Jaemin tengah di depan perusahaan Jeno, namun ia enggan untuk masuk, juga lupa menghubungi Jeno jika dirinya ingin berkunjung, ya sebenarnya awalnya mau mengejutkan Jeno, tapi ketika sampai Jaemin menatap penampilan sederhananya dan ragu untuk masuk.
Jika ada yang bertanya identitasnya, Jaemin harus memperkenalkan dirinya bagaimana? rasanya ia tak pantas memasuki perusahaan besar di hadapannya itu.
Banyak mata yang menatap kearah Jaemin, Jaemin kembali menatap penampilannya yang terlihat kampungan, itu semakin membuat Jaemin takut untuk masuk, ia takut direndahkan orang² kalangan atas di dalam sana.
"Baby kita harus apa? Buna bingung mau masuk atau menunggu disini saja" Jaemin berbicara seraya mengelusi perutnya dengan satu tangannya.
"Tapi jika Buna gak masuk makanan daddy kamu gimana?" Jaemin terus berbicara sendiri seraya mengelusi perutnya yang masih rata.
Jaemin terdiam sejenak, kemudian ia melangkahkan kakinya masuk kedalam perusahaan, semua mata menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan.
Namun beberapa karyawan juga ada yang tampak tersenyum kearahnya, Jaemin sedikit menghangat dengan perlakuan itu, ternyata tak semua orang memandangnya tak suka.
"Permisi, boleh saya ketemu dengan pak Jeno?" tanya Jaemin hati-hati terhadap seorang resepsionis wanita.
"Sudah buat janji?" tanya wanita itu balik.
Jaemin menggeleng. "Kebetulan belum" jawab Jaemin tersenyum.
"Eoh, kalau begitu maaf, saya tidak bisa mengizinkan anda masuk, jika ingin bertemu, silahkan menunggu disana" tuturnya lalu menunjuk sopan kearah sofa di lobby.
Jaemin tersenyum, ia juga tak bisa memaksa, karena Jaemin paham dengan aturan perusahaan, dirinya mengangguk lalu beranjak menuju sofa dan duduk disana.
Jaemin menunggu disana selang beberapa menit, resepsionis tadi sedang menelepon, yang tentu menelepon Jeno, karena ia menatap jadwal kerja Jeno dan saat ini Jeno sudah diperkirakan selesai meeting.
"Presdir, ada yang ingin bertemu anda" tuturnya sopan.
"Siapa?" tanya Jeno datar.
Resepsionis itupun sedikit menjauhkan teleponnya lalu bertanya kepada Jaemin tentang namanya, Jaemin menjawab dengan senyuman damai di sudut bibirnya, ia benar-benar penuh dengan aura positif.
"Namanya Jaemin, Presdir" ucapnya yang mana membuat Jeno terperanjat kaget lalu langsung memutuskan panggilan teleponnya.
Resepsionis wanita itupun menatap telepon dengan tatapan bingung, namun setelahnya ia mengangkat bahunya sendiri dan meletakkan telepon itu kembali.
Jaemin terus menunggu dengan sabar, walaupun ia merasakan pinggangnya agak pegal karena terus duduk, perlu diketahui bahwa Jaemin sejak hamil selalu gampang merasa nyeri di bagian pinggangnya.
Drap
Drap
Drap
Suara langkah kaki yang begitu nyaring terdengar, terlihat Jeno yang tengah berlari mendekati resepsionis wanita di lobby perusahaannya.
Resepsionis wanita itupun menjawab dengan menunjuk Jaemin sopan, Jeno langsung menoleh dan melihat Jaemin yang tengah menatap keluar perusahaan.
Jaemin menatap beberapa pekerja yang terlihat sangat sibuk, apalagi 2 penjaga di depan pintu perusahaan yang kini terlihat tengah berusaha menahan seseorang masuk kedalam perusahaan.
"Sayang" seru Jeno membuat Resepsionis wanita dan beberapa karyawan yang mendengarnya membelalakkan matanya kaget.
Jaemin menoleh dan tersenyum, kemudian ia berdiri dan menenteng rantang makanan yang ia bawa untuk Jeno.
Jeno menghampiri Jaemin dengan langkah cepat, ia menatap heran Jaemin yang datang tanpa mengabarinya lebih dulu, dan ini juga merupakan kali pertamanya Jaemin mau keperusahaannya dengan inisiatif sendiri.
"Kenapa gak ngabarin?" tanya Jeno.
"Aku lupa, terus aku gak bawa ponsel" Jawab Jaemin membuat Jeno menghela nafas.
"Soe-Han kemana? dia tidak mengantar mu?" tanya Jeno tak suka.
Jaemin tersenyum lalu meletakkan rantang makanannya kembali dan membenarkan dasi Jeno yang berantakan karena berlarian.
Jeno benar-benar tak dapat marah-marah didepan seorang Jaemin, ia hanya menatap Jaemin yang tengah tersenyum kepadanya.
"Ayo keruangan ku" ajak Jeno dan Jaemin mengangguk.
Jaemin hendak mengambil rantang makanannya namun Jeno lebih dulu mengambilnya, Jaemin hanya tersenyum dengan perilaku Jeno itu.
Jeno merangkul pinggang Jaemin dan menatap resepsionis wanita nya dengan tatapan tajam, ia benar-benar tak suka karena Jaemin dibuat menunggu lama di lobby perusahaan sendirian.
"Semua yang di lobby dengarkan saya baik-baik, dia adalah Na Jaemin, calon istri saya, jadi jika dia datang langsung persilahkan dia masuk, kalau perlu antar sampai ruangan saya! mengerti?!" tegas Jeno membuat Jaemin kaget.
Jaemin tak menyangka Jeno akan memperkenalkan nya seperti itu di hadapan karyawan-karyawanya.
Jaemin menatap Jeno yang terus menatap tajam semuanya, ia tarik lengan baju Jeno yang mana membuat Jeno menatapnya dengan tatapan bertanya.
Jaemin menggeleng seolah paham dengan tatapan Jeno, Jeno juga menghela nafas kala memahami isyarat si manisnya itu, Jaemin tersenyum mendapati Jeno tampak dengan ekspresi damai nya lagi.
Keduanya pun pergi meninggalkan orang-orang yang ada di lobby perusahaan yang tengah menatap tak percaya, tak percaya seorang Jeno bisa di kendalikan seseorang seperti barusan, itu benar-benar keajaiban.
_
_
_Jeno dan Jaemin telah sampai di ruangan presdir, Jaemin duduk di sofa dengan Jeno yang duduk di lantai seraya menatap Jaemin.
"Duduk di atas, Jeno" tutur Jaemin, dan Jeno menggeleng.
"Mau begini aja" Jeno merebahkan kepalanya di paha Jaemin dengan nyaman.
"Manja nya" ejek Jaemin yang mana Jeno tak mempedulikan itu, karena memang benar akhir-akhir ini dirinya selalu ingin manja-manja kepada Jaemin.
"Sayang, cape ya duduk terus nungguin aku?" tanya Jeno menatap tak tega wajah Jaemin.
Jaemin tersenyum dan menggeleng sebagai bentuk jawaban dari pertanyaan Jeno barusan, kemudian ia mengajak Jeno makan siang, karena mungkin makanannya sudah berubah dingin.
"Hahh udah dingin ya" Jaemin tampak kecewa menatap masakannya yang telah dingin.
Jeno menatap Jaemin lalu beralih menatap makanan, ia ambil sendok yang telah Jaemin siapkan dari rumah lalu menyantap sesuap makanan itu yang mana membuat Jaemin kaget.
"Eh kok dimakan? ini udah gak enak Jen" ujar Jaemin.
"Enak kok, siapa yang bilang masakan kamu gak enak hem? bilang coba, biar aku sumpal mulutnya itu" ucap Jeno yang membuat Jaemin terkekeh.
"Tapi aku serius Jeno, jangan dimakan, ini udah dingin" Jaemin menatap Jeno serius, yang mana membuat Jeno terdiam sejenak.
"Tapi aku ingin memakannya, boleh ya, yayayaya~ please" Jeno memohon dengan menyatukan tangannya.
Jaemin menghela nafas panjang, ia pasrah karena Jeno sudah memohon seperti itu, sebelum mengizinkan Jeno, Jaemin lebih dulu menanyakan keyakinan Jeno untuk menyantap makanan yang sudah dingin itu.
Jeno mengangguk yakin, Jaemin pun pasrah dan mengizinkan, Jeno menyerahkan sendok kepada Jaemin sebagai isyarat minta disuapi.
"Duduk sini di sebelah aku" tutur Jaemin dan Jeno lagi-lagi menolaknya.
"Lebih enak begini tau" ungkap Jeno lalu memeluk kaki Jaemin dan tersenyum dengan wajahnya yang menatap Jaemin.
Jaemin tersenyum sebelum akhirnya mulai menyuapi ayah dari anak yang dikandungnya saat ini, Jaemin merasa begitu damai, Jeno satu-satunya orang yang berhasil membalikkan warna kehidupan Jaemin setelah kedua orangtuanya meninggal dunia.
Jaemin benar-benar berharap dirinya dan Jeno benar-benar di takdirkan menjadi satu untuk selamanya, bukan satu untuk sementara.
BERSAMBUNG..........................................

KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand
FanficTerjebak dalam genggaman tuan muda yang arogan, malam pertamanya dirampas begitu saja oleh tuan muda yang nyatanya begitu dirinya benci.