Plymouth Fury tetap melaju dengan kecepatan tinggi meski pekatnya kabut membatasi jarak pandang di jalanan hutan aubree. Di dalamnya, seorang pria berambut auburn dengan lihai memegang kemudi, mengendalikan si 'merah klasik' dalam turunan curam maupun kelokan tajam tanpa jeda.
Cahaya bulan yang mengintip malu-malu lewat celah pepohonan tinggi - yang mungkin sudah beratus-ratus tahun umurnya- meningkatkan kesunyian ke level yang lebih ekstrem tatkala tak ada satupun mobil lain yang mengikuti ataupun berpapasan dengannya di pukul tiga dini hari ini.
Bahkan, lantunan musik dari radio, Elvin bishop - fooled around and fell in love, terdengar mencekam karena sinyal yang timbul tenggelam. Jadi, alih-alih ditemani ketukan nada ceria, rasanya malah seperti Chedipe (penyihir) yang sedang merapal kutukan untuk menyerap jiwa tepat di telinga.
Situasi semacam ini biasanya bisa membuat nyali seseorang bahkan pria dewasa berpengalaman berubah ciut. Namun, lain halnya dengan seorang Jespipat.
Jika orang lain memilih lari ketika bertemu seorang pembunuh berantai dengan kapak dalam genggaman, Jes justru akan menantangnya berduel meski dengan tangan kosong. Jika orang lain memilih untuk pergi ketika mengetahui tempat yang ditinggalinya berhantu, Jes jelas akan tetap bergeming meski lolongan isak tangis menemani malam-malamnya yang dingin. Dan jika orang lain memilih untuk berbalik mencari cahaya maka bisa dipastikan Jes akan terus menembus kegelapan tak pasti meskipun dengan taruhan malaikat maut yang menjegalnya.
Mungkin ini jugalah alasan Jam tetap menuruti perintahnya meskipun menghujaninya dengan sumpah serapah di belakang.
Bukankah seseorang yang tidak mengenal rasa takut jauh lebih menyeramkan dibanding setan?
Setelah satu papan penunjuk bertuliskan 'Selamat datang di Braeden City' terlewati, deretan batang pohonan yang sebelumnya berfungsi sebagai pembatas jalan kini berganti menjadi lajur trotoar.
Bergerak satu kilometer ke depan, barisan tiang dengan lampu tabung fluorescent menerangi satu-satunya akses jalan yang menghubungkan hutan aubree dengan alun-alun kota. Meskipun tak terlihat satu pun manusia yang bisa disapa - Yahh, apa yang kau harapkan dari Braeden City yang penduduknya tak lebih dari 3000 orang- tetap saja perubahan atmosfer kentara sekali terasa. Seolah melompat dari film bergenre noir ke horor mainstream meskipun tentu saja tak lama lagi akan berubah menjadi thriller misteri yang mencengangkan.
Di persimpangan, Jes memutar kemudi ke kanan yang mengarahkannya pada satu-satunya hotel yang berdiri, Bhramar –yup belum ada 36 jam kini ia malah terpaksa kembali-. Jes sengaja memakirkan mobilnya di seberang jalan. Cukup dekat untuk mengamati seorang concierge (pembuka pintu) kurus yang mengantuk tapi juga tersembunyi jikalau ada yang mencurigainya.
Ia lalu melipat kedua lengannya di dada dan merebahkan punggung setelah sebelumnya menutupi wajahnya dengan halaman koran lama. Tak sampai dua menit, dengkuran halus memenuhi interior.
KAMU SEDANG MEMBACA
Star in the Water | JESBIBLE
FanfictionKetika pemuda yang selalu dikuntit maut itu akhirnya bertemu dengan seseorang yang dinaungi oleh cahaya, bagaimanakah jalinan takdir yang akan tercipta ditengah kematian yang mengelilingi? ---------------------------------------------------------- L...