CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!Jangan lupa untuk selalu tekan vote dan ramaikan komentarnya ya🫶🏻
ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
Minggu sore ini, Galen meraih ponselnya dan dengan cepat menekan nomor Kimberly. Dia butuh pelarian dari semua kekacauan pikirannya.
"Mau keluar?" tanyanya singkat. Kimberly seperti biasa, tak menolak.
Dalam waktu singkat, mereka sudah duduk berdua di salah satu restoran mewah, memesan beberapa hidangan sambil sesekali terlibat dalam percakapan ringan. Interaksi mereka tampak akrab, lebih dari sekadar bos dan karyawan, ada nuansa yang lebih intim, meski keduanya belum pernah membahas itu secara langsung.
Saat obrolan mereka mulai mencair, langkah kaki yang tak dikenal mendekati meja mereka. Galen, yang paling duluan menyadari kehadiran orang itu mendongak, dan matanya bertemu dengan sosok yang tak pernah ia duga akan ia temui di sini.
"Kaia?" sapanya sambil buru-buru berdiri, jelas terkejut.
Kaia tampak sedikit canggung, rambut pendeknya yang terurai ditiup angin lembut sore. "Hai, maaf kalau aku mengganggu," ucapnya dengan nada sopan, tapi tatapan matanya tak bisa lepas dari Kimberly yang duduk di hadapan Galen. "Tadi aku kira... aku ingin menyapamu dan istrimu."
Sejenak, atmosfer di antara mereka terasa tegang. Tubuh Galen menegang, alisnya sedikit berkerut, lalu ia melirik Kimberly sebelum kembali menatap Kaia.
"Dia bukan Ainsley," jawabnya singkat, nadanya datar tapi sarat makna.
Keheningan yang menyusul terasa menyesakkan, udara di sekitar mereka seperti berhenti bergerak. Kaia tampak terkejut, sorot matanya berubah seolah berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakannya.
Dia tahu Galen sudah menikah, dan dari kejauhan tadi, interaksi hangat antara Galen dan Kimberly membuatnya berpikir itu pasti Ainsley. Tapi sekarang, kesalahpahaman itu terpecahkan dengan cepat dan meninggalkan Kaia dalam kecanggungan.Kimberly, yang merasakan ketegangan di udara, dengan cepat meraih ponselnya dan tas kecilnya dari meja. "Maaf, Pak. Saya harus ke toilet sebentar," katanya, memecah keheningan dengan suara lembut namun tegas.
Galen hanya mengangguk, tampak lega dengan kesempatan untuk mengalihkan fokus sejenak. Setelah Kimberly melangkah menjauh, meninggalkan mereka berdua, Galen dan Kaia tetap berdiri di sana, tak ada yang bergerak untuk duduk kembali.
"Dia kekasihmu?" Kaia bertanya, suaranya tenang meski matanya memperlihatkan keraguan yang mendalam. Kepalanya sedikit miring ke kiri, mempelajari reaksi Galen.
Galen menggeleng pelan, suaranya parau saat akhirnya menjawab, "Bukan." Tatapannya kosong, seperti ada banyak hal yang ingin dia sembunyikan di balik kata sederhana itu.
Kaia menghela napas, tatapannya bergeser, memeriksa raut wajah Galen yang tampak lelah. "Lalu, di mana istrimu? Bukankah lebih baik kau datang dengan Ainsley daripada membawa wanita lain?" Ada ketegasan dalam suaranya, seolah dia menuntut penjelasan lebih dari sekadar jawaban singkat.
Galen menatapnya dalam-dalam, mencari sesuatu dalam diri Kaia yang membuatnya tak bisa berpaling. "Kaia, kau sendirian? Mau ikut denganku sebentar?"
Kaia mengerutkan kening, kebingungan menghiasi wajahnya. "Bagaimana dengan wanita tadi?"
"Jangan khawatir tentang dia," Galen menjawab singkat, nada suaranya tegas. "Aku akan memberi tahunya nanti."
Ada jeda sejenak, seolah Kaia ragu. Namun, entah kenapa, ada sesuatu dalam cara Galen bicara, sesuatu yang membuatnya akhirnya mengangguk setuju. Tanpa kata lagi, Galen membuka dompetnya, menaruh beberapa lembar uang di meja, lalu melangkah keluar dari restoran. Sambil berjalan, ia mengeluarkan ponsel dan dengan cepat mengetikkan pesan untuk Kimberly. Sementara Kaia mengikutinya dari belakang.
Kini, mereka duduk dalam Ferrari merah milik Galen, mesin yang menderu pelan mengisi kesunyian. Jalanan kota Chicago berkilauan di bawah lampu kota, dan mobil itu meluncur halus di antara hiruk-pikuk kendaraan. Keheningan di dalam mobil terasa tebal, namun tidak ada yang terburu-buru memecahkannya.
"Apa yang terjadi, Galen?" tanya Kaia, suaranya datar namun penuh pemahaman, seolah ia sudah bisa menebak kemelut yang melanda pria di sebelahnya.
Galen menghela napas, tatapannya lurus ke depan, fokus pada jalan yang mereka lalui. "Kami akan bercerai setelah anaknya lahir," jawabnya singkat, suaranya terdengar berat.
Kaia terkejut, bukan hanya karena berita perceraian, tetapi juga fakta bahwa Ainsley sedang hamil. Sejenak ia terdiam, mencoba mencerna semuanya. "Kau serius? Hubungan kalian bahkan belum berjalan dua bulan."
Galen menepikan mobilnya di pinggir taman yang sepi, deru mesin mobil berhenti bersamaan dengan napas berat yang ia hembuskan.
"Dari awal, hubungan kami memang tidak pernah sehat," katanya, suaranya rendah. "Aku menikahinya bukan karena cinta. Aku ingin dia merasakan sakit yang sama seperti yang aku rasakan ketika dia meninggalkanku dulu. Ini yang aku inginkan, Kaia."
Kaia menatapnya dalam, menggeleng pelan. "Tidak, Galen. Ini bukan yang kau inginkan. Matamu berkata lain."
Ada keheningan di antara mereka sebelum Galen kembali bersuara, kali ini nadanya terdengar lebih pelan, lebih jujur.
"Mungkin cinta yang kami miliki tidak pernah cukup untuk sumpah seumur hidup. Mungkin di kehidupan lain, bintang-bintang akan sejajar, entah bagaimana. Di sana, mungkin kami bisa saling menatap, tumbuh tua bersama, menjalani semuanya dengan lebih baik."
Kaia menghela napas, sorot matanya tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. "Kau mencintainya, Galen. Lalu kenapa kau memilih jalan ini? Kenapa kau berselingkuh dengan karyawanmu sendiri?"
Galen memandangnya, heran sekaligus takjub. "Bagaimana kau selalu tahu segalanya?"
Kaia tersenyum tipis, ada kesedihan tersirat di balik senyum itu. "Karena kekasihku adalah rival bisnismu, ingat? Dia tahu segala hal tentangmu dan terkadang, kami berbagi cerita."
Sebuah senyum kecil terbit di sudut bibir Galen. "Jadi, aku bahan percakapan kalian?"
Kaia mengangguk sambil tertawa kecil. "Sesekali, ya."
Hening kembali menyelimuti mereka, namun keheningan ini terasa berbeda. Kaia menatap Galen, mempelajari setiap detail wajahnya, matanya, senyumnya, dan segala hal yang sudah lama tidak ia lihat secara dekat. Di dalam pandangan itu, ada sesuatu yang lebih dalam, sebuah pengakuan yang tak terucapkan.
Kemudian, detik selanjutnya Kaia memecah keheningan dengan kata-kata yang menghantam seperti petir di langit malam.
"Kau punya istri yang mencintaimu, Galen. Jika tak bisa memperlakukannya dengan baik, setidaknya punyalah nyali untuk benar-benar meninggalkannya."
Kalimat itu terlepas dengan tajam, tetapi Galen tak bisa membantahnya. Ia hanya terdiam, membiarkan kata-kata Kaia menggema dalam dirinya, memaksa dia menatap kembali pilihan-pilihannya yang salah.
ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
Faded Desire
[22 September 2024]
-
-
KAMU SEDANG MEMBACA
FADED DESIRE
Storie d'amore[Mature 18+]‼️ Galen, seorang pengusaha sukses yang kaya dan berkuasa, bertemu kembali dengan Ainsley, mantan kekasihnya di tempat yang mengejutkan, sebuah rumah pelacuran. Di masa lalu, mereka adalah pasangan yang saling mencintai, tetapi cinta me...