46. Seorang Penyintas

346 51 8
                                    

"APAAAAA?" Alex, yang tampaknya juga baru saja mendengar soal penyintas ini tak ayal langsung memborbardir rekannya itu dengan berbagai pertanyaan. "Seorang penyintas? Bagaimana? Kapan? Kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku?"

"Kau yang paling tau bahwa membocorkan informasi apapun kepada publik tanpa persetujuan adalah sebuah pelanggaran, Alex."

"Tap – Oke! Baik! Aku tidak akan mengeluh. Lalu, dimana anak itu sekarang?"

"Kurasa lebih tepat jika kau menanyakannya pada Sir Caleb karena dia dimasukkan dalam program bantuan saksi darurat yurisdiksi Eugenia."

Alis Manrisanu terangkat saat mendengar nama Ayahnya disebut.

"Program bantuan saksi darurat katamu?" Si Brigjen membeo. "Tapi, kenapa? Maksudmu dia juga warga Eugenia?"

Samuel mengangkat bahu. "Soal itu, aku tidak yakin, Alex. Tapi, kurasa tidak. Bocah itu bukan. Engg – Entahlah."

"Apa kau pernah mendengar tentang ini, Soranun?"

Bukan itu bukan sang mantan Komandan CCLTF yang bertanya melainkan Jes yang ikut bergabung bersama dengan Bible. Hazel si patologi forensik menyipit tak suka tatkala mendapati genggaman keduanya yang tertaut.

"Nihil. Aku bahkan tidak memiliki memori sama sekali tentang hal itu."

"Sedikitpun?"

Pria jangkung itu menggeleng. "Kau tau sendiri kalau Ayahku bukan tipe orang yang akan membawa tumpukan berkas ke rumah. Pantang bagi seorang pria jika sampai mencampur adukkan keluarga dan pekerjaan."

Brilian, puji Bible dalam hati. Meski ia tidak pernah merasakan sesuatu yang disebut keluarga tapi tentu saja ia pernah membayangkannya. Jangan salah sangka, ini bukan soal alasan mengenai mengapa orang tuanya memilih untuk meninggalkannya ataupun tentang mengapa tidak ada satupun orang yang mencarinya dan mengaku sebagai kenalan bahkan setelah ia mulai terkenal dan muncul di televisi maupun majalah. Maksudnya, tidak mungkin dia keluar dari sebutir telur, kan? Pasti ada jejak semacam pohon keluarga atau semacamnya. Dan satu-satunya yang Bible inginkan hanyalah mengetahui wajah mereka terutama wanita yang telah melahirkannya.

"Apa kau tidak bisa bertanya padanya?"

"Program itu dirancang sedemikian rupa untuk melindungi para penyintas, Jespipat Tilapornputt. Jika Ayahku sampai keseleo lidah hanya karena permintaan putranya, aku sendiri meyakini dia jauh dari kata kompeten untuk menempati posisi Jaksa Agung."

Bible meringis saat jemari yang semula menggenggamnya penuh kehati-hatian kini nyaris mematahkan miliknya. Untung saja, Jes cepat menyadarinya. Setelah meminta maaf dengan kerlingan mata, si Detektif ganti melingkarkan lengannya di pinggang Bible.

Meski diterpa rasa heran yang amat sangat dengan perlakuan protektif Jes yang tiba-tiba namun ketika onyx Bible dihadapkan pada tatapan mencabik dari seorang pria bertubuh 190 sentimeter, dia tak ragu untuk mengeluarkan kemampuan aktingnya. Dengan dalih rasa pening yang mendadak menerpa, Bible menyandarkan kepalanya di bahu si Detektif yang memang sedikit lebih tinggi darinya. 

Persetan dengan dirinya yang kini bertingkah seperti anak gadis butuh perlindungan!

Raut kalah yang terpampang di wajah Mantrisanu bahkan melampaui kegembiraan yang Bible rasakan saat Argentina berhasil menjuarai Piala Dunia.  

"Apa anda tidak memiliki akses ke sana, Sir?" tanya Jes yang tampaknya tak terganggu dengan perangai manja pria di sebelahnya.

"Hanya segelintir orang yang memiliki wewenang, bahkan aku dan Alex yang bisa dikatakan berpangkat cukup tinggi, tidak pernah mengetahui siapa yang termasuk dalam tim tersebut. Kerahasiannya benar-benar dijaga ketat." Untuk suatu alasan Samuel tiba-tiba terdiam, tatapannya kini mengarah pada Troye. "Jika aku tidak salah ingat, bukankah itu kau?"

"Sa – Saya, Sir?"

"Remaja yang mengobrak-abrik sistem keamanan blue whale?"

Kerongkongan si IT Siber langsung terasa kering. "A – Apa mak... Maksud anda, Sir?"

"Aku bukannya mau mengungkit soal catatan kriminalmu pada saat masih minor, Nak. Aku hanya ingin memastikan bahwa peretas itu benar-benar kau. Karena jika benar, itu berarti kau terlibat dalam pengembangan rekayasa perangkat lunak untuk program bantuan saksi darurat."

Troye mengangkat kepala takut-takut. Kacamatanya bahkan melorot sampai nyaris terjatuh dari batang hidung. "Sa – Say – Saya... Yyyaa... Itu, ya benar, sepertinya begitu," jawabnya terbata.

"Jadi, kau memiliki akses untuk mencari data tentang anak itu?" tanya Alex.

Pemuda itu mengangguk.

"Lakukan kalau begitu."

"Huh? Ta – Tapi, Sir, bukankah sa – Saya akan mendapat masalah."

"Aku yang akan bertanggung jawab sepenuhnya."

"Ta – Ta – Tapi, Sir. Itu termasuk pelang –"

"Pelanggaran? Umm... Tentu tidak!" Si Brigjen menggelengkan kepala dengan senyum lebar di wajah. "Sesuatu disebut melanggar apabila kita melakukannya untuk kepentingan yang salah tetapi kali ini kita sedang mencari informasi yang mungkin saja dapat membantu penyelidikan, mengerti?"

"Ba... Baik, Sir."

"Perlukah kau mengancamnya seperti itu?"

"Apa kau merasa terancam, Nak?"

"Ti – Ti – Tidak, Sir. Sama sekali tidak."

"Kau dengar itu, kan, Sam?"

Pria 40 tahun itu mendengus saat melihat Troye yang langsung berkutat dengan laptop tanpa banyak bertanya.

"Bagaimana kalian bisa menemukan bocah itu, Sam?" tanya Jhon.

"Karena keberuntungan."

"Aku lebih suka kronologi lengkap dan spesifik, terima kasih."

Samuel memijit pundak kanannya yang normal selagi mendudukan diri di sofa. "Kupikir saat itu sudah empat minggu lebih sejak kedatangan kami. Empat minggu yang melelahkan secara mental dan fisik. Kami mulai pesimis karena semua petunjuk yang berhubungan dengan kasus ini tampak tidak masuk akal. Lalu mendadak saja, salah satu anggota tim kami mengabarkan untuk segera pergi ke Rumah Sakit karena seorang Kahuna menemukan anak laki-laki dengan keadaan yang tidak biasa."

"Kahuna?"

"Begitulah mereka menyebut dukun di sini."

Jhonatan mengangguk paham. "Lalu, tidak biasa dalam artian?"

"Bocah itu ditemukan berpegangan erat pada sebatang kayu dengan gerombolan humuhumunukunukuapua'a. Besar kemungkinan, ikan-ikan itulah yang menopangnya agar tetap terapung."

"Kupikir aku akan mulai percaya seandainya kau bilang bahwa anak itu merupakan titisan Poseidon."

"Bagaaimana jika aku menjawab iya?"

"Huh?"

"Masalahnya bocah itu bukan merupakan salah satu dari anak-anak yang telah dilaporkan hilang, Jhon. Bahkan data dirinya sama sekali tidak ditemukan baik di sistem kependudukan Ewa-Lani ataupun imigrasi. Dan kau tau apa yang lebih mencengangkan? Kami menemukan jejak DNA."

Kedua alis Jes naik ke atas dan bahkan perhatian Troye sedikit teralih mendengarnya.

"Biar kutebak! Apa kalian tidak menemukan profil yang cocok?"

Samuel menggeleng. "Justru sebaliknya Jhon. Hanya saja, si pemilik molekul instruksi genetik itu sudah dinyatakan meninggal dunia hampir sepuluh tahun lamanya."

"Apa tidak ada kesalahan dalam analisis?"

"Kami bahkan mengetesnya sampai tiga kali karena tidak mempercayainya namun hasilnya tetap sama."

"Apa si pemilik DNA itu merupakan penduduk Ewa-Lani?"

"Ya, Jhon."

"Lalu, siapa?"

"Seseorang yang pernah menjadi tuan tanah bernama Javier Molech."

Rasa rasanya Jam ingin sekali menyeret Film kembali.

***

Star in the Water | JESBIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang