bagian 29

554 33 0
                                    

Pica masih belum bisa sepenuhnya menutupi kejadian barusan, keputusan Kemas yang baru saja menobatkan dirinya sebagai kekasih?????

"Gue? " Pica menunjuk hidungnya sendiri kearah Kemas. Ia hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum nakal.

"Oh,Pica." Tangan Alvin sudah menyalami nya.

"Yuk masuk! ditungguin dari tadi, gak asik tau gak ada lu main."Alvin mengajak kami masuk.

Kami kaya bebek sama tukang angonnya ikut aja ke ruang paling belakang berukuran sepuluh kali sepuluh meter, disana sudah ada beberapa temennya melambaikan tangannya ke kami, seorang om om tadi juga ada disana.

"Pic, itu papah gue."
Bola matanya Pica melebar dan memanjang memelototi lelaki separuh baya yang dikiranya tadi om-om yang akan membeli keperwanananya. Tingginya gak beda jauh dengan Kemas, kulitnya bersih dan memiliki karakter wajah juga gak jauh beda, 'Adipati dolken kw 3'.

"Sore, om?" Sapaan Pica masih terlihat kikuk pada lelaki dengan pakaian jersey yang menghampiri kami, sorot ketakutan tadi juga belum sirna dari tatapannya Pica, wajahnya kebanyakan ditundukan.

"Ini to yang namanya Pica, cantik! Gimana lukanya udah sembuh, belum?"

"udah om." Pica menganggukan kepala, setelah menyalami nya. Luka dipelipisnya memang sudah terlihat mengering.
Kemas meninggalkan dirinya dengan papahnya, ijinnya sih ke toilet, ganti pakaian jersey yang dikasih sama papahnya.

"Ember juga tuh mulut Kemas, sampe -sampe papahnya tahu kalo gue kecelakaan." Lagi-lagi Pica membatin.

"Maaf om,Pica ke sana dulu." Pica meminta izin untuk pergi dulu.

"Oh ya, Pica, jangan kaget kalo anak om sering nakal ya."

"Oh, gak kok om, Kemas orangnya baik kok om."
Main manggut manggut aja,apa dia tahu kalo sebenarnya si Kemas baru ngerjain gue.
Pica sedikit berlari mau keluar, tapi lagi lagi ia berpapsan dengan Kemas dari toilet.

"Masih mau kabur? Belum percaya juga kalo gue baiknya beneran."

"Hu-uh.gue mau balik aja, gue canggung disini."

"Gak sopan tau kalo lu udah disini ketemu papah gue,lu malahan kabur."

"Eh gue bisa ngomong bentar gak?" Pica memohon dengan sorot mata bayinya.

"Nggak!nanti sehabis futsal baru boleh." Pica kembali masuk karena tak mungkin meninggalkan lengan tangannya saja yang dicengkeram kencang sama Kemas.

"Duduk aja dulu nunggu di bangku itu,udah dipesen ama papah, lu tinggal pesen makan sama minum nya aja mumpung gratis."

"Maksud lu?" Pica masih ngeyel juga, ( red:lama lama gue setuju deh kalo dipukul punggung belakangnya biar mau diem)

"Ya lumayan lah,biar lebih hemat, gue lihat tadi kan uang lu tinggal sisa dikit aja,haha." Suara Kemas lirih tapi menghujam, makjkeb!

"Ini nih menghinanya keterlaluan. Klo kesadaran gue udah penuh gue bawa perlengkapan tukang gue, udah tak berkutik lu , Mas!" Pica mendedam dalam batin.

Pica akhirnya pergi mengikuti perintah Kemas ke tempat duduk yang katanya sudah dipesan papahnya.
Ia duduk masih dengan perasaan gak karuan mengingat kejadian hari ini, sedari pagi hingga sepetang ini hidupnya seperti rolcoaster.

