Chapter 31

20.2K 709 45
                                    

CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!

Jangan lupa untuk follow akun wattpad author untuk dapat info update.
Konten promosi tersedia di instagram [hryntibooks_] dan tiktok [astihr_] 🥰

When Love Loses Its Way [3]

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Galen melangkah masuk ke rumah, disambut oleh udara dingin yang menyelinap dari balik pintu. Hujan deras di luar membuat rambut ikalnya basah, beberapa helai jatuh ke dahinya, dan jejak air menetes dari mantel yang masih melekat di tubuhnya.

Ia berniat langsung menuju kamar, seperti malam-malam sebelumnya—tanpa percakapan, tanpa sapa. Namun, langkahnya terhenti saat matanya menangkap sosok Ainsley di ruang makan.

Wanita itu duduk sendirian, sendok dan piring kosong di depannya menandakan bahwa dirinya baru saja selesai makan. Meskipun malam sudah larut, ia masih di sana, seolah enggan beranjak dari meja makan.

Galen hampir saja melanjutkan langkahnya, mengabaikan keberadaan Ainsley seperti biasanya. Tapi, tepat ketika wanita itu hendak berdiri, ia melihatnya meringis, tangannya refleks memegang perut.

Tanpa sadar, Galen bergerak mendekat. “Kau baik-baik saja?” tanyanya, suaranya lebih lembut dari yang ia maksudkan.

Ainsley tersentak, seolah baru menyadari kehadiran suaminya. Sejenak, ada kebisuan di antara mereka sebelum akhirnya ia menggeleng. “Aku baik-baik saja,” jawabnya pelan, hampir seperti angin yang tersapu hujan.

Tanpa menunggu respons lebih lanjut, Ainsley mengumpulkan piring dan sendok kotor, lalu melangkah menuju wastafel. Tangannya menyalakan keran, air dingin mengalir deras sementara ia mulai mencuci dengan gerakan tenang namun teratur.

Galen memperhatikannya. Napasnya terdengar samar dalam keheningan ruangan. “Biarkan pelayan yang melakukannya,” ucapnya akhirnya.

Ainsley tidak menjawab. Ia tetap melanjutkan pekerjaannya, seolah perintah suaminya hanyalah angin lalu.

Ketika akhirnya ia selesai dan berbalik, hatinya sedikit terlonjak. Galen masih di sana, berdiri di tempatnya, matanya tak beranjak sedikit pun dari dirinya.

Tatapan itu bukan sekadar pengamatan biasa. Ada sesuatu di dalamnya—sesuatu yang hampir tidak bisa Ainsley artikan.

“Jika kau tersiksa dengan kandungan itu, gugurkan saja.”

Ainsley terpaku. Kata-kata Galen barusan menghantamnya lebih kuat dari yang seharusnya.

Begitu mudahnya Galen mengucapkan itu, seolah nyawa yang sedang ia kandung tak berarti apa-apa. Seolah semuanya bisa diselesaikan hanya dengan membuangnya begitu saja.

Matanya menatap suaminya, mencari jawaban di balik wajah dinginnya. “Apa maksudmu?” suaranya terdengar gemetar, tapi ia berusaha tetap tegar. “Aku baik-baik saja.”

Galen mendengus pelan, tatapannya tajam. “Kehamilan itu menyiksamu.”

Ainsley mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya. Ia ingin membantah, ingin mengatakan bahwa ia baik-baik saja, bahwa semua ini adalah pilihannya sendiri. Namun, sebelum ia sempat berbicara, Galen kembali membuka mulutnya.

“Bukankah kau sendiri yang bilang tak ingin mengandung anakku? Lalu kenapa sekarang kau rela mempertaruhkan nyawamu demi anak itu?”

Pertanyaan itu menusuk tepat ke dadanya.
Ainsley menahan napas. Ada sesuatu di mata Galen—sesuatu yang membuatnya sadar bahwa pria ini tidak sekadar berbicara tanpa dasar. Ia tahu.

FADED DESIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang