Jeno saat ini tengah saling pandang dengan sang mommy, sejak tadi tidak ada suara dari keduanya, itu benar-benar membuat suasana menjadi canggung.
"Ma- maaf, mommy tidak bermaksud mengadu dan membuat Jaemin marah padamu, mommy minta maaf"
"Ji- jika kamu mau mom pergi- mo- mommy akan pergi, mommy gak akan menemuimu lagi, mommy- hiks janji"
Taeyong benar-benar merasakan sakit yang amat sangat dihatinya ketika mengatakan hal itu, sementara Jeno hanya melihat sang mommy dengan perasaan gundah, ia tak tega, namun dirinya sangat keras kepala untuk sekedar mau berbicara baik-baik dengan mommy nya.
Taeyong pergi ketika tak mendapatkan satupun respon dari putranya, Jeno yang melihat itupun kaget, ia ingin memanggil namun Taeyong sudah terlanjur pergi.
Jeno terdiam sejenak, kemudian ia mengambil infusnya lalu melangkah perlahan seraya berpegangan pada tembok, ia berniat menyusul mommy nya, yang ia yakini mommy nya belum terlalu Jauh.
"Mommy!" Jeno sedikit berteriak dengan suaranya yang masih sedikit serak.
Taeyong yang mendengarkan hal itupun menoleh kebelakang, ia melihat putranya yang tengah berjuang mengejarnya, Taeyong bisa melihat bahwa Jeno masihlah lemah.
Jeno mempercepat langkahnya sebisa mungkin, ia menghampiri mommy nya yang sudah ada di depan pintu keluar rumah sakit.
"Kenapa kamu keluar? Kondisimu masih lemah Jeno" ujar Taeyong.
Jeno diam saja, ia hanya menatap wajah mommy nya itu dengan tatapan nanar.
"Maaf, gara-gara mommy Jaemin marah padamu" ucap Taeyong lagi.
"Kembalilah keruangan mu Jeno, kamu butuh waktu istirahat" sambung Taeyong sebelum akhirnya kembali melangkah pergi.
Jeno berdecak sebal, ia ingin mengutarakan kalimatnya tapi tak memiliki kesempatan menyela pembicaraan sang mommy, Jeno kembali menyusul mommy nya dengan niat yang sama, minta maaf.
Taeyong masuk kedalam mobilnya lalu pergi, Jeno berteriak, ia meneriaki nama Taeyong, Mobil Taeyong berhenti, ia menatap spion yang memperlihatkan putranya tengah berusaha berlari mendekatinya.
"Giliran Jeno udah mau bicara baik-baik sama mom! kenapa Mommy yang seperti ini?!" Cetus Jeno kesal.
Taeyong keluar dari mobilnya, ia melangkahkan kakinya ingin menghampiri sang anak, namun langkahnya terhenti kala matanya melihat langsung kejadian yang begitu membuat jantungnya seakan berhenti berdetak.
BRAKK
Tubuh jeno terhantam oleh mobil lain yang tengah melintas dengan kecepatan tinggi, Taeyong terbelalak kaget, dengan sigap ia menatap mobil yang menabrak anaknya sebelum akhirnya menghampiri Jeno.
"JENO!!!" Air mata Taeyong semakin deras melihat putranya yang tadinya masih lemah ringan sekarang telah berlumuran darah.
"Mom....... Jeno...... Minta.... Maaf..." itu kalimat terakhir yang Jeno ucapkan sebelum akhirnya tak sadarkan diri.
Taeyong berteriak meminta tolong pada orang-orang untuk membantu membawa Jeno masuk kedalam rumah sakit.
Beberapa orang membopong tubuh Jeno yang penuh darah memasuki rumah sakit, Jeno dimasukkan keruang UGD untuk melewati penanganan darurat.
Taeyong menunggu diluar ruang UGD dengan perasaan khawatir dan takut, ia benar-benar resah saat ini.
Sementara itu diruangan lain ada Jaemin dan Haechan yang tengah membujuk seorang anak kecil minum obat.
"Ayo diminum sayang, kalau kamu sembuh, nanti dokter kasih kamu hadiah" ujar Jaemin dengan senyuman hangat nya.
"Hadiah apa?" Tanya anak kecil itu berbinar.
"Saya akan kasih kamu mainan, gimana?" Saut Jaemin diakhiri pertanyaan.
Anak kecil laki-laki itu mengangguk semangat, Jaemin dan Haechan pun tersenyum, begitu juga orang tua anak kecil tersebut.
Setelah selesai membujuk pasiennya untuk minum obat, Jaemin dan Haechan pun pergi, karena Jam istirahat mereka tinggal 3 menit lagi.

Jaemin dan Haechan tengah berjalan menuju kantin rumah sakit, keduanya ingin mengisi perut mereka yang sudah memanggil sejak tadi.
"Aku benar-benar masih penasaran terhadap hubunganmu dengan tuan Lee" ujar Haechan memainkan tangannya di dalam kantong Jas dokternya.
"Kapan-kapan aja deh aku cerita semuanya" saut Jaemin canggung.
Keduanya terus berbincang-bincang selama perjalanan menuju kantin rumah sakit, hingga tak lama kemudian keduanya sampai di kantin dan mulai memesan makanan.
Makanan keduanya telah siap di meja, Haechan begitu heran dengan porsi makan Jaemin yang bertambah.
"Tumben banget porsi makan mu nambah na" celetuk Haechan terheran-heran.
"Lagi pengen aja" saut Jaemin acuh, ia fokus dengan makanannya.
"Iya paham, dulu beralasan gak punya uang sekarang kan pacarnya CEO Lee" ucap Haechan yang mana berhasil mendapatkan cubitan maut dari Jaemin.
"Enak saja kau ini, meski begitu aku tidak akan menggunakan uang Jeno kecuali dia memaksa" Jaemin merotasikan matanya kemudian kembali fokus ke makanannya.
"Apa kau sudah tau kondisi Tuan Lee?" Tiba-tiba saja suara perbincangan itu menyapa pendengaran Jaemin dan Haechan.
Jaemin menghentikan acara makannya kemudian mencari orang-orang yang sedang berbicara itu, ia mendengarkan apapun yang mereka bicarakan.
"Ku dengar kondisinya kritis"
"Kasian sekali ya"
"Iya, Tuan Lee sebelumnya juga sedang dirawat kan, siapa yang tau dan menyangka Tuan Lee malah mengalami kecelakaan seperti itu, kau lihat saja darah di depan rumah sakit, sangat banyak"
Jantung Jaemin seakan berhenti, apa saja yang dirinya lewatkan selama mengatasi pasiennya?
Jaemin berdiri dari duduknya lalu berjalan tergesa-gesa keluar dari kantin, Jaemin berjalan kearah luar, ia melihat beberapa petugas berwajib tengah membereskan lokasi.
"Na" seru Haechan memegang pundak Jaemin.
"Tidak, chan~ hiks itu bukan Jeno kan? gak mungkin chan" tangis Jaemin tak dapat dirinya tahan lagi.
"Sebaiknya kita cari langsung na" saran Haechan yang tak tau ingin menjawab apalagi.
Jaemin menyeka air matanya kemudian pergi, Haechan pun menyusul, ia cukup khawatir pada temannya itu.
Jaemin terus mencari-cari, hingga ia sampai di lorong ruang UGD, jaemin melihat Taeyong yang tengah menangis didepan ruang UGD.
Jaemin sedikit berlari kecil mendekati Taeyong.
"Mom" Jaemin memanggil nama Taeyong dengan suaranya yang bergetar.
Taeyong yang mendengar namanya di panggil pun menoleh, ia melihat Jaemin yang tengah berlari kecil mendekatinya.
"Sayang jangan berlari" Taeyong menghampiri Jaemin dengan sedikit berlari, ia khawatir melihat Jaemin berlari dalam keadaan hamil.
"Mom, hiks di dalam Jeno?" tanya Jaemin dengan air matanya yang tak bisa ia hentikan untuk mengalir.
Taeyong mengangguk. "Iya~ hiks ini salah mommy"
Jaemin terdiam, isak tangisnya semakin pilu, hal itu membuat Taeyong khawatir.
"Nana, tenang dulu sayang, ingat baby" ucap Taeyong seraya mengelus punggung Jaemin dan perut Jaemin.
Haechan yang sedari tadi hanya mendengarkan pun kaget mendengar hal itu, Jaemin hamil? anak Lee Jeno? berapa banyak hal lagi yang belum Haechan ketahui tentang Jaemin.
Haechan memilih diam, ia tak bisa menanyakan apapun pada Jaemin, karena situasi saat ini bukan saatnya ia bertanya banyak hal yang Jaemin rahasiakan.
BERSAMBUNG..........................................

KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand
FanfictionTerjebak dalam genggaman tuan muda yang arogan, malam pertamanya dirampas begitu saja oleh tuan muda yang nyatanya begitu dirinya benci.