27. Tamu Tak Diundang

243 53 5
                                    

Fakta bahwa cuaca cerah Ewa-Lani tiba-tiba saja berubah 180 derajat disertai badai petir mengurungkan niatan Bible untuk pergi. Peringatan dini tentang potensi tsunami juga memaksa lelaki itu tetap tinggal di pondok Halia sampai jangka waktu yang belum ditentukan.

Hebat sekali, benar-benar luar biasa. Sarkasnya.

Untungnya, kealfaan Jes sedikit mengobati kekesalannya. Membayangkan terjebak di ruangan yang sama dengan sang Detektif sama artinya dengan mengumpankan diri ke sarang singa. Tidak! Bible bahkan akan dengan sukarela melakukannya jika hal itu benar-benar terjadi.

"Bukankah tempat yang kau kunjungi ini sedikit... Misterius?"

Bible yang duduk di kursi makan sembari menyesap secangkir teh rooibos –yang ditinggalkan Film beserta catatan bahwa ia pergi keluar untuk mengunjungi sang Paman- malah fokus pada angin yang menggedor-gedor jendela dapur. Setiap dua puluh detik rautnya berubah seolah sedang mengantisipasi hal buruk yang akan terjadi.

"Oi, Bible! Kau mendengarku atau tidak?"

"Hhmm."

"Tidakkah kau memiliki firasat aneh bahwa tempat ini telah dikutuk? Kau tau, soal bagaimana para wanita Ewa-Lani itu menyembahmu, memorimu yang hilang lalu, percobaan pembunuhan dan yang terpenting benda di sana." Barcode menunjuk poppy merah segar di dalam vas. "Sudah seminggu berlalu sejak kau mendapatkannya, bukankah lebih masuk akal jika bunga yang entah bagaimana caranya tiba-tiba berteleportasi kemari itu setidaknya terlihat layu?"

"Sudah kubilang berkali kali bahwa Film yang sengaja membawanya dan mungkin saja ia juga merawatnya dengan baik."

"Aku tak akan mempercayainya sekalipun dia adalah seorang tukang kebun yang berpengalaman."

Pria berambut hitam itu mengangkat bahu tanda tak acuh.

"Kau tau, saat aku kehilangan kontak denganmu. Banyak hal yang terlintas dalam pikiranku." Si rambut ikal berjalan bolak-balik bagai setrikaan."Kebetulankah bagi seorang Wichapas Sumettikul yang membenci lautan untuk bersikeras datang ke Hokuokalani hanya karena sebuah brosur yang tanpa sengaja kau duduki? Lalu, kebetulan jugakah festival Pomaika'i tengah berlangsung dan kau menerima bunga keberuntungan dari wanita Ewa-Lani? Haruskah kita tetap menyebutnya kebetulan ketika kau terlibat insiden di bar yang berujung menjadi tersangka penculikan? Tidak, Bible! Tidak! Semua kejadian yang menimpamu terlalu sistematis jika disebut kebetulan."

"Apa kau lupa perkelahian itu terjadi karena ulahmu, Iblis kecil?"

Uppss.

Kelopak Barcode berkedip cepat. "Err... Baik-baik, katakan tiga puluh persen adalah kesalahanku. Lagipula. seandainya EQmu cukup terkendali, keributan itu tak akan terjadi."

Apa bocah menyebalkan ini berkeinginan untuk menari bersama badai? Sebab kalau iya, Bible dengan senang hati melemparnya keluar.

"Dengar, meski aku dapat menghalau para makhluk tak kasat mata yang mendekatimu tapi kau tau betul kalau kekuatanku tidak berlaku bagi manusia jadi ada baiknya kau meningkatkan kewaspadaaan. Ingat, sekali adalah ketidaksengajaan, dua kali suatu kebetulan, tiga kali berarti muslihat musuh."

Sepasang morion menatap Bible penuh keseriusan.

"Khawatirkan saja dirimu, Iblis kecil."

"Huh?"

Meski percobaan pembunuhan yang dialaminya cukup membuat Bible terguncang dan juga waspada, nyatanya jauh di lubuk hati, ia lebih gusar dengan tanda yang memenuhi pergelangan remaja itu. Bilur serupa kuncup itu semakin jelas dan Bible tentu mengetahui apa makna di baliknya.

DUG. DUG. DUG.

Suara dari lantai atas membuat Bible dan Barcode bertukar pandang.

"Enngg... Bukankah katamu tidak ada orang lain di sini?"

Star in the Water | JESBIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang