44. Pemuda yang Dibuntuti Kematian III

390 55 7
                                    

"Mengapa kematian bisa membuntutimu, Jespipat?"

Meski sejujurnya ia tak merasa terkejut dengan pertanyaan Bible namun bayangan yang terpantul di retina si Aktor membuat rahang Jes mengeras. 

"Berpegangan yang kuat." 

Tanpa aba-aba, Jes langsung berlari secepat mungkin. Yang menakjubkan, bahkan dengan pijakan bergelombang juga tambahan Bible di punggung, pergerakan pria berambut auburn itu tetap stabil seolah-olah staminanya baru terisi penuh. Padahal, belum sampai dua jam yang lalu, Jes jatuh pingsan. 

"Hei, berhenti meremas bokongku!"

"Lalu apa lagi yang harus kupegang? Kau masih sanggup protes di saat genting seperti ini?"

"Memangnya ada ap-"

"Jangan menengok ke belakang, Wichapas!"

"Jangan menengok ke belakang, Wichapas!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlambat. 

Bible keburu bertatap muka dengan Kematian. Onyxnya terpaku pada kegelapan di dalam jubah bertudung yang menutupi. Rasanya bak tersedot pada zat paling hitam pekat di dunia dan yang lebih mengerikan tidak ada jalan keluar. Ledakan suara tak dikenal langsung bertabrakan di pendengaran Bible berbarengan dengan rasa sakit luar biasa yang menyergap, berkali-kali lipat dari yang sebelumnya ditorehkan Barcode.

DOR!

Untuk kedua kalinya Colt dalam genggaman Jes memuntahkan peluru. Lengking mengerikan memenuhi udara bersamaan dengan bayangan hitam yang menguap.

"Bible, hei Wichapas! Kau mendengarku?"

Uap dingin yang terbentuk dari hembusan napas si Aktor mengaktifkan seluruh sistem pertahanan Jes terlebih saat ia menyadari tubuh dalam gendongannya mulai terkulai. Mengabaikan cengkeraman terselubung yang membekukan jantung, Jes terus bergerak. Pendant yang tergantung di lehernya bergulir seirama dengan langkah kaki Jes. Dalam tebalnya kabut yang mendadak menyergap, konstelasi sang pemburu  yang terhubung dari sembilan titik utama batuan serendibite menyala terang bagaikan bintang di langit malam.

"Bertahanlah!" ucap Jes ketika keduanya akhirnya berhasil mencapai Camaro. Dengan tergesa, didudukannya tubuh pria berambut hitam itu di kursi. Lengan Jes kemudian terjulur, mengangkat pakaian Bible untuk mengecek luka-luka yang baru saja tertoreh namun nihil, sepasang andradite itu tidak menemukan cedera bahkan goresan sedikitpun di permukaan kulit Bible.   

"Uuuugghhh."

Ringisan yang keluar dari mulut Bible mau tak mau membuat pandangan Jes berpindah ke wajah si Aktor. Keterkejutan yang sebelumnya melanda semakin bertambah saat si Detektif dihadapkan pada visual yang terpantul di retina miliknya. 

Arteri dan vena yang seharusnya berfungsi mengalirkan darah kini terlihat seolah baru saja ternoda oleh sesuatu berwarna hitam pekat menciptakan garis-garis mengerikan di seluruh wajah Bible. Kelopak matanya terbuka lebar menampilkan sklera yang sudah berubah sepenuhnya menjadi gelap. Jantung Jes rasanya jatuh ke perut.

Star in the Water | JESBIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang