21. Organisasi Rahasia

252 55 7
                                    

"Apa yang sebenarnya terjadi pada Charise, Detektif? Maksudku, aku memang mendengar tentang kasusnya tapi tidak secara mendetail."

"Tentang itu –"

Sayangnya, isyarat tangan Jes keburu menyumpal mulut Jam untuk berbicara.

"Hanya karena anda mengaku sebagai sahabat Charise, bukan berarti anda memiliki kewenangan untuk mencampuri kasus kami, Kadet."

"Tapi, aku –"

"Anda lupa bahwa selain alibi dan bukti, status juga bisa dipalsukan? Apalagi pengakuan anda tidak dilandasi persetujuan dari keluarga Charise sendiri."

Raut Makani mengeras tapi tampaknya dia cukup mampu mengendalikan diri untuk tidak meledak. "Kalau begitu, cukup jawab satu pertanyaanku saja, Detektif. Apakah Charise dibunuh?"

Jes bersedekap sembari mengangkat sebelah alisnya.

"Sebaiknya kalian menyelidikinya dengan teliti sebab aku akan selalu mengawasi," tegasnya seraya berdiri pergi namun tubuh jangkung Jes keburu menghadang. Barcode bereaksi heboh ketika jarak keduanya hanya setipis kertas apalagi ketika Jes mengulurkan selembar tisu pada Makani untuk menyeka sisa kopi di sudut bibirnya yang tentu saja malah berakhir hancur dalam remasan kuat telapaknya.

"Jangan biarkan insting anda terkecoh oleh perasaan duka, Kadet." Ia lalu berbisik tepat di telinga Makani. "Dan ingatlah bahwa tak selamanya seseorang yang ditemukan meninggal dalam keadaan tak wajar adalah korban."

Saking murkanya, petugas wanita Dinas Keselamatan Umum Ewa-Lani itu pergi tanpa permisi. Bible bahkan yakin ia sanggup menembak Jes di tempat jika saja ia tidak menghiraukan kasir yang sejak tadi mengawasi.

"Kau tidak serius, kan, Detektif?" tanya Jam. "Maksudku, ia bahkan telah memberi kita informasi penting."

Bukannya menjawab, Jes malah menyantap roti lapisnya dengan santai membuat Bible kembali menyadari ketidakcocokan kedua Detektif berbeda kepribadian ini. Serius, seandainya dia adalah seorang atasan maka Bible sudah pasti tak mungkin mengkombinasikan Jes dan Jam untuk menyelidiki sebuah kasus. Terlalu riskan, terlalu beresiko.

"Apa kau benar-benar yatim piatu?"

Dahi Bible berkerut. "Oh, kini kau tertarik dengan latar belakangku juga?"

"Tentu saja."

"Jadi menurutmu aku akan berbohong mengenai keluargaku?"

"Entahlah."

Bible meneguk air mineral di gelasnya hingga tandas. Penyesalan karena memilih berlibur ke Hokuokalani kembali memenuhi hatinya. "Jika kau mencari profilku di internet, kau akan langsung menemukan jawabannya."

Jes mengeluarkan sesuatu dari saku celana. Sebuah ponsel lipat keluaran lama yang bahkan sudah tidak diproduksi lagi.

"Katakan bagaimana caranya?"

Barcode melongo memandangi benda purbakala dalam genggaman pria bermata cokelat. Ia lalu menggumamkan sesuatu. Pelan sekali sehingga hanya kata miskin dan ketinggalan zaman yang tertangkap oleh telinga Bible.

Oh, Barcode seandainya kau tau berapa harga mobil yang dikendarai sang Detektif di pasaran saat ini dan betapa entengnya ia menggunakannya sebagai kendaraan sehari-hari, kau pasti akan menarik kembali pemikiranmu.

"Kau sedikit... Klasik."

"Kurasa iya dan kau terlihat... Congkak."

Meski Bible sedikit terhina dengan deskripsi si Detektif mengenai dirinya, ia berusaha tak menunjukkan tanda-tanda protes. Entah mengapa ada perasaan bahwa pria yang selalu memandanginya tajam ini hanya mengujinya. Bible kemudian menyibukkan diri dengan makanannya. Tak ada lagi obrolan sampai dentingan garpu tak lagi terdengar dan perut yang kosong telah terisi penuh.

Star in the Water | JESBIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang