Decitan sol sepatu yang beradu dengan lumpur mengiringi desah napas pendek dari seorang pria beriris hazel yang tak henti menggerutu karena cahaya senter dalam genggamannya sama sekali tak membantu menerangi jalan setapak tempatnya berpijak yang dipenuhi kabut.
"Dude, kau yakin disini? Benar-benar di sini?" Entah sudah keberapa puluh kalinya ia bertanya.
Kepalanya terus-terusan menoleh ke sekeliling meski yang didapatinya hanyalah barisan pepohonan yang menjulang tinggi dengan ranting kering tanpa dedaunan yang terjulur satu sama lain hingga tak terlihat ujungnya.
"Oh sialan, benar-benar sial! Dasar hutan sialan!" gerutunya muak karena terus menerus terjerembab akibat akar pohon yang melintang.
"Bisakah kau berhenti merengek, Top? Kau ternyata lebih merepotkan dari gadis remaja yang tengah merajuk."
Pria itu, Top, menepuk-nepuk nudie jeansnya yang kotor akibat tanah basah dan lumut yang menempel. "Oh, maafkan hamba, yang Mulia. Salahkan saja mata hamba yang tak memiliki penglihatan super seperti yang Mulia," ujarnya sinis.
Sepasang taring yang lebih panjang dari ukuran orang normal mencuat tatkala bibir lelaki bertitel yang Mulia itu tertarik membentuk senyuman yang meremehkan. "Itu hanya membuktikan kalau kau tidak kompeten."
"Brengsek kau, Vegas!" Top mengarahkan sepucuk Colt 1911 pada dada pria berotot di depannya.
"Kau tahu aku bisa menghindarinya dengan mudah, Top. Jadi, sebaiknya kau simpan pistolmu untuk hal yang lebih berguna nanti," nasihatnya sungguh-sungguh. "Bukankah kau juga merasakan kalau tempat ini benar-benar buruk?"
Suara burung gagak yang bersahut-sahutan di dalam hutan Mortuus menciptakan gema yang membuat seluruh bulu kuduk Top meremang. "Yeah, kau benar." Ia menurunkan senjatanya.
"Kau yakin benda itu ada di dalam sini?"
Vegas mengangkat bahu. "Kurasa begitu."
"Kurasa begitu? Kurasa begitu? Dude, bukankah itu sama artinya dengan kau tak tahu?"
Cengiran di wajah pria yang lebih muda satu tahun darinya itu langsung membuat Top mengumpat jengkel. Upayanya mengemudi sampai bermil-mil jauhnya hingga ke perbatasan Twyford ini terasa sia-sia.
"Dasar bajingan!!" Top melayangkan tendangan ke bokong Vegas yang dengan mudah langsung ditepis olehnya. Pria dengan bekas luka goresan di pipi kirinya itu bahkan dengan lihai melompati batang pohon roboh yang menghalangi hingga membuat Top kesulitan untuk mengejar.
Selama beberapa saat hanya terdengar raung kemarahan dari pria berambut batang mahoni dan tawa geli lelaki bermata onyx hingga bunyi gemeresik keras langsung membuat keduanya bersiaga.
"Apa itu?" bisik Top tegang.
Dinginnya angin yang berhembus mendadak terasa menusuk tulang.
"Entahlah, mungkin hanya hewan."
"Hati-hati, Vegas," cicitnya dengan jemari yang menempel erat pada pelatuk.
"Such a coward." Pria itu tersenyum mengejek sembari terus melangkah mendekati sumber suara. Tubuh besarnya kemudian menghilang di balik kumpulan ilalang tinggi meninggalkan Top yang hanya mampu mematung.
"Dude," panggilnya pelan. "OIIIIII!!! Vegas! Brengsek, ini sama sekali tidak lucu."
Rasa cemas mulai merayap ketika kesenyapan yang menaungi hutan Mortuus semakin terasa mencekam ketika Top menyadari hanya dirinya satu-satunya makhluk yang masih bernapas.
"Oh, persetan!" Lolongan serigalalah yang akhirnya membuat Top tak ragu untuk berlari menembus semak belukar, ia bahkan tak repot untuk menoleh ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Star in the Water | JESBIBLE
FanfictionKetika pemuda yang selalu dikuntit maut itu akhirnya bertemu dengan seseorang yang dinaungi oleh cahaya, bagaimanakah jalinan takdir yang akan tercipta ditengah kematian yang mengelilingi? ---------------------------------------------------------- L...