bagian 19

637 36 0
                                    

Pica yang comel mendadak jadi pendiem, bahkan berubah jadi cewe bisu. Wajahnya masih pucat, masih sok dengan kejadian tadi mungkin...atau ada yang berubah dengan otaknya karena terjatuh tadi.

Pica tak tertarik dan tak menghiraukan pemandangan di luar kaca mobil, sebab ia tetap masih teringat kejadian tadi sewaktu direndahkan sama sobatnya sendiri.
Entah mengapa hal ini tak menjadikannya melupakan pak Hawe yang menelentarkannya.

Didepan klinik mobilnya kemas berhenti, ia segera turun dan membukakan pintu mobil, Pica ogah menerima uluran tangan dihadapannya, Bukan karena ia masih ilfil tapi juga empet dengan kelakuan Kemas yang sok kegantengan.

"Yuk Pic.."
"Makasih,aku masih bisa jalan sendiri kok." Luka dilututnya ternyata lumayan membuat dirinya menyerah ketika Kemas membopong tubuhnya .
Pica muak bener dengan yang namanya Kemas apa karena pesona yang ditawarkan cowok ganteng ini apa karena pica membenci karena diam diam mulai suka?
"Permisi, mbak.. ada pasien ."
Dihempaskan dengan lembut tubuh pica ke tempat tidur ukuran 50×200 ini, terbalut karpet hitam, tempat tidur igd di sebuah klinik. Dua orang berpakaian putih putih datang menghampirinya.
Pica mencubit pipinya sendiri sebanyak dua kali,
"Ouch, sakit,Sukurlah aku masih hidup." Bukan dua malaikat ternyata disamping kanan kiriku. Cowo yang katanya bernama Kemas berdiri diujung kakiku.
"Oouch" kedua orang didekatku sudah begitu sibuknya, membersihkan luka luka ditangan dan kakiku.
Ada bunyi gemeretak pasir dan aspal yang menempel dikulit pada wadah stainless berbentuk seperti irisan ginjal ini.

Tiba tiba telepon berdering
"Halo.. mah, iya mah Pica di klinik dekat kampus mah, iya.."
Dan sukurlah tak ada tangan yang diperban tak ada yang parah, semuanya baik semua.
" anda kekasihnya?"
"Saya kakaknya dia." Jawab adipati dolken kawe ini. Pica terlihat masih tiduran,
"Mas bisa minta foto selfi gak?" Tanya perawat cantik nan centil.
"Okeh."
Beberapakali jepret, mereka mengumbar senyum sedikit dipaksakan untuk memperoleh gambar yang diinginkannya.
"Makasih mas." Pica sudah turun dari tempat tidur igd itu, jalannya masih pincang, tak ada retak dan luka lain yang parah.

Dua orang datang dengan tergopoh, langkah kakiwa krakkruk krakkruk. Mamah papah nya Pica.
"Pica...., kenapa nak?" Tanya ibunya sedikit cemas.
" enggak papa mah.., pica teledor, maaf." Wajahnya tertunduk murung.
"Lha, siapa yang bisa menolak musibah.?" Kata papahnya Pica juga menambahkan.
"Papah, kangeeen.."
Pica sudah tenggelam dalam pelukan papahnya yang berperawakan gempal itu. Papahnya Pica hanya mengelus rambut dan kepala anak nya itu.

"Yang bawa kesini siapa?"
Tanya mamahnya Pica.
Tangannya Pica menunjuk hidung cowo ganteng di belakangnya.
"Halo tante, saya Kemas, anak ekonomi temannya Pica."
"Makasih lho nak Kemas, udah nolongin Pica." Jawab mamah dengan mata berbinar.
"Jangan lebay deh mah, dia temennya si Meli kok mah." Bisik pica setelah melepaskan pelukan dari papahnya. Papah Pica sudah menyalami si Kemas. Yah malahan anak yang kecelakaan dicuekin.

"Ya udah tante, saya pamit dulu."
" Kapan-kapan main juga ke rumah ya nak Kemas." Lanjut mamahnya Pica penuh harap.
"Duh mah jangan bikin tengsin dong mah, malu maluin." Pica menyeret tangan mamahnya yang gak mau berhenti ngikutin Kemas.
Tubuh jangkungnya tadi sudah berlalu menuju mobilnya, kini tinggal Pica dan kedua orang tuanya.
"Mah belum bayar uang perawatan," kepala Pica kembali bergelayut dipundak ayahnya manja, mamahnya buru buru ke kasir untuk membayar tagihan klinik.
Si kasir hanya tersenyum mamahnya kembali ke arahnya dan papahnya.
"Pic, siapa sih kemas itu, kok baik banget, bill nya udah dibayarin juga."
"Tau, cowo rese! Pica gak suka mah, biar besok tak bejeg-bejeg , belagu, sok care dan sok kaya juga tuh mah nyebelin."
"Hus hus anak ayah gak boleh benci sama orang dong." kata ayah anteng.
"Iya tuh kelakuan Pica ikut siapa , nanti jatuh cinta lho pic."jawab mamahnya.
Kami bergegas untuk pulang keasrama.

Asrama, asmara & samaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang