33. Penjaga Ua'uila

265 52 8
                                    

GUKK. GUKK. GUKK!

Mantrisanu langsung melompat ke pelukan Jes saat seekor beauceron mendadak muncul dan menyalak galak pada kedua orang asing. Dengan telinga terkupir dan rentetan gigi tajam yang siap menerkam, anjing yang memiliki ciri khas aksen merah kecil di bulunya ini terus menggeram dengan posisi siap menyerang.

"Sial! Mereka meninggalkan penjaga rupanya. Bagaimana ini?"

GUKK. GUKK. GUKK!

Anjing besar itu lagi-lagi menyalak galak. Tapi, Jes tidak terlihat takut. Sebaliknya, kedua iris cokelat itu memandang lurus pada si beauceron ibarat phantera pardus yang mengintai musuh. Dan setelah beberapa saat, anjing penjaga itu mundur lalu berlari menjauh karena terintimidasi.

"Bisakah anda menjaga jarak sekarang, Soranun?"

Jelas bukan perkataan Jes yang membuat cekalan Mantrisanu pada bahu pria berambut auburn itu mengendur tetapi karena aura aneh yang menguar.

"Kurasa ucapan Fluke memang benar."

"Tentang?

Baumu yang seperti kematian.

"Lupakan saja. Jadi, dari mana kita harus memulainya?" tanyanya berkelit.

Bukannya menjawab, Si Detektif malah mendorongnya jatuh, nyaris tercebur ke dalam kolam jika tidak ada bean bag yang menahannya.

"Oh, F*ck!! Apa yang kau -" ucapannya terputus ketika sebuah parasol biru yang tertiup angin menukik tajam melewati tempatnya semula berdiri. Ujungnya yang runcing menancap pada celah kursi santai yang terguling di lantai. Untuk sesaat, kelopak Mantrisanu terus berkedip cepat selagi otaknya memproses hal yang baru saja terjadi.

"Errrr, kurasa etiket menarik tubuhku ke dalam pelukanmu jauh lebih pantas dibanding menghempaskanku begitu saja, Jespipat. Seperti yang kau lihat aku ini manusia dan bukannya manekin meski yeahh, banyak yang menganggapku mirip seperti Ken si Barbie."

Jes yakin, jika saja Fluke ada bersamanya sekarang, lelaki itu pasti akan menertawakan celotehan sang Kakak habis-habisan.

"Aku berani jamin kalau tanganku selalu kubersihkan dengan cairan anti septik, jadi bisa tolong berikan sedikit bantuan?" kata Mantrisanu yang ternyata sudah mengulurkan lengannya. Lantai yang licin dan bokong yang tertanam sepenuhnya pada kursi lantai berisi manik-manik polistiren membuat pria itu -sedikit- kesulitan untuk berdiri. Naas, Jes tetap bergeming.

"Oucchh, kurasa tulang pinggulku bergeser karena ulah seseorang, tidak, bahkan kupikir di sana sedikit retak, oucchh." Ia mulai berakting dramatis bak pemeran utama pria dalam opera sabun. "Ouuchh... Aku tidak melihat ada orang lain yang bisa dimintai tolong, Detektif."

Sepertinya Fluke memang bersungguh-sungguh ketika mengatakan bahwa cita-cita sang Kakak saat kecil adalah menjadi seorang Aktor.

Tidak ingin membuang lebih banyak waktu, pada akhirnya Jes menarik pergelangan Mantrisanu yang tertutup trucker. Meski posturnya sedikit lebih pendek daripada sang patologi forensik namun tenaga Jes jauh lebih besar jadi pria bertinggi 190 sentimeter itu bangkit dengan mudah.

"Terima kasih banyak meski aku lebih menghargai jika kau berinisiatif sejak awal."

Rahang si Detektif berkedut tak ramah selagi terus berjalan menuju arah selatan sanggraloka. Tentu saja, langkah lebarnya memaksa Mantrisanu setengah berlari jika tak ingin tertinggal.

Setelah melewati kolam renang yang sebagian permukaannya tertutupi daun akasia koa, keduanya lalu memasuki gedung C bernomor V303 yang memang tidak terkunci.

"Sekarang aku mengerti kenapa pemerintah Eugenia mau repot mencari keberadaan Maretta. Mereka jelas bukan orang biasa," komentar Mantrisanu setelah melihat unit yang ditinggali keluarga Olena. Tipe vila suite privat seluas 800 meter persegi yang dilengkapi dua kamar tidur, kamar mandi jacuzzi, dapur, ruang tengah, ruang santai serta lift ini pasti merogoh kocek yang sangat dalam. Bahkan makan malam berstandar dua bintang Michelin juga dihidangkan di balkon luas berhias pemandangan matahari tenggelam.

Star in the Water | JESBIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang