Usai kontemplasi panjang, Mayang akhirnya menemui Jaide. Meski lumayan enggan tapi bagaimanapun juga Jaide adalah calon yang dia pilih.
Mayang meminta izin ke Tante Reyyen.
“Lama?” tanya Tante Reyyen ketika Mayang hendak keluar. Di ruangan yang sama ada West.
“Hanya sebentar. Mungkin dua atau tiga jam.”
“Ketemu Jaide?” tebak Tante Reyyen.
Mayang mengangguk. Hal itu membuat West spontan memonitor Mayang. Sorotan West membuat Mayang sedikit tak nyaman.
“West bisa mengantarmu.”
“Tidak perlu, aku bisa naik taksi,” tolak Mayang.
Hari itu mereka sepakat jalan di sekitar Grand Bazaar yang jaraknya tak jauh dari Masjid Biru. Grand Bazaar adalah pusat perbelanjaan tertua dan terluas di Istanbul. Sejak dibangun pada abad 15, Grand Bazaar menjadi pasar ikonik di kawasan Mediterania. Toko-toko di sini seperti labirin saking banyaknya. Menawarkan berbagai perhiasan, pakaian, makanan tradisonal, barang antik hingga kerajinan yang bisa dijadikan buah tangan.
Jaide mengajak Mayang ke sini, karena ada beberapa barang yang akan dibeli.
“Kau sudah memberi tahu kalau kau akan pulang?” tanya Jaide.
“Tanpa kubilang mereka sudah tahu,” jawab Mayang. “Tante Reyyen dan Om Emran sangat baik.”
“Ya, aku bisa melihatnya dari cara mereka memperlakukanmu.”
Mereka melewati deretan toko baju khas timur tengah.
“Kau suka?” aju Jaide ketika melihat Mayang memegang salah satu gamis.
Mayang menggeleng.
“Kalau kau mau silakan pilih. Oleh-oleh untuk Umi Haifa.”
Ternyata bukan hanya untuk Umi Haifa, Jaide juga mengangkut beberapa baju untuk Paman Bien dan Ustad Salman. Beberapa buku bahan ajar di kampus pun diangkut Jaide.
Mereka kini melewati deretan toko Asia.
“Jadi kau akan ikut denganku?”
Mayang berhenti sebentar. “Iya, akan aneh kalau kita pulang terpisah.”
Jaide melepas napas panjang, semburat senyum terbit dari bibirnya “Aku senang mendengarnya.” Pria itu memangkas jarak dengan Mayang. “Jadi apa sekarang kita pesan tiket untukmu?”
Mayang mengangguk. Setengah ragu.
....bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer in Madagaskar, Winter in Istanbul [Completed]
EspiritualImpianku sederhana, mencintaimu seperti dulu. *** Mayang tak pernah menduga, menunggu pria selama setahun bisa menyuburkan rindu sekelam ini. Namun yang dia yakini, cinta mampu meruntuhkan segalanya. Sayang saat East datang membawa harapan, cinta ya...