Seorang waiters dengan potongan rambut cepak, sepasang kacamata cantik luwes bangeet nih waiters, (red:padahal gue udah cantik ya (kepedean nih, hueks) tapi kalo liat orangnya luwes , cantik, bersih, wangi , tuh penyakit irinya kambuh) tiba -tiba mendatangi Pica,

"Sore, mba." Sapanya manis sekali.
"Sore mba, ada apa ya mba?"
Tuh kan iseng nya kumat lagi, mbak-mbak waiters nya bengong, denger jawaban Pica. Go mad! Untung mbak nya baik, gak langsung kabur, terus lari sambil nangis bombay.

"Saya bawa list menu makanan mba." Kata waiters tadi pantang mundur.

"Ya buat apa?" Duh Pica mulai kumat beneran, otaknya udah loading 100% sepertinya. Waiters di depannya celingak celinguk, mungkin menyangka pelanggannya itu sedikit 'gila'. Pica tak tega juga mengerjai orang yang baru dikenalnya.

"Jangan terlalu serius mba, saya minta satu air mineral dingin, sama segelas jus wortel tanpa gula, eh ya tambah satu porsi frenchfries keju ya mba."

Seorang waiters tadi berlalu, tak menunggu lama satu botol air mineral sudah ada dihadapannya.

"Makasih." Kata Pica memuji.

"Sama-sama, ada pesanan lagi mba." Pica menggeleng.

"Gluk gluk,gluk" beberapa kali tenggak air mineral dingin udah lumayan membuat tenggorokannya basah,gilak ternyata rasa takut dan menangis cukup membuat dirinya dehidrasi.

"Huuh!"pica menepuk-nepuk dadanya karena air mineral yang dia minum hampir saja membuatnya tersedak.
Pica masih tak habis pikir dengan kelakuan nya Kemas. Apa benar ia barusan nembak dia apa akal-akalan saja agar gue ga pergi .
Pica menghabiskan hampir separuh kentang goreng dihadapnya, meskipun otaknya masih belum koneksi karena kejadian tadi yang membuatnya sempat amnesia lokal,kedua tangan Pica sedang menyangga dagunya.sesekali Pica menengok Kemas yang sedang asik menggiring bola bersama temannya. Kali ini mata Pica tertarik pada penyanyi cewe dengan blouse polka pink, panjangnya hanya lima belas centi dari pinggang menutup paha mulusnya, jika sedikit saja nungging tuh kelelawar didalam gua, bisa-bisa pada berterbangan dari blouse mininya, dia senyum senyum sendiri ngebayanginnya, "coba tuh penyanyi itu hidup di jaman nenek gue, belum ada g string (celana yg hanya menutup bagian depan, bagian belakang itu hanya seutas tali yang masuk ke belahan pantat), jamannya nenek gue kan celana itu panjang atas nya sampai pusar, udah gitu kendur dan ngeloyor kebawahnya keterlaluan, bisa bisa rok sama celana dalamnya balapan, bwahahah.. maaf ya mba penyanyi,tapi terimakasih suaranya itu loh sudah bikin merinding disko." Dan ternyata sedikit mengurangi kekesalan Pica.
Tetiba teleponnya berdering.

"Halo , Pic."

"Halo.mamah"

"Nak Kemas sudah nganterin ke dokter kan??"

"Iya mah,besok-besok jangan suruh Kemas deh, kan gak enak."

"Kenapa, diculik ke kafe ya, jadi kan ketemu papahnya dikafe?"

Iya, jadi, Emang mamah tahu kalo Kemas mau ngajakin aku ke kafe mah?"
"Iya, kan kemarin nak kemas yang minta ijin."
"Oh..iyamah, udah dulu ya mah, tuh si Kemas udah an futsalannya gak enak klo malahan ngobrol sendiri." "Thut!" Suara hape telah dimatikan.
Mereka berdelapan, Kemas,papahnya, Alvin dan lima temannya yang belum gue kenalin. Gue kaya putri disarang penyamun yah?

"Aduh aroma tak sedap bertebaran, salah tempat sepertinya saya."

TBC...
Bagian paling panjang sepertinya. ^.^

MINTA VOMENT NYA YAAA......
smoga gak bosen sama cerita pica dkk... dan smakin banyak vomennya biar tambah semangat buat nulis hihi #ngarep *digaploksamasemurjengkolsatupiring*
#mau #kedipkedip.

Asrama, asmara & samaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang