26. Jamuan Terakhir

264 47 5
                                    

Hale kuili (rumah yang dibangun dengan konsep mirip peternakan) milik orang tua Charise kini terlihat ramai kontras dengan beberapa hari yang lalu saat Jes dan Jam berkunjung. Warga yang tinggal di dasar lembah berbondong-bondong datang setelah sirine ambulan bergema. Puluhan kepala melongok penasaran tentang keberadaan empat mobil patroli dari Dinas Keselamatan Ewa-Lani yang terparkir sembarangan di halaman yang dipenuhi rumput teki. Akibatnya jejak ban dan alas kaki tumpang tindih di sepanjang jalanan masuk berlumpur.

Jes yang memutuskan memarkir Camaronya agak jauh untuk menghindari power skid (ban selip) memutar bola matanya melihat tindakan tak bertanggung jawab yang dilakukan para petugas. Bagaimana mereka begitu ceroboh dengan tidak mengamankan TKP serta tidak membentangkan garis polisi saat dua orang yang tinggal di sana dinyatakan bunuh diri?

"Setidaknya belum ada orang bodoh yang mencoba menerobos masuk," kata Jam seolah bisa membaca kernyit rekannya.

Pria itu hanya mendengus.

Untungnya, suasana di dalam Hale kuili masih sama seperti dalam ingatan Jes. Berantakan dan tidak terawat yang berarti para petugas Dinas Keselamatan belum sempat atau sengaja tidak menyentuh perabot dan barang apapun. Entah dengan alasan tidak ingin menghilangkan barang bukti atau lagi-lagi soal pengabaian olah TKP secara menyeluruh.

"Detektif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Detektif." Sapaan Arm membuat semua perhatian langsung tertuju pada Jes dan Jam. "Kapten Mile menunggu." Dua reaksi berbeda yang ditampilan saat personel yang bertugas di Divisi orang hilang itu mengarahkan mereka ke ruang makan memperjelas jam terbang di antara Detektif Jespipat dan Jam Rachata apalagi ditambah dengan bau ammonia dan hydrogen sulfide yang menyengat.

Yang berpostur 182 sentimeter berjalan tenang sembari mengamati setiap sudut berbanding terbalik dengan Jam yang gugup luar biasa. Pria itu menelan ludah berkali-kali bahkan menyenggol vas hingga berguling jatuh. Nyaris pecah berkeping kalau saja Mile tidak menangkapnya tepat waktu.

"Harap berhati-hati, Detektif," tegurnya.

"Maaf, maaf sekali, Kapten." Meski tampilan Mile begitu sangar dengan tubuh yang dipenuhi bekas luka , alasan kaki pria berambut hitam ini gemetar justru karena keberadaan Makani yang berdiri tegak mengobarkan aura permusuhan.

Mengingat bagaimana sang Kadet mengklaim bahwa Charise adalah sahabatnya dan juga ancamannya pada Jes, ia pasti sangatlah terpukul ketika mendengar laporan tentang orang tua Charise yang tiba-tiba bunuh diri.

"Seperti yang saya jelaskan di telepon, Dinas Sosial Ewa-Lani menghubungi kami karena sudah beberapa hari tidak melihat keberadaan Tuan dan Nyonya Hainuwele. Bahkan kurir yang biasa mengantarkan bahan pokok mengatakan keduanya tidak juga membukakan pintu meski ia telah menunggu nyaris satu jam lamanya. Dan saat petugas mencoba memeriksa, Tuan dan Nyonya Hainuwele sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Oh, dan kami sama sekali tidak mencurigai kalian." Mile memandangi Makani untuk beberapa detik sebelum berdehem. "Kami hanya ingin memastikan, adakah sesuatu yang terlihat janggal saat bertemu Tuan dan Nyonya Hainuwele, Detektif?"

Star in the Water | JESBIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang