CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!
ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
"Sudah selesai bertemu dengan pacarmu, hm?"
Suara Galen terdengar datar, nyaris seperti tawa sinis yang tertahan. Ainsley membeku, punggungnya terasa kaku, seakan tatapan Galen membakar tengkuknya. Perasaannya bercampur aduk, bingung, marah dan terluka. Bibirnya sedikit bergetar, namun ia tetap diam, tak berbalik.
Galen menutup MacBook dengan satu gerakan tenang namun tegas. "Atau mungkin kau lupa jika dirimu sudah menikah?" lanjutnya dengan nada yang semakin menusuk.
Ainsley tak bisa lagi menahan diri, ia akhirnya berbalik menatapnya. Mata mereka bertemu, tatapan penuh kebencian Galen seperti menghujam jantungnya.
"Aku hanya bertemu teman lama," bantah Ainsley dengan suara yang pelan namun tegas.
Galen bangkit dari sofa, langkahnya begitu tenang namun mengintimidasi saat ia mendekatinya. Wajahnya tetap datar, dingin, seperti batu karang yang tak tergoyahkan. Namun, di balik tatapan itu, ada sesuatu yang berbahaya, kemarahan terpendam yang siap meledak kapan saja.
"Teman lama?" gumamnya dengan nada yang sarat sindiran. "Sejak kapan kau mulai menyembunyikan pertemuan dengan seorang teman?"
Nada suaranya tajam, seolah-olah setiap kata yang keluar dari bibirnya adalah pisau yang menusuk Ainsley. Dia menahan napas, merasakan kehadiran Galen semakin dekat, begitu berat seolah udara di sekitarnya menekan tubuhnya. Dia tahu betul arah pembicaraan ini.
Galen selalu tahu bagaimana caranya membuatnya merasa kecil, bersalah, dan terjebak.
"Sungguh, aku hanya bertemu dengan temanku. Kami makan siang sebentar dan mengobrol. Hanya itu saja," ucap Ainsley, berusaha menjelaskan dengan segenap hatinya. Namun, setiap kata yang keluar seolah tertahan oleh benang-benang keraguan.
Langkah Galen terdengar semakin dekat, bunyi pantofelnya yang menghantam lantai marmer terdengar jelas di ruangan yang hening. Setiap langkahnya bagai lonceng peringatan yang berdentang keras di telinga Ainsley. Dia bisa merasakan ketegangan yang menggantung di udara, seperti badai yang siap meledak.
Ketika Galen akhirnya berhenti tepat di depannya, jarak mereka hanya beberapa inci. Ainsley bisa merasakan panas tubuhnya, namun kehangatan itu tidak memberinya kenyamanan, melainkan perasaan terkurung.
Galen menatapnya dengan intensitas yang membuat dadanya terasa sesak, matanya seperti api yang berkobar, penuh dengan rasa tidak percaya dan kemarahan yang ia coba sembunyikan.
"Bertemu dengan pria yang sejak dulu mengejarmu tanpa izin dari suamimu? Apakah itu etis, Nyonya Ainsley Lysander Barnaby?" Tekanan di suara Galen seperti palu yang menghantam dinding rapuh yang selama ini Ainsley coba pertahankan.
Mata Ainsley membelalak sesaat, terkejut. Bagaimana bisa Galen tahu tentang pertemuannya dengan Marvel? Jantungnya berdetak lebih cepat, seakan menyiarkan perasaan bersalah yang tiba-tiba menyeruak.
"Bagaimana kau tahu aku bertemu Marvel?" tanyanya, suaranya pelan, hampir berbisik.
Galen tertawa kecil, nada sinis bercampur amarah yang terpendam. "Bagaimana aku tahu?" ia mengulangi kata-katanya dengan ironi yang tajam. "Aku berada di restoran yang sama, Nyonya Barnaby. Dua kursi di sebelahmu. Seasik itukah kau bicara padanya hingga tak menyadari keberadaan suamimu sendiri?"
Kata-katanya menghantam Ainsley seperti ombak besar yang menghantam karang. Seketika, semua penjelasan yang ada di benaknya menguap.
Memang benar, saat ia duduk dengan Marvel, dia sepenuhnya tenggelam dalam percakapan nostalgia mereka. Begitu asyik hingga bahkan tak menyadari suaminya ada di sana, lebih dekat dari yang ia bayangkan, mengawasi setiap gerak-geriknya.
Ainsley membuka mulutnya untuk membalas, untuk menjelaskan, namun tak ada kata yang keluar. Bagaimana ia bisa menjawab itu? Bagaimana ia bisa menebus kesalahan yang bahkan ia tak sadari telah dirinya lakukan? Lidahnya terasa kelu, dan wajahnya memucat di bawah tatapan dingin Galen yang membakar, penuh dengan amarah dan kekecewaan.
Senyap meliputi mereka, hanya napas berat Galen yang terdengar jelas. Dia menatap Ainsley seperti predator yang siap menerkam mangsanya, sementara Ainsley hanya bisa berdiri di sana, merasa semakin terpojok.
"Aku tidak menyangka... suamiku sendiri akan menjadi mata-mata dalam bayangan, mengawasiku seolah aku ini tahanan," Ainsley akhirnya berkata, suaranya bergetar, mencoba mempertahankan kendali. Namun, dalam hati, ia tahu semua sudah terlambat.
"Jadi, itu sekarang salahku?" Galen melangkah mundur, tatapannya tajam namun sarat luka yang tersembunyi. Nada suaranya rendah, tapi penuh sindiran pahit yang tak bisa disangkal.
Ainsley terpaku, menatapnya dengan tatapan bingung, mencoba mencerna perkataannya.
"Salahku jika aku mengawasi istriku yang tengah bertemu dengan pria lain? Salahku merasa cemburu melihat istriku tertawa ceria bersama pria lain, sedangkan saat aku menyentuhmu..." Suara Galen bergetar dengan kemarahan terpendam, sebelum ia menambahkan dengan nada lebih tajam, "Kau menangis."
Kata-katanya menusuk Ainsley, menghantam seperti kilat di siang bolong. Ia menelan ludah, suaranya nyaris tak terdengar ketika akhirnya ia bertanya,
"Kau... cemburu?"Galen tertawa, tetapi tidak ada kebahagiaan di sana. Hanya sarkasme yang tajam. "Kau masih bertanya?"
Ia menatapnya, kekecewaan tergambar jelas di matanya. "Ah, aku lupa... Pelacur seperti mu memang tak akan pernah puas dengan satu pria, bukan?"
Ainsley tersentak mendengar kata-katanya yang kejam, dadanya terasa sesak seolah udara mendadak menghilang dari ruangan.
"Bagaimana aku bisa lupa?" Galen melanjutkan, nadanya dingin dan tajam. "Sekali pelacur, selamanya pelacur. Berapa uang yang dia tawarkan untuk menyewamu kali ini? Atau mungkin Marvel tengah menegosiasikan kesepakatan untuk membelimu dariku?" Galen tersenyum getir, sinis, seolah menikmati rasa sakit yang ia ciptakan.
"Benar-benar luar biasa, Ainsley," lanjutnya, menatap Ainsley seperti ia tak lebih dari sekadar barang dagangan.
Ainsley berdiri kaku, seakan beban kata-kata Galen menggantung di udara, menyakitkan. Di matanya, Galen telah kehilangan kehangatan, menggantikannya dengan penghinaan yang ia gunakan sebagai tameng untuk menutupi rasa sakit yang sesungguhnya.
"Jika aku hanya pelacurmu, jika aku hanya properti, jika aku hanyalah barang yang kau beli di rumah bordil, untuk apa kau terus mempermasalahkan segala sesuatu tentangku, Galen?" tanya Ainsley, suaranya bergetar dengan emosi yang terpendam. Air mata mulai membasahi matanya, menambah kesedihan dalam suaranya.
Dia melangkah lebih dekat, keberaniannya bertambah meski jantungnya berdebar kencang. "Cukup gunakan tubuhku, puaskan hasrat dan keinginanmu. Tak perlu repot-repot mengurusi perasaan jika memang aku hanya wanita yang kau beli."
Galen terdiam, matanya menatap ke bawah, lalu beralih menatap wajah Ainsley yang kini memerah, matanya yang hijau bersinar dengan kesedihan dan kemarahan.
"Cukup buat aku menderita di bawah kuasamu, hina aku, jatuhkan harga diriku sampai kau puas," lanjut Ainsley dengan nada penuh keputusasaan. Suaranya mengejang, mengungkapkan rasa sakit yang lebih dalam daripada luka fisik.
Suasana hening dan penuh ketegangan menguasai ruangan. Tatapan mereka bertemu, penuh dengan kenangan yang tak bisa dihapus.
Sejenak, ruang di sekitar mereka seakan memudar dan mereka kembali ke delapan tahun yang lalu, ketika pertama kali bertemu. Saat tatapan mereka saling bertaut, penuh cinta dan harapan yang tersembunyi di balik senyuman sederhana dan sentuhan lembut.
Sekarang, tatapan yang sama itu terpantul dalam mata mereka, tetapi dengan beban dan luka yang jauh lebih dalam. Meskipun penuh dengan kemarahan dan kepedihan, ada rasa kerinduan yang mendalam, seperti kenangan yang tak pernah sepenuhnya hilang.
Kedua tatapan itu, dulu penuh dengan harapan dan cinta yang tulus, kini menjadi pengingat yang menyakitkan. Meskipun kini dipenuhi rasa sakit, didalam diri keduanya masih tersisa kilasan rasa yang sama.
ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
Faded Desire
[12 September 2024]
-
-Kalau part ini tembus 50 vote, aku akan kasih adegan spesial buat part selanjutnya😋
KAMU SEDANG MEMBACA
FADED DESIRE
Romance[Mature 18+]‼️ Galen, seorang pengusaha sukses yang kaya dan berkuasa, bertemu kembali dengan Ainsley, mantan kekasihnya di tempat yang mengejutkan, sebuah rumah pelacuran. Di masa lalu, mereka adalah pasangan yang saling mencintai, tetapi cinta me...