CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!Jangan lupa untuk follow akun wattpad author untuk dapat info update.
Konten promosi tersedia di instagram [hryntibooks_] dan tiktok [astihr_] 🥰When Love Loses Its Way [2]
ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
Waktu terasa melambat. Mereka berempat kini berdiri diam, seolah udara di dalam kafe tiba-tiba menjadi terlalu berat untuk dihirup.
Ainsley menundukkan pandangannya, lalu perlahan melirik ke arah tangan Kimberly-genggaman erat itu menusuk lebih dalam dari yang seharusnya.
Ada sesuatu di dadanya yang terasa nyeri. Mungkin ini hanya perasaan bodoh, tapi tetap saja, melihat suaminya menggandeng wanita lain di hadapannya membuat hatinya bergetar.
Manik hijau Ainsley bertemu dengan tatapan kecokelatan Galen. Hanya sesaat, tapi dalam diam, seakan keduanya berbicara dalam bahasa yang hanya mereka mengerti. Ada luka, ada pertanyaan, ada sesuatu yang dulu pernah ada-dan kini nyaris tak tersisa.
Namun, hanya butuh satu kedipan mata untuk menghancurkan semua itu.
Galen menarik napas panjang, lalu tanpa sepatah kata pun, ia melangkah melewati Ainsley dan Marvel. Tak ada lirikan ke belakang, tak ada tanda bahwa ia peduli. Ia hanya berjalan lurus, membawa Kimberly bersamanya, duduk di salah satu sudut kafe seolah yang baru saja terjadi tak ada artinya.
Marvel menoleh ke arah Ainsley, ragu. "Kau... ingin menemui suamimu dulu?" tanyanya, suaranya terdengar hati-hati.
Ainsley menutup matanya sejenak, mengatur napas, lalu menggeleng pelan. "Tidak."
Tanpa menoleh lagi, ia melangkah keluar. Marvel menatapnya sesaat sebelum akhirnya mengikuti di belakang.
ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
Mercedes-Benz Maybach hitam melaju dengan tenang di sepanjang jalan kota, tapi suasana di dalamnya terasa jauh dari ketenangan.
Ainsley duduk diam di kursi penumpang, memandangi jalan dengan tatapan kosong. Tak ada ekspresi, tak ada keluhan. Hanya keheningan yang begitu pekat hingga Marvel bisa mendengar setiap embusan napasnya.
Berkali-kali Marvel melirik ke arahnya. Setiap kali ia bertanya, jawaban Ainsley tetap sama, "Ke dokter kandungan."
Tak ada emosi dalam suaranya. Tak ada kemarahan, kesedihan, atau bahkan ketegasan. Seolah ia hanya sekadar mengucapkan kata-kata tanpa benar-benar merasa. Namun, Marvel tahu lebih baik. Ia tahu Ainsley bukan tegar-ia hancur, hanya saja terlalu lelah untuk menunjukkannya.
Dan Marvel... untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, merasa begitu menyesal.
Bukan hanya karena melihat Ainsley seperti ini, tapi karena ia sadar, setiap kali wanita itu terluka, namanya selalu terukir di balik luka itu.Ia terlibat sejak awal-menghancurkan keluarga Galen, memisahkan mereka, menciptakan jurang yang akhirnya menelan mereka berdua.
Dan sekarang, ia ada di sini lagi, duduk di samping wanita yang telah ia sakiti dengan cara yang sama berulang kali.
Marvel ingin mengatakan sesuatu. Ingin berteriak, ingin meminta maaf. Tapi lidahnya kelu, tertahan oleh rasa malu yang terlalu besar.
Karena bagaimana mungkin seseorang yang telah menghancurkan begitu banyak hal, masih berharap untuk dimaafkan?
Mobil itu berhenti mulus di parkiran luas rumah sakit. Tanpa menunggu, Ainsley membuka pintu dan melangkah keluar, nyaris tanpa ragu.
Marvel, yang sedari tadi terus mengawasinya, buru-buru mengekor di belakang. Untuk ukuran seorang wanita yang tengah mengandung, langkah Ainsley terlalu cepat, seolah ada sesuatu yang ingin segera ia sudahi.
Mereka berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit menuju area pemeriksaan khusus kandungan. Ainsley sudah sering ke sini, bahkan untuk hari ini pun ia telah membuat janji.
Dr. Noah Huokhis. Dokter muda yang ia percayai untuk memeriksa kandungannya. Namun, siapa sangka dokter itu bukan hanya sekadar profesional di bidangnya, tapi juga teman dekat Galen.
Saat Ainsley membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan, Noah menyambutnya dengan senyum ramah, tapi raut wajahnya segera berubah begitu melihat pria lain mengekor di belakangnya.
Dahi Noah berkerut. "Kau ayahnya?" tanyanya tajam.
Marvel langsung melotot, ekspresinya tak kalah terkejut. Ia mengangkat kedua tangannya, menegaskan ketidakterlibatannya. "Bu-bukan aku."
Noah menyeringai sinis, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. "Ahh... lalu ke mana perginya bajingan itu?" Nada suaranya terdengar ringan, tapi jelas siapa yang ia maksud.
Marvel hanya mengangkat bahu. Ia tidak ingin menjawab, tidak ingin menambah bahan pembicaraan yang jelas akan semakin memanaskan suasana.
Namun, yang lebih mengejutkan adalah Ainsley. Wanita itu tetap diam, duduk manis di kursinya, seolah tak mendengar percakapan barusan. Tak ada reaksi, tak ada keberatan, seakan nama 'Galen' bahkan tak lagi berarti baginya.
Pemeriksaan berlangsung cukup lama, dan seperti yang sudah diduga, hasilnya tetap sama.
Tubuh Ainsley terlalu lemah untuk menanggung kehamilan ini.Noah menutup catatan medisnya dengan napas berat, lalu mengalungkan kembali stetoskopnya ke leher. "Kau yakin ingin mempertahankannya?" tanyanya tanpa basa-basi. "Keputusan itu bisa membuatmu tersiksa, atau yang lebih buruk lagi... bisa membunuhmu."
Ainsley terdiam, tangannya refleks mengelus perutnya yang mulai sedikit membesar. Ada kehidupan di sana-nyawa kecil yang belum mengenal dunia, yang belum tahu bahwa keberadaannya begitu dipertanyakan.
"Tidak bisakah aku mempertahankannya?" suaranya lirih, nyaris seperti bisikan.
Noah menatapnya dalam. "Tentu bisa," katanya, bahunya terangkat sedikit. "Asalkan kau bersedia mempertaruhkan nyawamu."
Marvel mendengus tak suka, ekspresinya mengeras. "Bisakah kau bicara lebih halus?" tegurnya, tatapannya tajam menusuk ke arah Noah.
Dokter itu hanya mengangkat alisnya santai. "Intinya begini, Ainsley..." Ia menjeda kalimatnya, memastikan wanita itu benar-benar mendengarkan. "Untuk apa kau mempertahankan bayi dari seorang pria yang bahkan tak pernah ingin tahu bagaimana kondisimu?"
Ainsley menegang.
"Coba pikirkan, berapa kali kau merasakan nyeri hebat di perutmu?" lanjut Noah, suaranya lebih pelan, tapi tegas.
Ainsley menelan ludah, jantungnya berdetak lebih cepat. "Sering," akunya akhirnya.
Noah menghela napas panjang, seolah jawaban itu sudah ia duga. "Nah, apakah suamimu tahu?" Matanya mengunci Ainsley, tak membiarkan wanita itu lari dari kenyataan. "Atau setidaknya... pernahkah dia bertanya apakah kau baik-baik saja?"
Sunyi.
Tak ada jawaban.
Dan dari diamnya Ainsley, mereka semua tahu bahwa Galen memang tak pernah bertanya.
ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
FADED DESIRE
[Re-Upload]
13 Februari 2025
-
-

KAMU SEDANG MEMBACA
FADED DESIRE
RomanceKetika cinta lama bertemu dengan dendam, segalanya berubah menjadi permainan yang memabukkan. Galen Barnaby, pengusaha kaya dan berkuasa, tak pernah menyangka akan menemukan Ainsley, mantan kekasihnya, di sebuah rumah pelacuran. Dulu, mereka saling...