BAB 46

1.7K 244 73
                                    

AUTHOR POV


Dengan langkah tergesa Freen berlari menuju resepsionis salah satu Rumah Sakit Swasta yang paling dekat dengan lokasi kecelakaan sesuai petunjukkan sahabatnya, Nam.

Prim mengikutinya dari belakang. Beberapa orang yang ada disana tampak menyadari bahwa yang datang adalah dua selebritis yang sangat terkenal di negara tersebut. Tapi tipikal orang-orang Thailand adalah orang-orang yang sangat menghargai privasi orang lain, jadi tidak ada yang mengganggu mereka berdua.

"Nona, apa bisa memberitahuku apakah ada pasien yang bernama Becky Armstrong?" Tanya Freen dengan wajah tegangnya.

Gadis muda yang duduk di belakang meja Front Office Rumah Sakit tampak mengotak ngatik keyboard untuk mencari data.

"Pasien atas nama Becky Armstrong sedang berada di ruang Operasi lantai tiga nona. Di sebelah kanan ada lift, anda bisa menggunakannya untuk menuju ruang operasi" ucap sang resepsionis sambil menunjuk ke arah lift dengan sopan.

Freen segera bergegas menuju lift diikuti oleh Primiily yang tampak tidak banyak bicara. Dia hanya tidak ingin Freen sendirian menghadapi hal ini. Dia sendiri juga terkejut, bagaimana bisa Becky tiba-tiba kecelakaan bersama Non.

"Ya Tuhan. Selamatkan Becky. Aku mohon. Aku janji akan sangat menjaganya jika dia selamat" Freen berdoa dalam hari dengan menggenggam erat tangannya sendiri menyalurkan kegelisahannya yang tak terbendung.



Sementara itu.......





Di depan ruang operasi tampak Nyonya Rawe dan Roy Armstrong duduk di kursi panjang yang disediakan untuk penunggu atau keluarga dari pasien yang sedang dioperasi. Semburat kesedihan tampak jelas di wajah mereka.

"Becky, kenapa ini bisa terjadi nak. Jangan tinggalkan mama sayang. Hiks hiks" Guman nyonya Rawe penuh kesedihan.

Putra sulungnya dengan setia memeluk ibunya dari samping untuk memenangkan mamanya.

"Tante! Phi Roy!" Seseorang memanggil nama mereka berdua.

"Freen!" Sergah Nyonya Rawe. Dia tidak menyangka mantan calon menantunya akan datang malam ini. Tepatnya tengah malam ini. Karena waktu sudah menunjukkan pukul duabelas malam.

Freen langsung duduk di sebelah nyonya Rawe dan memeluknya erat. Sementara Roy hanya menatap mereka dengan tatapan sendu.

Primiily yang datang bersama Freen, memutuskan untuk duduk di kursi yang berbeda. Dia tidak ingin mengganggu interaksi mereka bertiga dan memilih untuk memberi jarak dan hanya menemani orang yang dia inginkan jadi kekasihnya dari jauh.

"Becky...., Freen!, tante tidak mau kehilangan dia" Pekik nyonya Rawe meluapkan isi hatinya setelah pelukan mereka terlepas.

"Freen juga tante. Mari berdoa agar operasinya lancar" ucap Freen berusaha menenangkan padahal dirinya sendiri merasakan kecemasan yang luar biasa.

"Phi Roy bagaimana ini bisa terjadi?" Sambungnya kemudian seraya menatap lawan bicaranya.

"Satu jam yang lalu pihak kepolisan menelpon phi tentang kecelakaan Becky dan Non. Jadi kami segera kesini. Phi juga tidak tahu kenapa bisa terjadi kecelakaan, yang jelas pihak rumah sakit tadi membutuhkan tanda tangan kami segera agar bisa melakukan operasi pada Becky. Yang phi tahu, Becky......,, becky.... tertusuk benda tajam pada bagian perut bawah yang mengakibatkan perdarahan hebat. Kepalanya juga dikatakan mengalami benturan. Phi hanya berharap Becky bisa selamat, jadi mama dan phi segera menandatangani persetujuan operasi itu dengan segala resikonya asal Becky bisa tetep hidup Freen"

"Hiks.. hiks..."

Roy bercerita lalu menangis karena tidak kuat membayangkan kondisi adiknya.

Freen yang mendengarkan itu merasa geram. Kesedihannya kini berubah menjadi amarah.

I am Here For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang