Embraer Lineage 1000 akhirnya lepas landas. Pesawat pribadi dengan panjang 36 meter itu terbang dengan anggun menjauhi bandara Engelbert hingga pemandangan berganti sepenuhnya menjadi langit biru.
Bible duduk nyaman di sofa dengan bathrobe yang melekat di tubuh. Ia baru saja selesai membersihkan diri dengan air hangat di ketinggian 40 ribu kaki dan kini onxynya menatap lekat tayangan Nat Geo Wild dari televisi besar yang terpasang di credenza. Tentu saja sembari menyesap sekaleng minuman bersoda, yang biasanya ia jauhi setiap sedang menjalani proses syuting.
Semenjak saham Be On Cloud diambil alih oleh LTA -Laborc Talent Agency- para artis di bawah naungan mereka diberikan fasilitas istimewa. Mulai dari transportasi, keamanan bahkan hingga tim kuasa hukum yang tak segan menuntut penggemar yang berlebihan masuk hingga ke ranah privasi artisnya. Meski nyatanya cukup banyak selentingan aneh yang bertebaran mengenai Laborc Inc. namun bagi Bible, LTA bagaikan cahaya penyelamat di masa terpuruknya.
"Wooooaaaaa."
Sebelah alis tebal Bible tertarik naik ketika decak kagum keluar dari bibir merah seorang remaja.
"Woooooaaaaa."
Kelakuan si remaja yang berjalan hilir mudik untuk mengagumi interior pesawat mulai mengganggunya.
"Wooooaaaa."
Cukup sudah. Bible benar-benar jengkel, terlebih ketika kaki telanjangnya terinjak –entah disengaja atau tidak- oleh si remaja. Meskipun, tak sampai dibuatnya berlubang –Heii!! Remaja itu hanya mengenakan sneaker- tetap saja, mendapati orang asing yang menginvasi waktu bersantainya plus menyentuh meskipun hanya seinci kulitnya adalah hal yang paling Bible Wichapas Sumettikul benci di muka bumi ini.
"Kau yakin benar-benar menolak tawaran kontrak kerja dengan L*neige?" Untungnya, pertanyaan Seoul Weeramethachai, sang Manajer, memberi alasan bagi pria yang mengawali karirnya sebagai model itu untuk berjalan menjauh. "Bukankah kau pernah bilang akan menyenangkan jika bisa kembali ke Bangkok sesekali?"
"Dan jika aku tak salah ingat, aku mengatakannya sekitar umm... satu abad yang lalu?"
Wanita yang lebih tua sembilan tahun dari Bible itu tertawa. "Setidaknya, biarkan aku memastikan kalau kau tidak akan menyesalinya nanti."
"Kau paling tau kepribadianku, Phi Seoul."
"Baiklah, baik. Aku mengerti, Wichapas Sumettikul. Jadi, sekarang, berikan aku waktu untuk membereskan semua kontrakmu yang tersisa, oke?"
Bible menyumpal telinganya dengan earphone sebagai tanda setuju. Pria dengan tulang pipi yang menonjol itu lalu merebahkan tubuh kekarnya di atas ranjang empuk lengkap dengan sleep mask yang menutupi, mengabaikan sepasang mata bulat cemerlang yang memandangnya sengit.
"Terus saja berpura-pura tidak mendengarku. Lihat saja, lain kali, akan kubiarkan mereka mengganggumu."
***
"Jauhkan dirimu dari masalah, oke." Adalah ancaman terakhir Seoul saat Bible bersiap untuk melangkah keluar gate sembari menarik koper dan mencangklong ransel kecil setelah 14 jam lamanya mengudara.
"Copy that, Phi," balasnya.
"Ingat, hindari skandal atau aku akan langsung menyeretmu untuk menandatangani kontrak membintangi flm erotis."
Bible membalasnya dengan acungan jari tengah.
"Sejujurnya, menurutku tubuhmu cukup bagus untuk dipertontonkan. Terutama otot-otot bagian belakangmu yang terlihat padat, kencang dan berisi." Remaja berkulit putih pucat yang menggerakkan kesepuluh jarinya seolah sedang meremas bokong itu mengikik tertahan meski ia tau bahwa sang lawan bicara tidak akan menanggapi. "Oh, aku lupa, kau memang pernah mempertontonkannya di layar."
Bible mendengus.
"Ngomong-ngomong, dimana kita?" Kepalanya kini menoleh kesana-kemari, menjelajahi tempat yang tidak familiar baginya. "Apa kau serius tentang hiatus? Sigh... Itu artinya aku tak akan dapat bertemu dengan si tampan Phi Mew lagi? Ohh, seharusnya kau memberitahuku lebih awal supaya aku bisa mengucapkan salam perpisahan padanya."
Bible bersikap cuek, ia malah sibuk bertransaksi di bagian money changer.
"Terima kasih dan selamat datang di Bandara Lokni. Semoga anda menikmati waktu anda di Hokuokalani, Tuan."
Semburat rona merah menghiasi pipi si petugas ketika Bible -yang seperempat wajahnya tertutup kacamata hitam Dior- membalas senyum lebar wanita berpakaian rapi di depannya.
"Oh, anda terlihat begitu rupawan Tuan Wichapas Sumettikul. Sudikah anda mengijinkan saya untuk merobeknya hingga ke telinga?"
Kalimat sarkas yang kali ini keluar dari mulut si remaja pada akhirnya membuat pergerakan Bible terhenti. Pria itu lantas berbalik, membuat pemilik rambut ikal kehitaman yang tak siap, menelan ludah karena disuguhi dada bidang yang mengintip lewat dua kancing kemeja yang sengaja dibuka.
"Dengarkan aku baik-baik."
Meski kelihatannya Bible seperti berbicara dengan seseorang lewat ponselnya, tentu saja remaja laki-laki itu tau benar kalau dialah yang sedang ditatap lamat-lamat oleh sang pemilik suara bariton.
"Aku membiarkan kau mengikutiku setahun belakangan ini dengan satu syarat, menjauhkan semua makhluk tak kasat mata sepertimu yang mengganggu hidupku. Jadi, biar kutekankan sekali lagi, tutup mulutmu atau menyingkir dari pandanganku, bocah."
"Barcode, namaku Barcode."
"Memangnya aku peduli?"
Remaja laki-laki itu menyumpah serapah tanpa suara. Kalau saja Bible Wichapas Sumettikul bukan satu-satunya manusia yang bisa melihat jiwanya yang terlunta-lunta dan kalau saja pria anti sentuhan itu bukan seseorang yang bisa membantunya mengingat masa lalunya plus membuat penampilannya tetap terlihat seperti manusia seutuhnya, Barcode tentu tak akan sudi merendahkan harga diri, memohon-mohon pada aktor berdarah dingin itu untuk mengijinkan makhluk 'entah termasuk kategori apa' seperti dirinya untuk tinggal di sisi Bible.
"Sekarang, lakukan tugasmu, Iblis kecil atau aku akan menendangmu langsung ke neraka."
Meski keinginan untuk mencabik Bible begitu kuat hingga membuat wujud Barcode nyaris berubah, namun ia tetap tak bisa mengabaikan perintah sang Majikan begitu saja. Perjanjian di antara keduanya telah tersegel kuat dan memberi Bible perlindungan dari para jiwa tersesat seperti dirinya termasuk di dalamnya.
"Lain kali aku kupastikan untuk membalasmu," ancam Barcode sengit sebelum akhirnya menghilang dari sisi Bible untuk mencegat sepasang jiwa hampa yang mulai menyadari kelebihan lelaki yang memiliki bekas luka di dada kirinya itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Star in the Water | JESBIBLE
FanfictionKetika pemuda yang selalu dikuntit maut itu akhirnya bertemu dengan seseorang yang dinaungi oleh cahaya, bagaimanakah jalinan takdir yang akan tercipta ditengah kematian yang mengelilingi? ---------------------------------------------------------- L...