Kini Jeno dan Taeyong tengah duduk berdua, mereka berbicara empat mata, namun Taeyong belum juga memulai pembicaraan hingga membuat Jeno menunggu dengan bingung.
"Mom, mommy mau bicara apa sih?" tanya Jeno.
"emmm anu, ee....." Taeyong benar-benar bingung ingin memulai darimana, ia takut anaknya marah.
"mommy ada masalah apa sih? bilang aja sama Jeno mom" ujar Jeno, ia khawatir melihat mommy nya seakan menyembunyikan sesuatu.
"emm jangan marah ya" ucap Taeyong.
"Iya, lagian untuk apa Jeno marah?" saut Jeno.
Taeyong menghela nafas, ia menggenggam tangan putranya itu sebelum akhirnya memulai pembicaraan.
"Jadi begini.... emm mommy sebenarnya punya kekasih, dia baru baru ini mengajak mommy untuk-" ucapan Taeyong terhenti kala Jeno langsung melepaskan genggaman tangannya dan berdiri.
"mommy mau nikah lagi?!" nada bicara Jeno mendadak berubah.
"Je- Jeno, jangan marah dulu ya, kita bicara baik-baik, mommy gak a-" ucapan Taeyong lagi-lagi terpotong, kali ini Jeno memotong pembicaraan Taeyong.
"Mommy mau gantiin posisi daddy dengan orang lain?!" ucap Jeno membuat Taeyong ikut berdiri.
"enggak bukan gitu, dengerin mommy dulu ya" Taeyong berusaha menggenggam tangan sang anak, namun dengan cepat Jeno menghindari sentuhan mommy nya.
"Jeno sibuk, kita bicara lain waktu" ucap Jeno dengan nada yang terdengar kecewa.
Jeno pergi begitu saja meninggalkan Taeyong yang menatap sedih kearahnya, Taeyong ingin mencegah Jeno, namun niatnya ia urungkan, karena Taeyong tau Jeno akan tambah marah jika dirinya melakukan itu.
Taeyong terduduk di sofa, ia menangis melihat sang anak kecewa padanya, ia tau betul posisi mendiang suaminya untuk Jeno, tapi sungguh Taeyong tak bermaksud seperti itu, taeyong sama sekali tidak berniat menggantikan posisi mendiang suaminya dengan orang baru.
"Maaf Jeno~ maafin mom, mommy gak maksud apa-apa" ucap Taeyong di tengah-tengah siakannya.
_
_
Jeno pulang dengan amarah dimatanya, para pekerja tak berani menyapa sedikitpun, ia masuk kedalam lalu langsung pergi ke kamarnya, Jaemin yang melihat tingkah Jeno pun mengernyit heran.
Apa yang terjadi pada Jeno hingga pulang-pulang ia langsung seperti itu? pikir Jaemin, padahal biasa jika pulang yang Jeno cari pertama adalah dirinya, namun sekarang kenapa tidak? tumben sekali.
Jaemin membawa segelas susu hamil nya ke kamar, ia ingin bertanya apa yang telah terjadi pada dominannya itu, jujur ia khawatir melihat tampang Jeno saat memasuki rumah.
Prang~
Suara kekacauan itu adalah hal pertama yang terdengar oleh Jaemin saat dirinya hendak membuka pintu kamar.
Jaemin cemas dengan keadaan Jeno, ia membuka pintu yang mana memperlihatkan Jeno yang sedang menghancurkan barang-barang nya.
"Je-" Jaemin hendak bertanya namun Jeno sudah berbalik lebih dulu hendak memukulnya.
"Siapa yang!!--" ucapan Jeno terhenti kala sadar siapa yang memasuki kamarnya.
Jaemin yang kaget spontan menunduk dan memalingkan wajahnya dengan mata yang terpejam takut akan dipukul oleh Jeno.
Prang~
Gelas berisik susu yang baru diminum seperempat oleh Jaemin jatuh kelantai karena tangannya yang gemetar hebat akibat melihat Jeno yang hendak mengasarinya.
Jeno menatap wajah Jaemin yang mana matanya terpejam sangat kuat, dahinya juga tampak mengerut karena takut, tatapan Jeno beralih menatap tangan Jaemin yang masih seakan memegang gelas.
Tangan lentik itu benar-benar gemetar hebat, Jeno mengepalkan tangannya lalu mendongak berusaha menetralkan emosinya.
Grep~
Jeno memeluk tubuh Jaemin, Jaemin perlahan membuka matanya, ia kaget Jeno tiba-tiba memeluknya, tubuh Jaemin kaku karena gugup dan takut.
"Je- Jeno..." cicit Jaemin gugup.
"Maaf, aku membuatmu takut ya" Jeno mengeratkan pelukannya lalu menenggelamkan wajahnya di curuk leher Jaemin.
Jaemin diam sesaat sebelum akhirnya mengangkat tangannya dan membalas pelukan Jeno, ia usap dengan ragu punggung dominan nya itu.
"Ada- ada apa Jeno?" tanya Jaemin gugup.
Jeno tak menjawab ia mengangkat tubuh Jaemin lalu membawanya memasuki kamar dengan hati-hati, menghindari kaki Jaemin terkena pecahan beling.
Jeno mendudukkan dirinya di ranjang dengan Jaemin di pangkuannya, Jeno tetap memeluk tubuh Jaemin namun mulutnya tetap membisu.
"Jeno, ada apa? ayo cerita" ujar Jaemin lembut.
"Mommy mau nikah lagi na...." saut Jeno sendu.
"Lalu kenapa? bukannya bagus?" tanya Jaemin yang sontak membuat Jeno menaruh Jaemin duduk di sebelahnya.
"Bagus?" tanya Jeno dan Jaemin mengangguk.
"Bagus darimana?! posisi daddy mau digantikan na, darimana bagus nya?! aku gak terima!" sarkas Jeno membuat Jaemin mengulum bibirnya.
"Jen..... bicara dulu baik-baik sama mom ya, belum tentu juga mom bermaksud begitu, lagian kasian mom selalu sendiri selama ini kan... cobalah bicarakan dulu dengan mom ya" ujar Jaemin seraya menggenggam tangan Jeno.
Mendapati jawaban itu bukannya membuat Jeno luluh melainkan sebaliknya, Jeno menepis kasar tangan Jaemin lalu membentaknya.
"KAMU TAU APA?! KAMU GAK AKAN NGERTI PERASAAN KU!!" Sentak Jeno yang sontak membuat Jaemin kaget dan terdiam.
"GAMPANG KAMU NGOMONG KAYAK GITU KARENA BELUM TAU RASANYA JADI AKU!! KAMU ITU YATIM PIATU!! GAK PUNYA ORANG TUA!! MANA MUNGKIN KAU MENGERTI!!!" Sentak Jeno lagi yang sukses membuat Jaemin syok. ini adalah kali pertamanya Jeno sekasar itu padanya hingga mengatakan dirinya seorang anak Yatim Piatu.
"Aku akan lembur malam ini" ini adalah ucapan terakhir Jeno sebelum akhirnya meninggal Kamar dimana Jaemin tengah berdiri mematung disana.
Air mata Jaemin tak terbendung lagi, mulutnya terbuka menahan sesak di dadanya, hatinya sakit mendengarkan Jeno setega itu mengatainya.
"Ternyata begini ya Jen, hiks hiks tega kamu Jeno" isak Jaemin, kemudian ia melangkahkan kakinya pergi dari kamar.
Jaemin sampai di ruang tengah yang mana langsung disapa oleh Maid yang menanyakan tujuannya.
Jaemin hanya menjawab akan menyusul suaminya ke perusahaan, namun itu berbalik dengan tujuannya yang sebenarnya.
Jaemin melangkahkan kakinya meninggalkan mansion, ia menaiki taxi karena menolak untuk di antar oleh supir, dengan beberapa alasan akhirnya Jaemin bisa pergi dengan Taxi.
"Kemana nyonya?" tanya supir taxi.
"ke-" Jaemin tak jadi meneruskan kata-katanya.
Harus kemana Jaemin pergi, jika ia pulang kerumah lamanya Jeno pasti akan menemukannya, ia benar-benar tak punya tempat untuk berpulang, tuhan sekejam itu padanya hingga hanya menyisakan Jeno seorang sebagai tempat berpulangnya.
"Ke panti pak" ucap Jaemin yang mana di angguki oleh supir taxi tersebut.
Supir taxi itupun mengantar Jaemin hingga sampai di panti, Jaemin turun di depan panti lalu perlahan melangkahkan kakinya memasuki pekarangan panti, terlihat banyak sekali anak kecil yang sedang bermain-main disana.
Hati Jaemin menghangat, ia elus perutnya yang masih belum terlihat jelas, senyumannya perlahan luntur, mungkin kedepannya anaknya akan kehilangan sosok ayahnya, hati Jaemin tidak siap untuk bertemu Jeno untuk beberapa hari kedepan.
"Hiks hiks hiks sesakit ini kah rasanya?" Jaemin mendongak menatap langit dengan air matanya yang mengalir deras.
"Jeno~ aku kecewa padamu" ucap Jaemin sebelum akhirnya menyeka air matanya kasar.
BERSAMBUNG..........................................

KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand
FanfictionTerjebak dalam genggaman tuan muda yang arogan, malam pertamanya dirampas begitu saja oleh tuan muda yang nyatanya begitu dirinya benci.