Ini Sudah 2 Minggu sejak kecelakaan Jeno, Jeno sudah sembuh secara fisik, namun masih butuh satu minggu lagi pemulihan tubuhnya secara luar dan dalam. Namun meski begitu, Jeno tetap kembali ke-mansion nya dan kembali bekerja seperti sebelumnya, walaupun pada akhirnya ia tetap bekerja dirumah karena dilarang Jaemin untuk bepergian ke perusahaan.
Hal yang menyebalkan bagi Jaemin adalah kedatangan tamu tak diundang, sekaligus rasa khawatir bagi Jaemin jika kedatangan seseorang yang dekat dengan Jeno.
"Lancang sekali kau duduk di sofa khusus untuk Jeno!" Sarkas pemuda bertubuh mungil itu pada Jaemin.
Jaemin tak menghiraukan perkataan renjun, sama sekali tidak, ia malah sibuk sendiri dengan perut nya yang tampak sedikit lebih buncit dari hari-hari sebelumnya.
"Jeno sedang diruang kerja nya, kalau memang mau bertemu, menunggulah dengan tenang, aku tidak terbiasa dengan hal yang berisik" Ujar Jaemin sopan namun menusuk hati mungil Renjun.
"Lo ngatain gue berisik?!!" Sentak Renjun tak terima.
"Aku gak-" ucapan Jaemin terhenti kala mendengar suara Jeno dari lantai atas.
"Bagaimana kau bisa masuk?" Tanya Jeno datar.
"Aku yang ngizinin, katanya dia mau ketemu kamu" saut Jaemin menatap sendu kearah Jeno.
"Sayang?" Jeno bergegas mendekati Jaemin, ia khawatir Renjun menyakiti Jaemin.
Jeno peluk sicantik yang tengah mengandung calon anaknya itu, tidak peduli didepan Renjun ia tetap melakukannya.
"Dia katanya mau bicara penting sama kamu" ujar Jaemin menatap Renjun.
Jeno melepaskan pelukannya lalu menatap Renjun yang tengah kesal. "Mau bicara apa?"
"Jeno..." Renjun mendekat untuk meraih tangan Jeno, namun usahanya tidak membuahkan hasil karena Jeno langsung menyingkir.
"Jika tidak penting, pulanglah" -Jeno.
Jeno berbalik lalu merangkul Jaemin meninggalkan Renjun membuat yang di tinggalkan begitu emosi karena Jeno mengabaikannya.
"Akh" keluh Renjun memegangi kepalanya.
Bruk
Renjun jatuh terduduk di lantai seraya memegangi kepalanya, Jeno yang kaget lantas menoleh ke arah Renjun, ia berlari mendekati Renjun hendak menopangnya, namun Jaemin langsung menarik tangannya.
Jaemin hanya menatap mata Jeno dengan mulut yang bungkam.
"Na, sebentar dia sakit." -Jeno.
"Kan ada bodyguard kamu" -Jaemin.
"Jeno~" panggilan Renjun membuyarkan pikiran Jeno, ia menatap khawatir pada Renjun membuat Jaemin melepaskan tangan Jeno.
"Kalau kamu pilih dia, aku akan pergi dari sini" ucap Jaemin terdengar mengancam.
"Sayang apa-"
"Aku gak ngancem kamu, kamu ingat gak aku pernah bilang apa sebelum aku setuju kita menjalin kasih?, aku tidak mau sakit hati, aku tidak ingin menjadi pengganti, aku juga tidak ingin menjadi orang ketiga" Ujar Jaemin tegas namun suaranya terdengar gemetar.
Jaemin pergi begitu saja meninggalkan Jeno yang masih termenung kaget, entah mengapa Jaemin merasa Renjun hanya berusaha mengambil perhatian Jeno, itu membuat Jaemin tidak suka.
"Nyonya Muda" Seorang maid mendatangi Jaemin saat hendak menaiki tangga.
Jaemin tersenyum, ia menatap tangan maid yang terulur padanya, Jaemin paham maksud dari maid tersebut.
"Terimakasih" Jaemin mulai menaiki tangga seraya didampingi maid.
-
-
-Jeno berusaha berbicara pada Jaemin, namun Jaemin selalu mengabaikannya.
Jaemin mengambil koper lalu memasukkan baju-bajunya kedalamnya, ia juga dalam keadaan menangis, Jaemin kecewa, walaupun dirinya telah mengatakan banyak hal mengancam Jeno tapi Jeno tetap saja menemani Renjun yang Jaemin yakini hanya berpura-pura sakit.
"Na berhenti, sayang kamu mau kemana?" -Jeno
"PERGI!!!" Teriak Jaemin dengan tangis yang pecah.
Jeno menggeleng, "Sayang please jangan aneh-aneh"
"Aneh-aneh kamu bilang?, Waras gak kamu? Aku udah dari tadi bilang kalau kamu pilih dia, aku bakal pergi! Kamu kira aku bercanda?" Sarkas Jaemin.
"Tapi-" -Jeno.
"Tapi apa? Susah ngejelasin kalau dia lebih penting?, Dominan mana terang-terangan mengabaikan pasangannya didepan orang yg katanya temen doang?" Cercah Jaemin membuat Jeno terdiam.
"Aku capek ngadepin sikap plin plan kamu Lee Jeno, kamu memberiku banyak harapan, tapi kadang meruntuhkannya sendiri dengan tingkahmu, aku bingung" Sambungnya.
Jeno peluk tubuh kekasihnya itu, ia meminta maaf berkali-kali namun tak di gubris oleh Jaemin.
"Kalau memang belum siap atau mungkin memang dari awal tidak ada niatan serius, ayo selesai." Celetuk Jaemin membuat jantung Jeno seakan di robek habis.
"Apa yang kamu katakan? Gak! Aku gak mau kita pisah, aku sayang kamu na, aku cinta kamu" Ujar Jeno memegang kedua pipi Jaemin.
"Jauhi Renjun" cetus Jaemin tiba-tiba membuat Jeno tersentak kaget.
"untuk pertama kalinya aku meminta sesuatu darimu, Jauhi Renjun, aku tidak mengizinkan mu merespon dia sedikitpun, kalau kamu tidak bisa memenuhinya, saat itu juga kamu tidak akan bisa melihatku lagi, selamanya, aku pastikan itu akan terjadi jika kamu tidak bisa menuruti permintaan ku." Sambung Jaemin tegas.
"Tapi Renjun dan aku sudah berteman dari kecil na" ujar Jeno terdengar enggan menuruti Jaemin.
Jaemin mengulum bibirnya, ia menunduk dengan air mata yang tak dapat ia tahan, ia raih kopernya dengan kasar lalu mendorong tubuh Jeno menjauh darinya.
"Brengsek" Guman Jaemin.
"Na?! Nana kamu mau kemana? Sayang please jangan pergi" Ujar Jeno berusaha mengejar Jaemin.
Jeno berlari mendekati Jaemin lalu berlutut di depannya seraya memohon, hal yang paling jeno takutkan adalah kehilangan bintang terindah dihidupnya setelah orangtuanya, Jaemin, si cantik yang merupakan bintang terindah untuk Jeno.
"Sayang aku mohon jangan pergi, aku tidak bisa tanpa kamu..." Mohon Jeno.
"Aku juga tidak bisa seperti ini terus" Sergah Jaemin membuat Jeno bungkam.
T
B
C

KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand
FanfictionTerjebak dalam genggaman tuan muda yang arogan, malam pertamanya dirampas begitu saja oleh tuan muda yang nyatanya begitu dirinya benci.