Kalau boleh jujur, Jes cukup terkejut mendapati ekspresi datar Bible ataupun sikap tenangnya ketika dihadapkan pada korban serangan seksual brutal terlebih yang ditemukan adalah anak-anak. Apalagi jika mengingat histeria berlebih yang ditunjukkan saat Jes dengan sengaja menyentuh bibirnya tempo hari tentu membuatnya bertanya-tanya.
Mungkinkah ini bukan kali pertama? Apakah mentalnya yang tergolong kuat? Ataukah semua ini hanya akting belaka yang sempurna?
Namun, mengingat maut sudah dua kali gagal meraih sang pria berambut hitam legam pun ketika pemahaman selaras tentang bahaya yang tengah meneror Ewa-Lani tercipta begitu saja di antara keduanya tanpa saling melempar kata, enigma yang bercokol dalam benak Jes langsung sirna. Sebaliknya, firasat bahwa Bible Wichapas Sumettikul bukan manusia biasa justru mengakar semakin kuat.
"Katamu, Bible yang lebih dulu mendekati anak itu?"
Jam yang duduk di kursi penumpang mengangguk.
"Kau yakin dia tidak melakukan hal lain selain memeriksanya?"
"Seingatku tidak. Kenapa? Apa dia merusak TKP?"
Jes menggeleng. "Aku hanya memastikan dia siap menjadi saksi mata jika sesuatu terjadi."
"Kau seolah mengatakan kalau anak lelaki itu tidak akan mampu bertahan?"
"Dengan luka yang dideritanya, kau pikir dia akan sanggup melewati masa kritis?"
"Kenapa nada bicaramu selalu kedengaran skeptis, Detektif?"
"Aku hanya berbicara fakta."
"Tapi, setidaknya kau bisa berdoa pada Tuhan supaya anak itu selamat."
"Apa kau masih akan mempercayai Nya jika kukatakan bahwa Dia telah menyerahkanmu?"
"Apa maksudmu? Menyerahkanku pada siapa?"
"Kematian."
Tanpa sadar, Jam menelan ludah. Jantungnya berdegup keras sekali. Tidak mungkin Jespipat sedang bercanda dengannya, kan?
"Ngom... Ngomo... Ngomong-ngomong, menurutmu apa yang sebenarnya terjadi pada anak itu? Bagaimana caranya ia bisa sampai ke pondok dengan kondisinya yang benar-benar parah?"
"Bagiku hanya ada satu kemungkinan, Detektif Jam Rachata." Roda camaro berbelok tajam di turunan terjal. "Bocah itu berhasil mengelabui Iblis."
***
"Jadi, kau berpura-pura tidak melihatnya?" Barcode yang turut berjongkok di samping Bible menatap lekat bocah berambut kemerahan yang meringkuk di dalam kabinet.
"Bukannya katamu tempat ini aman?"
"Yeaahh, tentu saja."
"Lalu, bagaimana kau menjelaskan tentang ini?" Dagu Bible menunjuk si bocah yang matanya kini membulat sempurna.
"Eng... Mungkin karena dia terus bersama yang satunya lagi jadi baunya tersamarkan?"
Bible melirik bilur di pergelangan Barcode yang semakin jelas. "Pokoknya, dia urusanmu sekarang."
"APPPAAAA?"
"Kenapa kau harus terkejut? Ingat, kalau ini memang tugasmu."
Remaja manis itu berdecak sembari berkacak pinggang. "Wahai Tuan Wichapas Sumettikul yang terhormat, kau benar-benar tidak pandai membaca situasi ya?"
"Maksudmu?"
Dengan berani, Barcode menarik telinga Bible -yang membuat lelaki itu meringis- mendekat ke bibirnya lalu berbisik. "Dia bersembunyi bersama anak lain yang kondisinya jauh dari kata normal, bukankah hal itu cukup untuk menjelaskan kalau mereka korban dari suatu kejahatan keji?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Star in the Water | JESBIBLE
FanfictionKetika pemuda yang selalu dikuntit maut itu akhirnya bertemu dengan seseorang yang dinaungi oleh cahaya, bagaimanakah jalinan takdir yang akan tercipta ditengah kematian yang mengelilingi? ---------------------------------------------------------- L...