"ayo buat perjanjian. kamu engga akan pernah ninggalin aku" feiliyas_
"jangan menatapku seperti itu, kamu yang meminta ku untuk tidak meninggalkanmu, kan" pitterjix_
"apa kau bahagia dengan hidup seperti itu?" christopher_
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✺÷✺
PRAAAANG!
PYAAARR!
itu adalah mangkok dan bubur keempat yang iliyas tolak. menampik nya dari tangan chris.
chris hanya menghela, kemudian menunduk untuk memungut serpihan tajam yang berserak di lantai.
"kakak ambilin yang baru"
kata chris yang keliatan sama sekali enggak kehilangan kesabaran.
"anmeogta! heuahhAnmeogta~aaAA~"
iliyas tertunduk, kakinya tertekuk di lantai. mungkin chris enggak nyerah, tapi keliatannya iliyas yang nyerah.
dia capek... iya, dia yang capek...
"berenti bawain iyas makan. iyas uda bilang iyas akan makan saat pitter pulang~ APA KAKAK ENGGAK BISA NGERTI?!!__
__tolong, TOLONG Berentii~iii~~"
bukannya chris enggak ngerti, tapi malem semakin larut. siang tadi iliyas uda mau makan, tapi dari jam tujuh malem itu iliyas enggak mau makan lagi.
iliyas emang uda bilang, dia mau makan bareng pitter. tapi sampek jam sebelum malem itu pitter belum ada tanda-tanda pulang.
"tapi sekarang uda hampir larut yas"
lembut banget chris ngomong, dia bahkan samperin dan nyentuh pundak iliyas. bermaksud untuk ngebawa iliyas beranjak dari lantai itu.
tapi iliyas menampik nya lagi, "kakak sendiri yang janji! kakak yang bilang akan bawa pitter pulang hari iniiii~"
chris remes puncak kepalanya sendiri, keliatan prustasi.
"ileona"
itu bukan suara iliyas ataupun chris, tapi iliyas yang kenal itu suara pitter, saat itu juga tangisan dia berenti. ngeliat pitter yang berdiri dibawah anak tangga dikamar itu.
"abang"
pelan iliyas nyebutnya, bahkan mungkin pitter enggak denger. tapi chris yang di deket iliyas itu pasti denger, cuma nada suaranya itu gemeter.
chris yang juga ngeliat ke arah belakang karena pitter di belakang dia, ngerasa nada iliyas getar itu berbalik ngeliat iliyas
dan akhirnya pun dia sadar kalau enggak cuma nada iliyas aja yang gemeter, tapi tangannya juga.
