BAB 43

1.5K 170 31
                                    

Jam analog yang terpajang di dinding ruang terapi, di sebuah rumah sakit jiwa terlihat menunjukkan pukul empat sore, ketika seorang calon psikolog muda tampak termenung sambil meletakkan kepalanya di atas meja.

Pikirannya menerawang jauh mengingat peristiwa yang dialaminya seminggu terakhir.

Dimulai dari pertemuannya yang menggairahkan dengan mantan kekasih di dalam lift yang macet.

Dua hari setelah itu, tiba-tiba rumahnya didatangi tiga laki-laki tangguh memakai setelan jas formal, disaat dia baru pulang dari tempat magang.

Ketika dipersilahkan masuk, ketiga laki-laki itu memperkenalkan diri sekaligus mengatakan tujuan mereka.

Lelaki yang pertama, terlihat gagah dan berotot namun dengan sopan menyerahkan sebuah paper bag pada Becky. Dia memperkenalkan diri sebagai bodyguard kepercayaan dari Freen Chankimha. Datang dengan tujuan memberikan satu set perhiasan mewah yang harganya mungkin sangat fantastis.

Lelaki kedua dan ketiga yaitu seorang Notaris dan seorang Pengacara menemui Becky dengan tujuan yang sama yaitu menyerahkan sertifikat tanah berupa sebuah villa mewah yang berada di Phuket, dimana kepemilikannya sudah dialihkan dari nama Freen Chankimha ke nama Becky Armstrong.

Pada awalnya Becky menolak semua pemberian Freen itu. Namun ketiga laki-laki itu memohon pada Becky untuk menerimanya, agar mereka tidak bermasalah dengan oknum yang meminta mereka melakukan semua itu.

Siapa lagi kalau bukan sang artis tersohor, Freen Chankimha.

Akhirnya Becky, mau tidak mau menerima pemberian Freen.

"Aku tidak menyangka dia serius dengan ucapannya waktu itu, saat menawari ku perhiasan dan rumah mewah. Huff!! Kapan dan bagaimana caraku mengembalikan semua ini?"

Becky menghembuskan nafasnya dengan kasar, sembari mengangkat kepalanya lalu menyenderkan tubuh lelahnya pada senderan kursi.

"Sebaiknya aku pulang" guman Becky lalu berjalan ke luar ruangan menuju basement rumah sakit yang disulap menjadi tempat parkir khusus pekerja dan mahasiswa praktek.

Dengan langkah gontai dia menuju mobilnya. Suasana tempat parkir tampak lengang karena mungkin sebagian karyawan sudah pulang terlebih dahulu.




"Tiiittttt Tiiiitttt"






Becky menekan remote pada kunci mobilnya sehingga mobil yang terkunci, terbuka secara otomatis.

Becky pun segera membuka pintu kemudi mobil sampai sebuah tangan menariknya, lalu mendorongnya masuk ke kursi belakang mobilnya sendiri setelah terlebih dahulu pintu belakang mobil itu dibuka oleh orang tersebut.





"Aaawwwww" pekik Becky setelah bokongnya menyentuh kursi.

"Siapa kau?! Apa mau mu?! TOLOO...."
mulut Becky segera dibungkam oleh tangan orang itu sebelum Becky semakin menjerit.





Orang yang saat ini memakai topi, masker, hoodie dan celana training berwarna serba hitam merangsek tubuh Becky di dalam mobil untuk menghentikan perlawanan sang mahasiswi jurusan S2 psikologi itu.

"Tenanglah sayang, ini aku kekasihmu" ucap orang itu dengan tenang.

Becky terdiam mendengar suara dari seseorang yang ternyata adalah wanita yang ia kenal.





"Freen?!" Pekiknya.

"Pelankan suara mu. Kenapa suka sekali berteriak? Kita tidak sedang bercinta Beck" guman Freen lalu memberi jarak pada tubuh mereka berdua.

I am Here For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang