Chapter 27

16.2K 574 21
                                    

CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!

Jangan lupa untuk selalu tekan vote dan ramaikan komentarnya ya🫶🏻
Follow akun Author untuk info update.

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Banyak yang bilang, jangan pernah berharap terlalu banyak pada manusia. Harapan itu seperti bermain di tepi jurang, rapuh dan mudah jatuh.

Ainsley kini memahami kebenaran dari kata-kata itu. Setelah semua yang terjadi, ia tak lagi berani berharap apa pun, terutama dari pernikahannya dengan Galen. Suaminya. Orang yang seharusnya menjadi tempat ia bersandar, namun justru melukai lebih dalam dari siapa pun.

Apa lagi yang bisa ia harapkan dari hubungan yang sudah hancur lebur ini? Apa yang harus ia perjuangkan ketika suaminya lebih memilih tidur dengan sekretarisnya daripada mempercayai kenyataan bahwa Ainsley mengandung anaknya? Rasa kecewa yang sudah mencapai puncaknya kini berubah menjadi kehampaan. Tak ada amarah tersisa, hanya luka yang menggerogoti hati sedikit demi sedikit.

Sudah berkali-kali Galen merendahkannya. Dari pertemuan pertama mereka di rumah pelacuran, di mana Ainsley terpaksa masuk dalam dunia gelap itu hanya untuk bertahan hidup, hingga keputusan Galen untuk menikahinya. Bukan karena cinta, bukan karena pengertian, tetapi karena Galen tahu Ainsley tak punya pilihan.

Pernikahan itu bukanlah sebuah janji suci, melainkan pernyataan dominasi. Galen selalu mencapnya sebagai wanita hina, meskipun kenyataannya Ainsley belum pernah tersentuh pria lain sebelum dia.

Dan yang paling menyakitkan? Ketika Galen mempertanyakan siapa ayah dari anak yang Ainsley kandung, seolah-olah ia tak pernah menyentuhnya, seolah Ainsley adalah seorang pendusta. Padahal, Galen tahu betul dia adalah satu-satunya pria dalam hidup Ainsley.

Suara langkah berat terdengar di lorong ketika Galen pulang. Salah satu pelayan yang melihatnya langsung menyapa, "Tuan sudah pulang?"

Ainsley duduk di sofa ruang tamu, tengah memotong buah dengan tenang. Pandangannya melirik sekilas ke arah suaminya.

Tak ada sapaan hangat, tak ada obrolan ringan di antara mereka. Seperti dua orang asing yang kebetulan berbagi atap, mereka hanya bertukar pandang sekilas, sebelum masing-masing mengalihkan perhatian kembali pada dunianya sendiri.

Kesunyian di antara mereka berbicara lebih lantang dari kata-kata. Pelayan-pelayan di rumah itu hanya bisa menunduk prihatin, menyaksikan betapa renggang dan dinginnya hubungan di antara majikan mereka. Mereka tahu bahwa keadaan ini tak seharusnya terjadi, namun siapa yang bisa mengubah jalan hidup ketika dua hati yang dulunya saling mengenal kini terpisah oleh tembok kebencian dan ketidakpercayaan?

Bagi Ainsley, cinta itu sudah mati. Yang tersisa hanya kewajiban, rasa tanggung jawab pada anak yang ia kandung. Sementara Galen, meski tak pernah mengakui, dirinya tahu di sudut hatinya bahwa ia telah menghancurkan wanita yang seharusnya ia lindungi. Namun, kata maaf tak pernah keluar. Hanya kebisuan dan ketidakpedulian yang mengisi hari-hari mereka.

Saat hendak menaiki tangga mewah di rumahnya, langkah Galen terhenti. Kepalanya berputar, pandangannya tertuju pada punggung Ainsley yang duduk di sofa. Ada sesuatu dalam keheningan itu yang mengusiknya.

Pelayan yang menyadari gerakan Galen segera menunduk, lalu mundur perlahan, seolah tahu bahwa ini adalah momen di mana tak ada yang boleh mengganggu.

"Ainsley," panggil Galen dengan suara rendah, hampir seperti bisikan.

Ainsley, yang baru saja hendak memasukkan potongan mangga ke dalam mulutnya, berhenti. Dia tidak menoleh, hanya menatap lurus ke depan. Ketegangan memenuhi ruangan itu seperti udara yang tebal.

FADED DESIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang