CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!Jangan lupa untuk selalu tinggalkan vote dan komentar kalian ya 🖤
Kalau sempat, malam ini aku double update^^ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
Siapa yang tak kenal Marvel Jefferson? Di usianya yang baru saja memasuki 29 tahun, nama Marvel sudah menjadi sorotan di kalangan elit Chicago. Putra kedua dari pasangan Niel dan Khloe Jefferson, Marvel lahir dengan kemewahan dan prestise, namun ia tak sekadar menikmati warisan keluarganya, ia membentuk jalannya sendiri menuju kejayaan.
Ayahnya, Niel, adalah raja di dunia properti mewah, memiliki banyak pengaruh di beberapa titik penting kota Chicago. Sementara itu ibunya, Khloe, adalah ikon fashion yang turut membangun imperium gaya hidup. Kakak laki-lakinya menjadi ahli jantung terkemuka di salah satu rumah sakit bergengsi di California, sedangkan Marvel sendiri memilih untuk meneruskan jejak sang ayah di bidang properti.
Namun, yang membuat Marvel benar-benar bersinar bukan hanya latar belakang keluarganya, melainkan kecerdasannya yang luar biasa dalam dunia bisnis. Pria ini sudah dianggap sebagai penerus alami dari dinasti Jefferson. Relasi kuat dan kecermatannya dalam merencanakan setiap langkah bisnis membuat banyak orang yakin, nama Jefferson akan semakin mendominasi begitu Marvel mengambil alih kendali penuh.
Di balik keberhasilannya, Marvel juga dikenal sebagai pria yang misterius dalam urusan cinta. Selama 29 tahun hidupnya, hanya ada satu nama yang pernah terkait dengan hatinya, mantan kekasih yang ia pacari selama dua tahun ketika usianya 23 tahun.
Hubungan itu kandas tanpa banyak publikasi, dan setelahnya Marvel seolah menutup pintu untuk wanita lain. Meski banyak keluarga terpandang mencoba menjodohkan putri mereka dengannya, Marvel selalu menolak dengan halus namun tegas.
Semua berubah saat ia kembali bertemu Ainsley, wanita yang dulu hanya menjadi sahabat sekaligus adik tingkatnya di universitas Italia. Marvel pernah diam-diam menaruh hati padanya, namun saat itu, Ainsley memilih Galen.
Pertemuan tak terduga ini membuat Marvel mulai merenung, seolah-olah takdir memberinya kesempatan kedua yang tak pernah ia sangka sebelumnya. Mungkin kali ini, ia akan lebih dari sekadar penonton dalam hidup Ainsley.
Ainsley, yang dulu selalu tampak ceria dan bersemangat, kini terlihat berbeda, terbungkus dalam luka dan kerumitan hidupnya. Perasaan lama yang pernah ia simpan dengan rapi di dasar hatinya perlahan bangkit kembali dan tak bisa ia abaikan.
ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
Mobil Rolls-Royce Ghost hitam mengkilap berhenti di dekat bibir pantai, bayangannya memanjang seiring matahari mulai turun di cakrawala. Langit yang tadinya biru perlahan berubah menjadi semburat jingga, memantul indah pada riak-riak air laut yang tenang di bawahnya. Angin laut yang lembut berhembus, membawa aroma asin yang khas.
Ainsley membuka pintu mobil perlahan setelah melepas sabuk pengamannya. Angin pantai yang lembut langsung menyentuh wajahnya, membelai rambutnya yang terurai dengan halus. Marvel, yang juga keluar dari mobil, menatapnya dari samping dengan tatapan yang penuh perhatian.
Keduanya melangkah menuju tepi pantai, Marvel memilih untuk menyandarkan tubuhnya di kap mobil, sementara Ainsley berdiri beberapa langkah di depannya, terpana oleh lautan yang seolah tak berujung.
"Ternyata kau masih suka laut," kata Marvel dengan suara rendah, seolah tak ingin mengganggu keheningan yang menenangkan. Matanya bersinar lembut saat memperhatikan Ainsley yang tengah tenggelam dalam keindahan alam.
Ainsley berbalik, wajahnya yang tersapu cahaya senja membuat matanya yang hijau terlihat semakin memukau. Ada secercah keceriaan di sana, yang sudah lama tak Marvel lihat sejak pertemuan mereka kembali. Meski beban hidup begitu berat, senyumnya sore itu tampak begitu tulus, meski hanya sesaat.
"Aku selalu suka laut, bunga, dan piano," balas Ainsley sambil terkekeh kecil. Nada suaranya ringan, penuh nostalgia, mengingatkan mereka pada masa-masa yang lebih sederhana.
Marvel mengangguk, tersenyum melihat Ainsley yang sejenak tampak bebas dari beban yang selama ini menghantuinya. Namun, momen bahagia itu tak bertahan lama sebelum dia melontarkan sebuah kalimat yang menggetarkan.
"Ceraikan suamimu, menikahlah denganku."
Tatapan Ainsley membeku seketika. Deburan ombak terdengar semakin jelas di antara keheningan yang menggantung di udara. Ainsley terdiam, kedua matanya terpaku pada Marvel yang kini menatapnya dengan serius, lebih dari sekadar sahabat yang menawarkan bantuan.
Sebuah kekehan kecil keluar dari bibir Ainsley, mencoba meredakan ketegangan. "Kau jangan bercanda seperti itu, Marvel."
Namun, tawa kecilnya memudar saat menyadari bahwa Marvel tak bergeming. Tatapan pria itu tetap sama, penuh keteguhan dan kesungguhan. Perlahan, Marvel menegakkan tubuhnya, melangkah mendekat hingga berdiri hanya beberapa inci di depannya, bayangan tubuhnya membingkai wajah wanita itu dalam senja yang kian meredup.
"Aku tidak bercanda," kata Marvel, nadanya dalam dan lembut, namun begitu mantap. "Menikahlah denganku, Ainsley. Aku bisa membuatmu bahagia, bisa memberimu hidup yang kau pantas dapatkan."
Ainsley terpaku, tak sanggup menjawab seketika. Matanya mengerjap cepat, mencoba menahan campuran perasaan yang bergejolak di dadanya. Serius. Marvel benar-benar serius.
"Tidak... Marvel, aku—" suaranya terhenti ketika tangan Marvel meraih tangannya dengan lembut, menggenggamnya seakan tak ingin melepaskannya lagi. Sentuhannya hangat, berbeda dari segala dingin yang selama ini ia rasakan bersama Galen.
Marvel mendekat, matanya menatap dalam ke mata Ainsley yang mulai berkaca-kaca. "Apakah kau ingin terus hidup bersama pria itu?" bisik Marvel dengan penuh intensitas, jemarinya menggenggam tangan Ainsley lebih erat.
"Kau berharga, Ainsley. Kau pantas dicintai, dihargai. Tidak seharusnya kau menghabiskan hidupmu dengan seseorang yang bahkan tidak memandangmu sebagai istri."
Ainsley mendongak, dan di bawah cahaya senja yang keemasan, tatapan mereka bertemu, berbicara lebih dari kata-kata yang keluar.
"Sumpah demi Tuhan, hatiku sakit setiap kali mendengar bagaimana dia memperlakukanmu," lanjut Marvel, suaranya bergetar dengan emosi yang tulus.
"Aku tak bisa membiarkanmu hidup seperti ini. Bersamaku, kau akan bahagia. Aku bisa memberikanmu dunia yang lebih baik.".
Perlahan, Marvel mendekat, tatapannya lembut namun intens. Satu tangannya terangkat, jemarinya menyentuh pipi Ainsley dengan kehangatan yang membuatnya sulit berpaling.
Angin laut membawa hembusan nafas Marvel yang begitu dekat, bercampur dengan aroma asin lautan, membelai wajah Ainsley. Detik itu terasa melambat, seolah dunia hanya milik mereka berdua.
Ainsley merasakan denyut jantungnya berpacu. Ia tahu ini salah, namun entah mengapa, kehangatan sentuhan Marvel seolah menenangkan segala luka yang telah lama bersarang di hatinya. Saat wajah mereka semakin mendekat, ada jeda, sebuah momen penuh keraguan dan hasrat yang tak terucapkan.
Sementara itu, di kejauhan, dari balik kaca mobilnya, Galen memandang pemandangan itu dengan hati yang tercabik. Matanya yang tajam kini penuh dengan amarah dan rasa sakit yang tak bisa ia ungkapkan.
Perlahan, ia memalingkan wajahnya, tak sanggup lagi menyaksikan apa yang akan terjadi. Tangannya mengepal erat di stir mobil, kulitnya memutih karena cengkeraman yang begitu kuat.
Galen sudah tahu bagaimana ini akan berakhir, namun melihatnya secara langsung terasa jauh lebih menyiksa. Setiap detik yang berlalu seolah memahat luka baru di hatinya, membuatnya sadar bahwa ia telah kehilangan sesuatu yang berharga, sesuatu yang mungkin tak akan pernah ia miliki lagi.
ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
Faded Desire
[15 September 2024]
-
-
KAMU SEDANG MEMBACA
FADED DESIRE
Romance[Mature 18+]‼️ Galen, seorang pengusaha sukses yang kaya dan berkuasa, bertemu kembali dengan Ainsley, mantan kekasihnya di tempat yang mengejutkan, sebuah rumah pelacuran. Di masa lalu, mereka adalah pasangan yang saling mencintai, tetapi cinta me...