Chapter 7

23.5K 780 4
                                    

CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!


Jangan lupa untuk selalu tekan vote bintang di pojok bawah ya.
Terimakasih🫶🏻

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Pagi itu, Ainsley terbangun dengan tubuh yang terasa remuk. Setiap langkah menuju kamar mandi terasa menyiksa, terutama di bagian kewanitaannya yang perih dan panas akibat malam sebelumnya.

Saat air dingin mengalir membasuh tubuhnya, ia menatap cermin, melihat sosok yang lelah dan hampa. Wanita di depannya tampak seperti bayangan dirinya yang dulu, penuh luka tak terlihat.

Setelah selesai membersihkan diri, Ainsley turun ke lantai satu, langkahnya lemah menuju ruang makan. Sesaat setelah kakinya menyentuh lantai ruangan, ia melihat Galen. Pria itu beranjak dari kursinya, merapikan jas hitam dengan gerakan rapi dan formal seperti biasa.

Ainsley menatapnya, berharap ada sedikit perhatian, setidaknya sekilas pandangan, namun Galen hanya berjalan lurus, dagunya terangkat tinggi tanpa memberikan sedikit pun lirikan.

Itulah rutinitas mereka. Malam-malam penuh tuntutan fisik, namun pagi-pagi yang sunyi, seolah mereka adalah dua orang asing yang tinggal di rumah yang sama.

Galen hanya menemuinya ketika ia ingin menuntut haknya sebagai suami, tapi di siang hari keberadaan Ainsley baginya seperti angin lalu. Tak terlihat, tak dirasakan.

"Nyonya ingin jus apa hari ini?" tanya salah satu pelayan yang berdiri di samping meja.

Ainsley tersenyum kecil, kehangatan itu lebih seperti topeng untuk menutupi rasa pedih di hatinya.

"Apa saja, terima kasih," jawabnya sambil duduk perlahan, punggungnya masih terasa nyeri.

Pelayan itu mengangguk, hendak berbalik ke dapur, namun tiba-tiba dia teringat sesuatu. "Nyonya..." panggilnya kembali.

"Tadi tuan berpesan bahwa sekitar jam tujuh malam nanti, beliau akan menjemput Nyonya untuk menghadiri pesta ulangtahun pernikahan rekan bisnisnya. Kami diminta untuk membantu Nyonya bersiap."

Ainsley terdiam sesaat, mencoba memahami permintaan itu. Sungguh ironis, Galen memintanya untuk hadir bersamanya ke pesta, tapi nyatanya di dalam rumah ini, ia seakan tak pernah ada.

Dengan suara yang lirih, Ainsley hanya mengangguk. "Baik, aku mengerti."

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Tepat pukul tujuh malam, seperti yang dijanjikan, Galen tiba untuk menjemput Ainsley. Berdiri di ambang pintu, Ainsley mengenakan gaun hitam strapless yang memeluk tubuhnya dengan sempurna.

Potongan leher berbentuk hati pada gaunnya menonjolkan keanggunan tulang selangkanya, sementara belahan tinggi di sisi gaun memperlihatkan kilauan kulit kaki jenjangnya yang halus. Kalung berlian mungil menggantung di lehernya, memantulkan kilauan halus yang menyempurnakan tampilan malam itu.

Meskipun kehidupannya telah berubah drastis, Ainsley masih memancarkan aura kemewahan dan kelas. Sebuah pengingat bahwa ia dulu adalah sosok yang terbiasa hidup dalam glamor.

FADED DESIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang