"Hellooo... ,namaku Pica, Picasa andasari." Ada celetukan dari pojok ruangan ketika kami sedang berkumpul di aula asrama. Anak cuek itu memperkenalkan dirinya di hadapan seluruh penghuni diasrama. Tubuhnya kurus tinggi dan hidungnya pesek, kulit tubuhnya putih, hanya saja ada manik seperti mata bayi disana .
Seluruh isi asrama tertuju pada cewek cuek itu. Rambutnya digerai sebahu, ia tidak mempedulikan kaka senior nya yang sedari tadi memelototi nya. Tak ada yang berubah dengan wajahnya. Cuek.
"Oke, kita disini tidak akan memperkenalkan diri kalian satu persatu tapi kami hanya akan mengumumkan pembagian kamar, kami sudah melihat attitude kalian sehingga ini tidak bisa di ganti-ganti kecuali atas ijin kami." Tegas ka Ros yang terkenal galak. Garis rahangnya keras, matanya sebesar biji jengkol muda yang masih kekuningan, enaknya dicocolin pake sambel terasi digigit bunyinya 'kriuk' , serenyah apel wasington, hobinya melotot, atau mungkin memang bawaannya seperti itu.
"Huuuuu..." suara pecah seperti ada regu koor dadakan, serentak menyorakinya.
Penghapus telah diketok tiga kali, nama kami sudah disebutkan , kebetulan Pica kebagian bareng teman satu angkatan, jadi tidak beban, Pica satu kamar dengan si Bonder, si Bonder mempunyai tubuh gempal, jika difoto berasa angka satu dan nol bersebelahan, tapi anaknya cantik, hidungnya bangir, pintar memasak dan berdandan, duh beneran, dibalik kelebihan berat badan benar ada wajah cantik menawan , "gubrak!"
Meli dia sekamar dengan widi dilantai bawah, kamarnya paling ujung, sedangkan Uming berdua dengan kakak tingkat, kebetulan kaka tingkat nya sedang praktik luar jadi Uming bisa menikmati kamarnya dengan leluasa.
Begini curhatan teman yang sekamar dengan kakak senior:
"Kalo gak ikutan belajar kagak enak, giliran belajar, ditinggal tidur, udah gitu suara ngoroknya berasa pake toa, duh ampe dua bantal buat nyumbat telinga, masih tembus juga..." cerita medya penuh ekspresi diakhiri dengan suara tawa yang keras serempak pas jam istirahat dikelas.
"Iya beneran, aku gondok juga tuh sama kaka di sebelah tempat tidurku, kalo sudah semakin malam, udah banyak ngigau, ngiler, eh giliran dibangunin pas ngigau malahan marah-marah!"tawa kami pecah semakin keras, medya masih mempraktikan kelakuan kaka seniornya.
Nabila juga ikutan nimbrung. "Beneran ih, kaka dikamarku sukanya kalau malam, teleponan sampe malam, udah gitu dia pake hedpon masih bisa juga denger nih kuping."
Beda lagi sama Yunce yang hanya menyimak, maklum dia kan anak kesayangan ibu asrama, tugasnya sebagai ketua lorong bawah . Dia hanya menarik bibirnya sedikit saja, kata kami sih namanya senyum basa-tapi basi! Huwahahha...
"Hai, Pikachu, gimana dengan loe? Gak ada yang seru ya makanya kaya katak keinjek. Ngok!" Ejekan Meli melebarkan hidungnya seperti babi. membuat kuping Pika memerah.
"Sante mba bro, belum saatnya beraksi kan, aku piss aja deh, kan lagi mesra-mesranya nih."lirik Pica kearah teman satunya.
"Duh salting nih ceritanya hahaha, salah kesting" ejek Meli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asrama, asmara & samara
FantasyCerita tentang anak cewe dengan hidung gak mancung dan gak bangir sebut saja 'pesek' untung ketutup kulit tubuhnya yang putih dan tinggi badan nya yang semampai. cewe satu ini rempong dan suka sekali membuat seisi asrama gempar. berulang kali ia b...