Awan menggulung langit. Sebagian gelap. Salju malu-malu turun.Tak ada yang lebih perih dari sebuah perpisahan. Meski West, Ayah, dan Ibu sejak awal menyadari East akan pergi selama-lamanya. Demikian juga dengan Mayang. Beruntung dia bisa bertemu dengan East, hadir di hari-hari terakhirnya.
Proses pemakaman berlangsung sendu. Tante Reyyen menjadi orang paling terpukul. Om Emran berkali-kali mengelus pundak istrinya. Kerabat datang silih berganti. Jaide turut hadir di pemakaman. Namun pria itu memosisikan diri jauh di belakang.
Mayang tak banyak bicara. Matanya sembab. Meski East meninggal di pundaknya, namun segalanya terasa begitu cepat. Baru kemarin mereka bersama, namun kini mereka berbeda alam.
Walau kemarin East jatuh di pelukan kakaknya, namun hari ini dia menjadi orang yang paling tegar. Pria itu menenangkan Ibu, Ayah dan juga Mayang. Dia menjadi orang yang paling sibuk menjawab pertanyaan para kolega, serta mengatur segala perihal pemakaman.
Sepanjang pemakaman Mayang tak mau jauh dari kubur. Wanita itu terdepan menyaksikan semua prosesi.
West yang sibuk kemudian berhadapan dengan Jaide.
“Aku turut berduka cita,” ujar Jaide sembari mengulurkan tangan. Mayang yang meminta Jaide melayat.
“Terima kasih sudah datang,” West menerima jabatan tangan Jaide.
“East orang baik.”
“Semua orang menyanyanginya.”
***
Tiga hari dari kepergian East, sedih masih menyelimuti keluarga Tante Reyyen. Perusahaan meliburkan karyawan selama seminggu. Beberapa kerabat dari Tante Reyyen dan Om Emran masih datang.
Sementara itu, West membereskan seluruh barang-barang di apartemen. Dia harus benar-benar pulang ke rumah. Selama ini alasannya kembali ke rumah lantaran East sakit. Pria itu memasukan baju, beberapa jas ke dalam koper, buku-buku dan tumpukan-tumpukan jurnal.
Pria itu berkacak pinggang. 3 kardus besar sudah tersegel. Ternyata beberapa tahun tinggal di sini, banyak barang yang sudah dia beli.
West menuju panel panjang di dekat meja. Pria itu mengambil sebuah pigura. Foto yang memuat Ayah, Ibu, dan dua pria kembar berusia 8 tahun--fotonya bersama East 17 tahun lalu.
West menyapu pigura, lalu tersenyum. Sekarang salah satu orang dalam foto ini sudah tiada.
Pria itu kembali ke koper dan memasukkan foto tadi. Lantas Meritsleting koper, saatnya diangkut ke rumah.
.....bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer in Madagaskar, Winter in Istanbul [Completed]
SpiritualImpianku sederhana, mencintaimu seperti dulu. *** Mayang tak pernah menduga, menunggu pria selama setahun bisa menyuburkan rindu sekelam ini. Namun yang dia yakini, cinta mampu meruntuhkan segalanya. Sayang saat East datang membawa harapan, cinta ya...