5. Kematian Tokoh Utama

317 52 14
                                    

Tetesan air yang merembes jatuh menciptakan riak pada genangan yang memercik ke segala arah saat telapak beralaskan sepatu bot menjejak melewatinya. Dua tubuh dewasa dibuat kesulitan menembus celah sempit yang dipenuhi lumut dan sarang serangga. Bau tengik kayu basah yang nyaris tak pernah terpapar sinar matahari membuat Top serasa tejebak di dalam peti mati usang.

"OIII VEGAS!" Top menelan ludah karena rasa dingin yang menusuk raga. "Jangan berani-berani melepaskan tanganku atau aku sungguh akan menembakmu."

"Ckck, tingkahmu benar-benar persis gadis perawan."

"Aku tidak... Ouucchh! Bisakah kau setidaknya memperingatkanku bila ada sesuatu di depan?" Top menggerutu ketika kepalanya terantuk entah apa, mungkin serabut, mungkin juga kelelawar. Kegelapan ini begitu membutakan mata.

"Ouucchh." Kali ini entitas asing menggores permukaan kulit lengannya, membuatnya berjengit perih. Aneh, padahal jaket shearling yang tebal membungkus tubuhnya.

"Shut your f*cking mouth," tegur Vegas kala terdengar kembali rintih kesakitan lelaki itu.

"Kau pikir aku sendiri yang ingin terus-menerus menabrak? Sudah kubilang kan, mataku ini normal, jadi paling tidak peringatkan aku bila kau melihat sesuatu."

"Cerewet."

"Apa katamu?"

"Sstttss, DIAMLAH, TOP!"

Pria itu lagi-lagi mendengus jengkel. Sebenarnya dimana mereka? Dibanding berjalan masuk ke perut Sequoia, Top pikir lebih tepat bila menyebut mereka sedang memasuki inti bumi.

"Mulai sekarang, dengarkan aku baik-baik." Langkah Vegas yang terhenti mendadak tentu saja membuat wajah keduanya saling bertubrukan. "Aku hanya akan memanggil namamu, jadi jika kau mendengar suara lain yang serupa denganku, waspadalah. Jangan sampai mereka menyesatkanmu."

"Mereka? Tapi, siapa yang kau maksud?

"SSSSTTTSSSSTT."

Mulut Top sebenarnya masih teramat gatal untuk bertanya namun urung ketika bisikan aneh mulai memenuhi indra pendengarannya. Seluruh bulu di tubuhnya langsung berdiri ketakutan.

"Tutup matamu dan dengarkan arah suaraku baik-baik."

Meski dengan membuka matapun hanya kegelapan yang menyapa toh ia langsung menuruti perintah Vegas tanpa banyak bertanya.

"Ingat jangan berbicara sepatah katapun juga."

Mengandalkan pegangannya pada lengan Vegas yang semakin mengerat, Top terus berjalan meski dengan susah payah. Dan semakin dalam ia berjalan, semakin peka pula pendengarannya. 

Ketika salah satu indramu berhenti berfungsi maka indra yang lain menjadi lebih tajam, bukan?

"Top."

"Ke kanan."

"Huhh? Apa kau bilang?"

"Top."

"Ke kiri."

"Mundur."

"Berhenti."

Langkahnya langsung melambat.

"Top."

"Pergi dari sini."

"Dasar kau pendosa."

"Seharusnya kau terbakar sepertiku."

Top bergidik, bisikan-bisikan di telinganya semakin kuat dan sering. Ada kalanya suaranya terdengar jauh, namun tak jarang begitu dekat seolah seseorang berdiri tepat di sampingnya.

Star in the Water | JESBIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang