Chapter 6

25.2K 818 6
                                    

CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!


Jangan lupa untuk selalu tekan vote bintang di pojok bawah ya.
Terimakasih🫶🏻

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Malam sebelumnya, saat Ainsley tiba di rumah sakit, dokter dengan nada penuh belasungkawa mengatakan bahwa ibunya telah tiada, tepat saat ia sampai. Kabar itu seperti petir yang menyambar, menghancurkan seluruh harapan Ainsley untuk menghabiskan waktu terakhir bersama ibunya. Pemakaman dilakukan keesokan paginya dengan cepat, meninggalkan Ainsley dalam kesedihan mendalam.

Setelah pemakaman, Ainsley kembali ke rumah sederhana mereka. Setiap sudut rumah menyimpan kenangan indah dan pahit yang kini terasa begitu menyakitkan.

Ia berdiri di tengah ruangan, menatap foto-foto dan barang-barang yang mengingatkannya pada ibunya, dan air mata tak bisa lagi dibendung. Rasa sakit dan kesedihan menggerogoti hatinya, membuatnya merasa kosong dan hampa.

"Ibu..." bisiknya dengan lemah, suaranya penuh rasa kehilangan saat seseorang memasuki pintu utama rumah.

Galen muncul dengan setelan kemeja biru muda, lengannya digulung hingga siku dengan celana bahan putih yang licin. Kehadirannya membuat Ainsley menoleh dan air mata di matanya membuatnya tampak semakin rapuh.

"Kemasi barangmu, kita akan pergi ke Chicago," perintah Galen dengan nada tegas.

Ainsley terdiam, menenangkan isak tangisnya. "Apa maksudmu?"

"Kau masih bertanya?" balas Galen. "Aku sudah membelimu semalam. Aku memiliki hak penuh atas dirimu. Jadi ikuti perintahku dan cepat!"

Ainsley menunduk, matanya membara dengan kemarahan dan rasa sakit. "Aku sudah tidak butuh uang itu lagi. Kau bisa mengambilnya kembali."

Galen menyeringai sinis. "Jadi, kau akan kembali ke rumah pelacuran itu lagi? Ainsley, kau tak pernah berubah. Selalu membuat keputusan tanpa memikirkan akibatnya. Apakah kau pikir wanita yang terikat dengan rumah prostitusi bisa keluar begitu saja? Tidak. Jika kau ingin aku menarik perjanjiannya, maka kau harus siap menerima konsekuensinya."

Ainsley terdiam, ingatannya kembali pada perkataan salah satu wanita di rumah pelacuran yang mengatakan bahwa siapa pun yang masuk tidak akan bisa keluar kecuali seseorang membelinya. Perasaan terjepit dan putus asa merasuki dirinya.

"Aku akan membayar padamu, kalau begitu," ujar Ainsley, mencoba menawarkan jalan keluar.

Galen tertawa pahit. "Dengan apa kau akan membayar? Menjual harga dirimu lagi?"

Ainsley terdiam, rasanya harga dirinya hancur berkeping-keping di hadapan Galen. Setiap kata yang diucapkan seakan menggerogoti sisa-sisa kekuatannya.

"Beri aku waktu. Aku akan melunasinya," ujar Ainsley dengan suara gemetar, berusaha menahan isak tangis di tenggorokannya.

Galen menundukkan kepalanya sejenak, seolah memikirkan tawaran tersebut dengan seksama. Namun, saat ia kembali mendongak, tatapannya tegas dan dingin.

"Satu bulan. Aku beri waktu satu bulan. Jika dalam waktu itu kau tak bisa melunasinya, menikahlah denganku."

Ainsley terkejut, matanya melebar. "Itu bukan dua pilihan," ujarnya dengan nada penuh ketidakpercayaan.

FADED DESIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang