Chapter 37

15.6K 500 32
                                    

CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!

Jangan lupa untuk selalu tekan vote dan ramaikan komentarnya ya🫶🏻

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Untuk semua orang yang mengatakan cinta itu indah, tolong beritahu aku mengapa cinta ini justru menghancurkan?

Di tengah malam yang sunyi dan dingin, Ainsley duduk diam di sofa mewah, dengan Galen yang terbaring di pangkuannya. Pria itu tertidur lelap, terlalu mabuk untuk menyadari kehadirannya, apalagi mengerti perasaan yang bergejolak dalam hati Ainsley.

Jari-jarinya yang lembut berulang kali menyisir rambut hitam ikal suaminya, gerakan itu terasa otomatis, nyaris tanpa sadar. Ainsley bahkan sesekali bersenandung kecil, melodi lembut yang dulu sering ia gunakan untuk menenangkan Galen di masa-masa mereka bahagia.

Namun, malam ini, ada kegetiran di balik setiap sentuhan lembut itu. Wajah Galen yang damai dalam tidurnya, tanpa sadar seolah memperlihatkan sisi lain yang tak pernah ia tunjukkan saat terjaga. Rahang tegasnya terlihat sempurna di bawah cahaya lampu yang redup.

Ainsley menunduk, menatap suaminya dengan mata yang perlahan memerah. Tangannya bergerak turun, menyentuh rahang Galen yang terasa kasar karena janggut tipisnya. Jari-jarinya dengan lembut menyusuri garis wajah itu, mengusapnya penuh kasih sayang, sebuah sentuhan yang tak pernah ia tunjukkan ketika Galen sadar.

"Kenapa, Galen?" bisiknya pelan, suaranya nyaris tertelan oleh keheningan malam. "Kenapa kau harus menghancurkan semua yang kita miliki? Kenapa kau tak bisa mencintaiku seperti dulu?"

Ainsley tahu, pertanyaannya tak akan pernah mendapat jawaban. Galen tetap terlelap, terjebak dalam mimpi-mimpi yang tak pernah ia bagi. Dan Ainsley hanya bisa terdiam, terperangkap dalam kenyataan pahit dari cinta yang sudah tak sama lagi.

Tetesan air mata mulai membasahi pipinya, tetapi Ainsley tidak menghapusnya. Baginya, rasa sakit ini adalah bagian dari cinta yang tak bisa ia hindari, cinta yang seharusnya indah, namun kini perlahan-lahan menghancurkannya dari dalam.

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Galen mengerang pelan, punggungnya terasa nyeri, dan kepalanya berdenyut akibat mabuk semalam. Perlahan, ia membuka mata dan mendapati dirinya masih di atas sofa. Pagi telah tiba, sinar matahari lembut menembus jendela besar, membanjiri ruang tamu mansion mereka.

Dia memutar lehernya, meregangkan otot-otot yang kaku. Pandangannya tertuju pada tumpukan berkas di atas meja semuanya tertata rapi, lebih rapi dari yang ia ingat. MacBook-nya pun kini tertutup, meski Galen yakin ia meninggalkannya menyala semalaman untuk mengunduh file penting.

Sambil mengusap wajah dengan tangan yang masih terasa berat, ia berdiri dan berjalan ke dapur. Di sana, ia melihat Ainsley bersama dua pelayan, tengah sibuk menyiapkan sarapan.

Tanpa basa-basi, Galen melewatinya, mengambil gelas kosong dan mengisinya dengan air dingin. Saat gelas terisi penuh, dia menoleh ke salah satu pelayan.

"Siapa yang membereskan berkas-berkasku di depan?" tanyanya dengan suara yang masih serak.

Pelayan itu menggeleng. "Bukan kami, Tuan. Itu Nyonya yang melakukannya pagi tadi."

Galen terdiam sejenak, terkejut. Ia meneguk airnya perlahan, hampir tersedak. Dia lalu menaruh gelas di atas meja dan menatap Ainsley yang masih sibuk menyiapkan alat makan, seolah tak terjadi apa-apa.

"Terima kasih," ucapnya, suaranya sedikit lebih lembut, hampir malu-malu.

Ainsley tetap fokus pada tugasnya, tanpa menoleh sedikit pun. "Lain kali, jangan biarkan MacBook-mu menyala semalaman. Tidurlah jika lelah. Terus bekerja tanpa henti hanya akan membuatmu cepat tua," balasnya tenang.

FADED DESIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang