"Sama-sama, lain kali jangan jalan sendirian ditengah malam, itu berbahaya" -Mark
"Baik kak, sekali lagi terimakasih, Emm saya masuk dulu, oh iya nama saya Haechan, terimakasih sekali lagi tumpangannya kak Mark, permisi" tutur Haechan terdengar buru-buru.
Haechan berlari memasuki rumah sakit meninggalkan Mark yang menatapnya dengan serius.
"Aku sedikit penasaran, tapi ya sudahlah, bukan masalahku juga" ucapnya kemudian menaikkan kaca mobilnya.
Dretttth Dretttth
Mark yang ingin melakukan mobilnya mengurungkan niatnya ketika ponselnya bergetar tanda ada panggilan masuk, karena Mark menonaktifkan nada dering dan hanya menggunakan fitur getaran.
"Jeno?, ada apa dia menelponku"
"Hallo Jen, ada apa?"
"Kau dimana, masih diluar?"
"Iya, aku sedang di lingkungan rumah sakit Samsung medical center, ada apa?" -Mark.
"Kebetulan sekali, bisakah aku meminta tolong padamu?"
"Ya, ada apa?"
Jeno di sebrang sana menjelaskan permintaan tolongnya yang membuat Mark masuk kedalam rumah sakit.
"Iya, aku mengerti, sudah dulu" ucap Mark mengakhiri perbincangan mereka dia telepon.
"Tidak mau ditinggal? Ada ada saja ya orang hamil, atau itu hanya terjadi pada istri Jeno?"
🍁
🍁
🍁
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Papi ngapain disini?!" Haechan sedikit berteriak menampakkan ketidaksukaannya melihat papinya ada di depan ruang rawat mami nya.
"Echan pulang ya bareng papi, papi kesepian gak ada kamu bear" bujuk Johnny.
"Gak mau, echan mau sama mami" tolak Haechan untuk kesekian kalinya.
"Ngapain kamu disini echan, ayo pulang sama papi aja, papi janji bahagiakan kamu" Johnny sama sekali tak menyerah, ia terus membujuk Haechan agar dia mau pulang bersamanya.
"Mami sakit loh Pi! Setidaknya papi kesini baik-baik jenguk mami! Bukan malah begini! Kesannya papi nganggep mami itu pura-pura"
"Memang, dia pasti pura-pura bear, dia ingin mencari perhatian papi makanya dia pu-" ucapan Johhny terhenti karena reaksi tak terduga dari anak kesayangannya.
PLAKKK
Suaran telapak tangan yang menyentuh kulit terdengar begitu melengking, Haechan menampar Johnny, untuk pertama kalinya Haechan berani meluapkan emosinya terhadap ayah nya.
Johnny tertegun atas perlakuan tiba-tiba putranya, ia menoleh menatap haechan yang tengah menatap penuh amarah ke arahnya dirinya, pupil kecoklatan itu menusuk penglihatan Johnny.
"JANGAN SEKALI-KALI PAPI NGATAIN MAMI YANG TIDAK-TIDAK!!" Teriak Haechan dengan mata berkaca-kaca.
"PAPI TAU APA?! HAH?!?! YANG PAPI TAU CUMA SELINGKUH SAMA NYIKSA MAMI!! MAMI SAKIT KERAS PAPI GAK TAU!! MAMI DIRAWAT PAPI BILANG PURA-PURA!!"
"BELUM PUAS PAPI NYIKSA MAMI?!? IYA?!?! ECHAN TANYA PUAS BELUM?!?! Hiks hiks hiks" Johnny hanya terdiam dengan semua makian Haechan.
"MAMI KANKER LAMBUNG!!! hiks hiks hiks, TAU GAK PAPI?!?!!!" Lanjut Haechan sukses membuat Johnny tertegun.
"PAPI HANYA TAU MENGHINA MAMI!! PAPI HANYA TAU MENJELEKKAN MAMI!! Hiks hiks MAMI SAKIT MASIH NGURUS PAPI!! MAMI SAKIT MAMI GAK NGELUH!! PAPI MENYIKSA MAMI DALAM KEADAAN SAKIT!! hiks hiks hiks ECHAN BENCI SAMA PAPI!! ECHAN BENCI PAPI!!!" Sambungnya lagi lalu mendorong tubuh Johnny.
"PERGI!! PERGI DARI SINI!!!" Usir Haechan penuh amarah.
"Echan....." Suara Johnny bergetar, hatinya sakit melihat anaknya menyatakan benci padanya bahkan mengusirnya.
"Adek...." Celetuk Xiao Jun yang baru datang seraya menggendong anaknya.
"Hiks hiks hiks Kak... Echan titip mami dulu ya, hiks ECHAN mau nenangin diri dulu" ucap Haechan kemudian berlari pergi.
Haechan terus berlari, ia berhenti saat nampak sebuah taman di samping rumah sakit, ia berjalan terhuyung, rapuh, sungguh rapuh keadaannya saat ini.
Bruk
"Eh maaf maaf, saya buru-buru dan tidak melihat-"
"Loh kamu?" Ucapnya saat mengenali orang yang ia tabrak.
"Kak Mark...." Lirih Haechan.
"Ada apa, keadaan mu berantakan sekali, berdirilah" Ujar Mark membantu Haechan berdiri.
Mark mendudukkan Haechan disebuah bangku, ia memberikan sapu tangannya kepada Haechan yang mana langsung diterima oleh Haechan sendiri.
"Ada apa?" Tanya Mark, sebenarnya ia merasa aneh karena memiliki inisiatif bertanya, karena sebenarnya dirinya sendiri sangat malas berinteraksi dengan orang di luar jam kerja.
"Menggeleng, aku hanya bertengkar dengan seseorang, aku hanya ingin menenangkan diri" saut Haechan menunduk.
"Anak kecil tidak boleh larut dalam kesedihan" ujar Mark.
"Aku minta maaf, tapi aku harus pergi, istri temanku membutuhkan obatnya" sambung Mark memunculkan anggukan kecil pada diri Haechan.
"Jangan terlalu sedih anak kecil" ucap Mark sebelum akhirnya melangkah pergi.
Haechan menatap kepergian Mark, punggung gagah Mark menjadi objek utama netra Haechan.
Pandangan Haechan beralih ke tangannya yang mana ada sapu tangan milik Mark yang masih dirinya genggam, senyum tipis terukir di bibir Haechan, pertemuan singkatnya dengan Mark adalah hal tak terduga, singkat, sangat singkat.