Jaemin serta Haechan tengah ada di taman kampus fakultas ekonomi, mereka sedang menunggu Jeno yang sedang pergi membeli minuman untuk Jaemin.
Taman fakultas ekonomi adalah yang paling tenang untuk saat ini, satu-satu tempat yang juga dekat dengan tempat tujuan Jeno pergi membeli minuman.
"Kamu masih mikirin apa? Diem Mulu" celetuk Haechan tak nyaman melihat sahabatnya terus diam tanpa kata.
Jaemin hanya menggeleng, pikirannya campur aduk sekarang, banyak bayang-bayang kejadian yang lewat di otaknya.
"Sayang"
Jaemin yang menunduk lantas mendongak menatap Jeno yang tengah berjalan kearahnya.
"Ada apa?" Tanya Jeno, ia memberikan belanjaannya pada Haechan dan beralih memeluk Jaemin.
"Apa yang akan terjadi pada orang-orang tadi?" Tanya Jaemin membuat Jeno dan Haechan mengernyit bersamaan.
"Kenapa nanyain mereka?" Tanya Haechan menyodorkan botol air yang sudah ia buka pada Jeno.
Jeno membantu Jaemin minum kemudian menanyakan pertanyaan yang sama kepada Jaemin.
Jaemin menggeleng, "Tidak, aku hanya tidak mau masalah menjadi besar" saut Jaemin menunduk lesuh.
"Sayang dengarkan aku, masalah ini sajak awal sudah merupakan masalah besar, nyonya Lee untuk dihormati, bukan di bully, jelas aku tidak terima kamu diperlakukan kasar oleh mereka, aku mau kamu bahagia terus, bukan sedih" ujar Jeno menangkup wajah Jaemin.
"Seorang suami tentu tidak akan terima jika melihat istrinya dibully" sambungnya.
"Siapa yang istrimu?! Kita belum nikah!😠" Cetus Jaemin.
"Lalu siapa yang sebelumnya mengakuiku sebagai suami, Hem?" Tanya Jeno menggoda Jaemin.
Jaemin mendengus lalu berhambur ke pelukan Haechan, bibir tipisnya mulai mengerucut tanda ia sedang sebal.
"Huh! Tidak mau sama Jeno! Mau sama echan aja!" Tukasnya semakin memeluk Haechan erat.
Jeno bukannya panik ia malah terkekeh karena gemas sendiri dengan tingkah kekasihnya, Haechan pun ikut terkekeh, ia mengusap-usap punggung Jaemin seraya terkekeh gemas, jika tidak ada Jeno.. Haechan pasti sudah menggigit pipi Jaemin sangking gemasnya.
Jeno usap rambut Jaemin dengan sayang, akhirnya pikiran Jaemin tak terus menerus terfokuskan dengan masalah yang tadi.
"Mau langsung pulang atau kamu mau jajan dulu?" Tanya Jeno jongkok di depan Jaemin yang memeluk Haechan.
Jaemin melepaskan pelukannya lalu menatap Jeno yang juga sedang menatapnya. Jaemin berpikir keras tentang tawaran dari Jeno.
"Mau jajan sama echan, nanti echan boleh tidak main ke mansion?" Saut Jaemin di akhiri pertanyaan.
Haechan gelapan, "Ih Jaem gak usah, mana boleh aku kesana, aku bukan-"
"Boleh, kamu boleh pergi ke mansion saya" timpal Jeno memotong pembicaraan Haechan.
Haechan memekik kaget, rahang bawahnya turun membuat mulutnya terbuka lebar, apakah dia barusan salah dengar sesuatu? Apa tadi seorang Lee Jeno benar-benar mengizinkannya datang ke mansionnya? Mansion pribadinya?!?! Wow dalam hati Haechan, inikah keberuntungan seseorang jika berteman dengan kekasih konglomerat terkenal?
"Yey, echan boleh main hehe" celetuk Jaemin senang lalu memeluk Haechan dan menempelkan pipinya kewajah Haechan.
"Eumm kamu memelukku terlalu erat😖" keluh Haechan.
"Kenapa kamu tidak memelukku juga?" Sergah Jeno menarik Jaemin dari posisinya yang memeluk Haechan.
"Tidak mau sama Jeno" Jaemin memalingkan wajahnya malas.
Jeno gemas sendiri melihat tingkah kekasihnya itu, ia cubit pipi Jaemin dengan gemas lalu menciumi setiap inci wajahnya.
"Dasar Bayi, lucu sekali kamu ini..." Gemas Jeno mencubit hidung Jaemin membuat si-empu tersipu.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand
FanfictionTerjebak dalam genggaman tuan muda yang arogan, malam pertamanya dirampas begitu saja oleh tuan muda yang nyatanya begitu dirinya benci.