terpaku oleh kenyataan pahit bahwa pria yang pernah menjadi cinta sejatinya kini melihatnya tak lebih dari sekedar komoditas. Setiap kata yang keluar dari mulut Galen seperti palu godam yang menghancurkan sisa-sisa harga diri yang coba ia pertahankan.

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Faded Desire
[3 September 2024]
Revisi
-
-

FADED DESIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang