Chapter 41

14.3K 457 19
                                    

CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!

Jangan lupa untuk selalu tekan vote dan ramaikan komentarnya ya🫶🏻

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Cinta adalah ketika kamu memiliki seribu alasan untuk pergi, namun tetap mencari satu alasan untuk bertahan.

Hari ini, suasana di rumah besar itu terasa berbeda. Hampir semua pelayan telah pulang untuk liburan musim panas mereka, hanya menyisakan dua orang pelayan yang bekerja setengah hari.

Malam itu, rumah yang biasanya ramai terasa lebih hening, namun tak sepenuhnya sunyi. Keheningan itu justru memberikan ruang bagi Ainsley dan Galen untuk semakin dekat, sesuatu yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Dulu, rumah itu adalah simbol dari hubungan dingin mereka, tempat di mana mereka seperti dua orang asing yang terperangkap dalam pernikahan. Tapi kini, ada sesuatu yang berubah. Mereka tak lagi saling diam. Sekarang, mereka bicara, tertawa, dan berbagi waktu bersama.

"Apa enak?" tanya Ainsley lembut, mengamati Galen yang sedang mencicipi sup ikan buatannya. Ini kali pertama mereka memasak sendiri tanpa bantuan pelayan.

Galen mengunyah pelan sebelum menjawab, "Enak. Tapi mungkin akan lebih baik jika ditambah sedikit gula."

Ainsley tersenyum, lalu ikut mencicipi supnya. "Kau benar," katanya, mengakui saran Galen.

Seketika, kehangatan memenuhi hati Ainsley, bukan hanya dari sup yang mereka nikmati, tapi juga dari suasana yang terasa lebih dekat.

Galen duduk santai di kursinya, menatap Ainsley yang sibuk di dapur dengan penuh perhatian. "Aku tidak menyangka kau bisa memasak," katanya, matanya tak lepas dari wanita yang perlahan mulai mengisi kembali tempat di hidupnya.

"Saat ibuku sakit, aku harus belajar memasak karena kami hanya berdua. Awalnya bencana, tapi seiring waktu aku mulai terbiasa," jawab Ainsley sambil mengaduk sup di panci, matanya sedikit menerawang mengenang masa-masa sulit itu.

Galen menundukkan kepalanya sedikit, ada rasa bersalah yang terlintas di matanya. "Aku turut berduka untuk ibumu," katanya dengan nada penuh penyesalan.

Dulu, saat ibu Ainsley meninggal, Galen terlalu sibuk dengan dirinya sendiri, terlalu tenggelam dalam rasa marah dan kebenciannya, hingga ia seolah tak peduli dengan kesedihan istrinya.

Ainsley hanya tersenyum tipis. "Itu sudah lama," katanya, mencoba menutup luka lamanya.

Dalam keheningan itu, ada sesuatu yang tak terucap, namun sangat terasa. Mereka tidak lagi saling menyakiti dengan diam, tapi membangun jembatan dengan perhatian-perhatian kecil.

Malam itu, di rumah yang sepi, mereka menemukan kembali keintiman yang pernah hilang, menyadari bahwa cinta tak selalu harus terlihat besar. Terkadang, cinta ada di balik canda tawa ringan, dalam semangkuk sup hangat yang dimasak bersama.

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

"Bagaimana kalau Aldric?" Galen bersuara, matanya masih terpaku pada buku kumpulan nama bayi yang digenggamnya. "Aldric North Barnaby. Keren, kan?"

Ainsley menghela napas panjang sambil memutar bola matanya. "Galen, aku sudah bilang, bayi kita perempuan!"

Mereka duduk di atas ranjang, Ainsley fokus menonton drama yang diputar di televisi, sementara Galen tampaknya tidak mau menyerah dengan ide nama bayi laki-laki yang terus-menerus ia usulkan. Setiap kali Galen menyebutkan nama baru, Ainsley hanya bisa menggelengkan kepala, merasa gemas sekaligus lucu dengan suaminya.

FADED DESIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang