PERGI

408 20 0
                                    

Jeno masih di perusahaan nya walaupun waktu sudah larut, ia melamun sesekali dan mencoba tidur sesekali.

"Sebenarnya apa yang aku lakukan, aku mengatakan kata-kata kasar itu padanya" Jeno terus terbayang kata-katanya pada Jaemin saat bertengkar tadi siang.

Dretttth 📳

Ponsel Jeno berdering, Jeno meraih ponselnya dan menatap nama penelepon, yang ternyata itu dari maid di mansionnya.

"Ada apa Bi?" tanya Jeno.

"Tuan, tuan lagi sama nyonya ya?" tanya maid balik.

"Ha? apa maksud bibi, bukannya dia dirumah?" Jeno berdiri dengan kaget mendapati pertanyaan begitu dari maid rumah.

"Enggak, tadi nyonya izin pergi nyusul tuan ke kantor, tapi sampai sekarang nyonya belum pulang, saya pikir nyonya lagi sama anda" Jelasnya dengan nada khawatir.

Jeno diam lalu mematikan panggilan telepon dari Maid, ia mencoba menghubungi Jaemin, namun panggilan teleponnya dimatikan oleh Jaemin.

Jeno terdiam sejenak sebelum akhirnya berdecak, ia mengacak rambutnya dengan kasar karena menyadari apa yang terjadi, ia sadar akan kesalahannya, ia tau apa yang membuat jaemin seperti ini.

"Sayang maafkan aku, aku mohon jawab telepon ku"💬

Jeno mengirim pesan ke nomor Jaemin, diseberang sana Jaemin hanya menatap pesan Jeno dengan acuh, ia terlanjur kecewa pada Jeno atas kata-katanya siang tadi.

Jeno yang tak mendapati balasan dari Jaemin pun kembali mencoba menghubungi Jaemin, usahanya berhasil, Jaemin kali ini menjawabnya.

"Sayang~ aku minta maaf, kamu dimana?" ucap Jeno ketika panggilan telepon tersambung.

"Jangan cari aku, aku tidak mau bertemu kau lagi Lee Jeno, aku kecewa padamu" tukas Jaemin dengan tajam.

"Sayang aku minta maaf, aku sadar aku salah~ tapi tolong kembalilah... aku-" ucapan Jeno dipotong oleh Jaemin.

"Kembali apa maksud mu? aku ini orang yang tak punya siapapun, kemana aku bisa kembali ha? benar yang kau bilang, aku Yatim Piatu, jadi orang besar sepertimu tidak usah mempedulikan orang seperti ku" sergah Jaemin kemudian memutuskan panggilan telepon itu begitu saja.

Jeno terpaku dengan ponsel yang masih menempel di telinganya, apa dirinya benar-benar akan kehilangan Jaemin dan baby? Sebenarnya itu semua salahnya, jika saja jeno lebih bisa memahami perasaan jaemin, maka Jaemin tak akan pergi.

Jaemin duduk mengelus perutnya yang masih belum terlihat jelas, perutnya hanya seperti kembung sehabis makan banyak.

Jaemin mengucapkan maaf berkali-kali seraya mengelus perutnya, ia tak tega memisahkan calon anaknya dari ayahnya, tapi Jaemin juga kecewa pada Jeno, kata-kata Jeno benar-benar menyinggung perasaannya.

"Baby kalau mau pulang ketemu daddy nanti aja ya sayang, buna lagi marahan sama daddy, baby ngerti kan?" ucap Jaemin menatap perutnya yang masih rata.

Jaemin saat ini menginap di panti, ibu panti sungguh baik bersedia menampung Jaemin beberapa hari.

Jaemin merebahkan tubuhnya lalu memejamkan matanya, ia harus istirahat, karena waktu sudah larut, tadinya Jaemin sudah tidur, namun ia terbangun karena haus, jadi ia minum sejenak menghilangkan rasa haus yang menimpa tenggorokannya.

Sementara itu di tempat lain, rumah sakit lebih tepatnya, Haechan tengah menangis di sebelah ranjang rawat mami nya.

Haechan sangat terpukul ketika mengetahui apa yang telah maminya pendam selama ini, Hendery juga begitu hancur mengetahui kenyataan yang ada, namun sebagai abang Hendery berusaha untuk kuat.

"Kenapa mami gak pernah cerita bang? hiks hiks" isak Haechan seraya menggenggam tangan maminya.

"Udah, jangan menangis lagi saeng, besok kita tanyakan saat mami siuman ya" ujar Hendery mengelus pundak Haechan.

Haechan menatap Hendery yang mana di balas senyuman oleh Hendery, Haechan peluk tubuh kakaknya itu dengan erat, ia menangis sejadi-jadinya seraya menenggelamkan wajahnya di perut Hendery, Haechan tak ingin mengganggu istirahat maminya.

"Kamu tinggal sama abang aja ya kedepannya, sama mami juga" ucap Handery.

Haechan mengangguk, "Iya, echan gak mau mami terluka lagi~ hiks hiks" saut Haechan dengan isakan.

"Ini salah echan, mami menyembunyikan semuanya karena echan bang, hiks ini salah echan~ hiks hiks hiks " Haechan tak henti-hentinya menyalakan dirinya sendiri atas apa yang menimpa sang mami.

Hendery menangkup wajah Haechan lalu menghapus air mata Haechan, ia benci melihat air mata sang adik mengalir, Hendery tak suka melihat adiknya menyalahkan dirinya sendiri.

"Tidak, ini bukan salah echan, ini terjadi karena papi yang udah berubah saeng, sama sekali bukan salah echan~" ucap Hendery berusaha mengembalikan kekuatan hati Haechan.

Haechan diam, ia kembali memeluk Hendery, sungguh Hendery adalah super hero bagi Haechan setelah papinya yang nyatanya telah berubah.

Rasa aman Haechan dapat rasakan saat bersama Hendery, Hendery adalah abang terbaik sepanjang yang Haechan kenal.

///
///
///

⛅⛅⛅

Pagi-pagi sekali Jaemin sudah bangun dan membantu ibu panti membuat kue, setelah selesai dengan membantu ibu panti, Jaemin pun berangkat kerumah sakit, ia harus melanjutkan pekerjaannya magangnya.

Sampai dirumah sakit ia dikejutkan dengan kehadiran Soe Han yang sedang berbincang dengan Haechan.

Jaemin ingin pergi, namun dirinya lebih dulu sudah terlihat oleh Haechan, yang mana Haechan langsung memanggil Jaemin.

"Sepupumu mencarimu na" ujar Haechan yang sukses membuat Jaemin tersenyum kaku.

Haechan pergi setelah Jaemin sampai di hadapan Soe Han, Haechan tau dan mengerti apa itu privasi, jadi dirinya langsung pergi karena tak ingin mengganggu.

"Kenapa kau disini?" tanya Jaemin acuh tak acuh.

"Nyonya, mengapa anda pergi dari rumah?" tanya Soe Han.

"Soe Han, tuan mu tau jawabannya tanpa harus aku katakan" cetus Jaemin.

"Silahkan pulang, aku tidak akan bersedia bertemu dengan laki-laki yang tak bisa menjaga perasaan orang lain seperti tuan mu" sambung Jaemin dengan dingin dan tajam.

Soe Han terdiam melihat perubahan sikap yang sangat drastis dari Jaemin.

Jaemin calon nyonya mudanya yang ia kenal ramah, lemah lembut, kini berubah menjadi orang lain, sifatnya dingin, tanpa ekspresi, dan juga tegas, benar-benar terlihat seperti orang lain.

Soe Han membungkuk sebelum akhirnya pergi dari hadapan Jaemin.

Jaemin memandangi kepergian Soe Han sejenak sebelum akhirnya pergi seraya memijat pangkal hidungnya.

Jaemin menemui Haechan di ruangannya, Jaemin mengobrol tentang pekerjaannya hingga sesuatu yang mencurigakan Jaemin lihat di diri Haechan.

"Haechan-i museun-il-iya?" tanya Jaemin.

Haechan menatap Jaemin sejenak sebelum akhirnya menggeleng kecil, mengartikan dirinya baik-baik saja.

"Katakan padaku echan, kamu punya masalah apa?" ujar Jaemin.

"Aku ingin sekali bercerita, tapi aku gak bisa na, sorry" ucap Haechan menatap Jaemin tak enak.

Jaemin tersenyum dan mengangguk, "Iya, tidak apa-apa, aku mengerti kok" saut Jaemin memaklumi.

"Ya sudah ayo balik kerja" tutur Jaemin dan Haechan mengangguk.

Keduanya pun pergi dari ruangan Haechan itu, mereka mulai mengerjakan apa yang menjadi tugas mereka selama magang, sampai sekarang Haechan juga belum tau bahwa teman baru nya itu (Jaemin ) sedang hamil.

Jaemin juga ragu untuk memberitahu Haechan, apalagi situasi saat ini semakin tidak terkondisikan.

BERSAMBUNG..........................................

One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang