Chapter 31

16.3K 567 18
                                    

CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!

Jangan lupa untuk selalu tekan vote dan ramaikan komentarnya ya🫶🏻

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Ainsley yang tengah duduk di sofa segera bangkit ketika melihat sosok yang berjalan memasuki rumah megah itu. Suara ketukan tongkat kayu dan langkah sepatu pantofelnya yang beradu dengan lantai marmer terdengar seirama, setiap langkah yang terdengar memancarkan wibawa.

Senyum cerah menghiasi wajah Ainsley saat menyadari siapa yang datang. "Ayah..." suaranya lembut, penuh rasa rindu.

August Rogh Barnaby, ayah kandung Galen Barnaby, adalah pria yang berjalan dengan penuh ketegasan. Tubuhnya mungkin tak lagi sekuat dulu, tapi aura kebijaksanaan dan kehangatan seorang ayah masih jelas terpancar darinya.

Ainsley tak bisa menahan diri, ia melangkah cepat menghampirinya dan langsung memeluk pria tua itu erat, seperti seorang anak kecil yang merindukan pelukan ayahnya.

August tertawa kecil, suara beratnya yang serak namun berwibawa membuat kehadirannya terasa mempesona. Di usianya yang hampir menginjak 60 tahun, pria itu tetap memiliki daya tarik luar biasa, bukan hanya karena penampilannya yang rapi, tapi juga karena kharisma yang terpancar dari dalam dirinya.

Bagi Ainsley, August sudah lebih dari sekadar ayah mertua. Sejak sembilan tahun yang lalu, saat ia mulai berpacaran dengan Galen, August selalu bersikap seperti seorang ayah sejati, sosok yang selama ini Ainsley rindukan dalam hidupnya.

Ayah kandungnya tak pernah memberikan kasih sayang yang cukup, dan August mengisi kekosongan itu dengan sepenuh hati. Bukan hanya karena Ainsley adalah wanita yang dekat dengan putranya, tetapi karena ia sungguh menganggap Ainsley sebagai putrinya sendiri.

"Lama sekali kita tak bertemu," ucap Ainsley dengan nada lembut, melepaskan pelukan namun tetap berada di dekatnya, merasakan kehangatan pria yang selalu ia anggap sebagai ayah sendiri.

August menatap Ainsley dengan penuh kasih sayang, tangannya yang kokoh namun mulai keriput mengelus lembut rambut Ainsley.

"Kau terlihat sedikit berisi sekarang," candanya, menyiratkan perhatian pada perubahan tubuh Ainsley yang sedang hamil.

Ainsley tertawa kecil, membiarkan sedikit canda itu menghangatkan suasana. Sejak kehamilannya, tubuhnya memang sedikit berubah, tetapi ada kenyamanan tersendiri dalam perutnya yang mulai membuncit, pertanda kehidupan baru yang ia bawa.

"Ayo duduk, Ayah," ajak Ainsley sambil menuntun August ke sofa cokelat yang empuk di ruang tengah. Ia dengan cekatan memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh melati favorit August, serta beberapa biskuit yang baru saja ia buat sendiri.

Sambil menunggu, Ainsley duduk di sampingnya, tak bisa menahan senyum. "Ayah tak memberi kabar kalau akan datang. Aku merindukanmu," ucap Ainsley, suaranya penuh ketulusan.

August memandang Ainsley dengan mata lembut, ada kehangatan dalam tatapannya. "Maafkan Ayah, sayang. Kesehatanku tak terlalu baik belakangan ini."

Ainsley tersenyum lembut, namun dalam senyumnya ada rasa haru. Di antara semua kekacauan hidupnya, kehadiran August adalah satu-satunya hal yang membuatnya merasa dicintai tanpa syarat.

"Bagaimana kabarmu, Nak?" tanya August dengan suara lembut, penuh perhatian.

Ainsley terdiam sejenak, bibirnya mengukir senyum kecil yang tampak dipaksakan. "Aku baik-baik saja, Ayah," jawabnya, meskipun matanya tak sepenuhnya menyuarakan hal yang sama.

FADED DESIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang