BAB 6

2.6K 189 6
                                        

Freen memeluk erat sang ayah begitu dia masuk ke dalam rumah.

"Ayah aku sangat merindukanmu" pekik Freen manja

"Ayah juga merindukanmu" jawab ayahnya sambil membalas pelukan Freen.

Sang ibu hanya tersenyum simpul melihat dua kesayangannya saling memeluk.

"Bagaimana kabar ayah? Apa tidak bisa cari kerja disini saja? Toko roti ibu sudah berkembang sekarang. Sebentar lagi akan membuka cabang baru di pertokoan pusat kota Bangkok. Lalu ada sebuah cafe yang meminta disuplay beberapa jenis roti bestseller di toko roti ibu. Ibu sedang mengurus kerjasamanya" -Freen

"Freen. Ayah sekarang sudah ditunjuk jadi wakil direktur disana. Penghasilan ayah sudah hampir menyamai CEO sebuah perusahaan di Thailand jika mata uang disana diubah ke satuan mata uang kita disini. Tunggu ya, ijinkan ayah berjuang dulu. Ayah harus mengangkat derajad keluarga kita dengan cara seperti ini. Kakakmu Kirk juga masih berjuang menamatkan S2 nya di Prancis"

Freen hanya bisa menatap ayahnya sendu.

"Freen tidak senang jika ayah dipromosikan jadi wakil direktur?" Tanya sang Ayah

"Tentu saja senang. Tapi ayah jauh" - Freen.

"Bukankah sedari dulu ayah meminta kalian semua tinggal bersama ayah di Belgia tapi kamu menolak"

Freen terdiam lagi.

"Jika sekarang ayah memintamu tinggal di Belgia bersama ayah. Apakah kamu akan menolaknya lagi dengan alasan yang sama?"

Freen terkejut mendengar ucapan ayahnya.

"Ayah kenapa membahas ini lagi?. Bagaimana dengan toko Roti ibu?" Rajuk Freen.

Sang ayah tersenyum smirk. "Sejak kapan kamu memikirkan ibumu lebih dari memikirkan dia. Bukankah kamu bilang, dia adalah prioritasmu?"

Freen kembali mengingat ke masa lalu. 3 tahun lalu Tuan Arthit sudah meminta istri dan anak-anaknya untuk pindah ke Belgia mengikutinya. Tuan Arthit mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Industri makanan yang cukup terkenal di dunia. Untuk menaikkan derajad hidup keluarganya, Tuan Arthit meninggalkan zona nyamannya sebagai pekerja kantoran di negerinya sendiri untuk merantau di negara asing.

Hanya saja Freen menolak. Ibu dan kakak Freen tidak tega meninggalkan seorang anak berusia 14 tahun itu sendirian di Thailand, maka dari itu mereka tidak ikut ajakan sang ayah.

Alasannya? Terlalu sederhana untuk anak usia 14 tahun. Tetapi bagi Freen sendiri, alasan itulah yang membuatnya tetap baik-baik saja dalam menjalani hidupnya.

"Nanti Becky sedih jika aku tidak ada disini. Becky itu prioritasku. Nanti siapa yang menjaga di sekolah Becky? Kalau dia butuh aku dan aku tidak ada bagaimana? Aku tidak bisa melihatnya menangis. Bla bla bla"

Freen terus bicara tanpa henti pada ayahnya untuk mengungkapkan alasannya untuk tetap tinggal di Thailand.

**********

Becky POV

Mataku sedikit terbuka ketika ada cahaya menerobos masuk ke kamarku. Sudah pagi ternyata.

Aku melihat ke kiri dan kananku. Bukankah semalam aku tidur di Sofa dengan tubuh Freen di atasku. Kenapa sekarang bisa ada di ranjang. Mengingat kejadian kemarin malam membuatku malu.

Huaaaaa bisa-bisa nya aku melakukan itu dengan Freen.
Aku menutup wajahku yang memerah dengan kedua telapak tanganku.

Tunggu! Dimana Freen?
Aku menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Aku sudah berpakaian lengkap.
Freen kah yang memakaikannya?

I am Here For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang