13. Awal Kekacauan

208 40 12
                                    

Diantara opsi kecelakaan karena tak adanya lampu penerangan jalan atau bermalam sehari di Ewa-Lani dan kembali saat matahari bersinar terang, tentu saja membuat Bible menyetujui pilihan kedua tanpa perlu berpikir panjang.

Meskipun sejujurnya medan yang sebelumnya mereka tempuh tidaklah terlalu ekstrem, tetap saja menyetir dalam gelap dengan hanya ditemani lampu mobil saja bukan ide yang bagus kecuali ia memang berniat untuk mempersingkat waktu hidupnya. Jadi, setelah perbincangan yang alot dengan Paman Film –selama puncak festival Pomaika'I semua penginapan tutup kecuali untuk tamu yang sudah memesan hari sebelumnya- mereka diperbolehkan untuk menempati salah satu kamar di hale hale milik Nat dengan syarat tidak meletakkan jari barang sejengkalpun pada barang-barang miliknya.

"Maaf atas semua ketidaknyamanan ini," ungkap yang lebih tua selagi mengikat jaring penghalau nyamuk di sekeliling ruangan. "Paman Nat memang tidak pernah mengijinkan siapapun masuk ke sini. Dan meski kita adalah pengecualian, tetap saja kita harus mengikuti peraturannya, kan?"

"Tak masalah," balas Bible. Telapaknya masih meraba permukaan dinding tak rata yang terbuat dari tanah liat merah.

"Pamanku juga terbiasa tidur di lantai jadi hanya ini yang dia punya."

Sebenarnya dibanding ranjang, benda yang ditunjuk Film lebih mirip tumpukan karpet yang dilapisi kain lusuh.

"Sudah kubilang aku tak keberatan."

"Pokoknya kupastikan untuk membalasnya dengan pelayanan terbaik jika kita sudah kembali ke Ku'uaki." Dilihatnya Bible mengangguk. "Kalau begitu selamat malam."

"Engg... Kau tidak tidur di sini?"

"Paman Nat berpesan untuk menjaga api unggun supaya tidak padam sampai matahari terbit, sudah tradisi, jadi aku harus bersiaga di belakang. Tenang saja, aku masih bisa beristirahat di hammock." Ekspresi Film mendadak berubah. "Jangan katakan kalau kau emmm... Takut seorang diri?"

Seandainya pemuda itu dapat melihat makhluk menyebalkan bermata bulat cemerlang yang selalu membuntuti Bible seperti seekor Pomeranian, ia pasti akan langsung menarik kembali ucapannya.

"Tidak. Aku hanya bertanya."

"Kau yakin?"

"Bagaimanapun, manusia tetap lebih menakutkan ketimbang setan."

***

Wangi menyengat dari campuran rempah, rumput kering dan akar alang-alang yang tercium di setiap sudut ruangan sedikit banyak membuat Bible sakit kepala. Alas tidurnya yang keras juga cahaya bulan merah penuh yang menembus lubang segi empat –yang sepertinya adalah jendela- membuat matanya sulit terpejam, padahal biasanya, dia bukanlah tipe yang suka mengeluh apalagi saat rasa lelah sedang mengambil alih. Jadi, setelah bosan berguling ke kanan dan kiri, Bible menyerah untuk tidur. Ia kini berbaring terlentang dengan sebelah tangan menyangga kepala.

"Apa kau sedang meniru banshee (roh wanita) untuk Halloween?"

Barcode yang melayang beberapa inchi di atas –hampir sejajar atap jerami- dengan poni yang berjatuhan juga lengan dan kaki menjuntai, berdecak sebal. Niatnya menakuti Bible lagi-lagi gagal total. Oh, Barcode, reaksi apa yang kau harapkan dari seseorang yang merupakan jelmaan Lucifer?

"Tidak. Aku sedang berlatih menjadi Pee Mak."

"Cocok untukmu."

Si remaja dengan sengaja menjatuhkan diri menembus Bible. Sensasi dingin yang tercipta membuat lelaki berwajah galak itu bergidik meski hanya sesaat.

"DASAR SET –"

"Pppsssstttsssss. Suara apa itu?"

"JANG –"

Star in the Water | JESBIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang