38. Unit Tugas Khusus III

168 35 16
                                    

"Kau tidak akan bergabung?"

"Tidak, Sir. Ada yang harus kukerjakan lebih dulu."

Samuel memandang mantan murid didiknya di Cyprus dulu. Yang selalu mendapat nilai teratas di berbagai bidang hingga membuat para petinggi berdecak kagum. Yang dipastikan lolos seleksi dengan kualifikasi terbaik namun tiba-tiba mengundurkan diri tanpa alasan yang jelas lalu muncul kembali sebagai seorang Detektif.

"Kau menemukan sesuatu, kan?"

"Ya."

"Dan kau ingin memastikannya dahulu sebelum memberitahu kami?"

Jes mengangguk.

"Kalau begitu apa boleh buat. Lakukanlah, Nak. Ikuti instingmu seperti biasa."

"Terima kasih untuk kepercayaan anda, Sir."

Pria 40 tahun itu tersenyum. "Sejujurnya, kau bahkan tidak perlu melapor padaku, Nak. Apa kau tidak ingat bahwa kaulah yang ditunjuk untuk mengepalai tim?"

"Aku tidak pernah merasa begi –"

"Suka atau tidak, kau harus melaksanakannya, Jes. Dan tidak ada satupun dari kami yang keberatan. Jadi, kuharap kau jangan merasa terbebani."

Satu hal yang Jes kagumi dari pria di depannya ini adalah meski mengalami banyak kepahitan dalam hidup namun keadaan tersebut tidak lantas menghilangkan sisi manusiawi dalam diri Samuel Lewis. Ahh, seandainya saja sang Ayah mau belajar berdamai dengan kehilangan, mungkinkah kebencian tidak akan tumbuh dan menggerogoti hubungan di antara keduanya?

"Enggg, ngomong-ngomong soal mitramu," Samuel mengisyaratkan Jam yang berdiri kikuk di antara anggota Unit Tugas Khusus. "Apa dia memiliki keahlian?"

Jes menggeleng tegas.

"Lantas, atas dasar apa kau membiarkannya tetap di sekitarmu?"

Jes melemparkan jaketnya ke dalam Camaro. Kaos lengan pendek yang dikenakannya membuat bagian kulit cokelat berkerut di atas sikunya terlihat meski samar. "Setidaknya mulut dan telinganya cukup bermanfaat, Sir."

Samuel menaikkan kedua alisnya namun detik berikutnya menyeringai paham.

***

Sunyi. Sepi. Senyap.

Suasana inilah yang yang sebenarnya Bible dambakan jikalau kesialan tidak tiba-tiba menganggur lalu memutuskan menggandeng kegaduhan untuk bermain-main dalam kehidupannya yang tenteram. Padahal, baru genap seminggu ia menginjakkan kaki di Hokuokalani tapi berbagai peristiwa dasyat yang tak pernah terbayangkan sudah menghantamnya hingga membuat Bible harus terjebak menjadi seorang kriminal di Ewa-Lani.

Apakah lebih baik jika ia menghubungi Phi Seoul dan menjelaskan bahwa liburannya telah berubah menjadi bencana?

Tidak! Tidak!

Bisa-bisa kontraknya dihentikan LTA dan dia harus membayar denda delapan kali lipat.

Ataukah lebih baik jika ia mengirim permohonan perlindungan warga sipil pada Kedutaan Thailand?

Tapi dengan alasan apa? Interogasi di bawah tekanan sebagai pelaku penculikan tanpa surat penahanan resmi?

Tidak! Tidak!

Bisa-bisa Dinas Keselamatan terkutuk itu malah menyerahkan surat permintaan penyelidikan ulang.

AARRRRGGGGHHHHH!! BRENGSEK! KENAPA KAU BERSIKERAS UNTUK DATANG KEMARI WICHAPAS SUMETTIKUL YANG BODOH!! KENAPA?????? DASAR SINTING!!

"Kau sedang mengalami konflik batin, ya?"

Bible yang menjambak rambutnya menoleh seraya tercengang. "Bagaimana kau tau, Iblis kecil?"

Star in the Water | JESBIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang