Mata pica tak bisa lagi terus berbohong, ada kekecewaan, rasa marah, matanya melirik tajam kearah Kemas namun masih bisa ia tahan untuk tidak berkata kasar.
"Gue udah minta maaf kan soal kelakuan gue, kejailan gue, kenapa lu masih jahatin gue, gue gak kenal lu gue juga baru kenal ama lu,gue gak mau berbuat dosa lebih banyak lagi."
"Terus?"
"Terus? Lepasin gue, dan gue gak akan lagi berurusan dengan lu."
"Terus?"
"Gue gak mau lagi kenal ama lu, terimakasih buat semua kebaikan lu baik yang tulus dan yang hanya pura pura." Pica berulang kali menggigit bibirnya sendiri, untuk menguatkan dirinya, tangannya terus menerus di remas nya.
"Terus?"
"Gue mohon, lepasin gue, jika lu mau tebusan,gue cuma bawa hape kalung liontin hadiah ultah gue taun lalu dari bokap, dan uang sisaan berobat tadi gue kasih ke elu. Tapi gue mohon lepasin gue." Pica melucuti semua kalung liontin,hape dan beberapa lembaran uang lima puluh ribuan dan menyerahkannya ke tangan kanannya Kemas yang sedari tadi menggenggam erat tangannya, airmatanya masih bercucuran.
"Terus." Suara Kemas kali ini terdengar parau, namun sudah tak dihiraukan lagi oleh Pica.
"Terus gue utang duit dulu buat bayar taksi,karena itu uang terakhir buat jatah bulan ini." Pica tak berhenti mengusap telapak tangannya untuk memohon.
"Terus?"
Pica geregetan mendengar teras terus nya Kemas, ia sudah meremas-remas telapak tangannya sendiri, ingin sekali ia menonjok mukanya Kemas, agar terpuaskan rasanya.
"Terus? "
"Lepasin gue peliiiis...." airmatanya sudah kemana mana, muka Pica sudah gak beraturan. Kedua tangannya digosok gosokan didepan dadanya terus memohon agar dirinya dilepaskan, luka pada pergelangan tangannya ikut basah karena airmatanya.
Ia sungguh merasa telah salah bertemu dengan orang, telah salah menilai orang. Hatinya hancur sehancur hancurnya, melihat kelakuan orang yang sudah berbuat baik padanya ternyata hanya topeng untuk menutupi kebejadannya.
"Terus?"
"Gue belum sempet bikin bangga orang tua, dan gue gak mau dijadiin psk gara gara kemauan lu,kalo uangnya masih kurang gue nanti mintai lagi ke ortu gue."
"Terus?"
"Lu gila! Lu jahat! lu brengsek!"kata-kata yang sedari tadi disimpan di tenggorokannya akhirnya keluar juga menghujat Kemas.
"Gue juga gak butuh kalung liontin dan hape bekasan nya lu." Kemas mengembalikannya barang kepunyaan Pica.
"Terus, gue mesti ngapain?"
Tangan Kemas sudah mendekati tubuhnya Pica,lama-lama ia tak tega juga ada seorang cewe menangis meraung-raung dihadapan nya.
Tangis pica semakin pecah berada dalam dekapan Kemas."Gue suka sama lu pic." Pica sudah tak peduli dengan perkataannya, ia sedari hanya butuh pundak,butuh dada untuk bersandar.
Kemas mengelus-elus punggungnya Pica perlahan, ia juga merasa bersalah."Pica, maafin gue ya.."
Pica melepaskan pelukannya, mengusap air matanya.
" lu suka ama gue? "
Kemas menganggukan kepalanya, mimik mukanya kelihatan serius kali ini,matanya terlihat memerah. Pandangan mereka bertemu, sorot mata Pica masih tersisa benci disana.
"Kemas...." ada panggilan dari dalam kafe. Seorang cowo seumuran dengannya,
Kemas buru-buru mengucek matanya, menyembunyikan kejadian barusan."Hai.." dia menyapa Pica setelah mendekat.
Pica juga buru buru menghapus airmatanya."Ada yang salah?"tanyanya setengah tak enak hati.
Kami kompak menggelengkan kepala.
"Gokil! Selera lu oke juga mas,"
"Kenalin temen gue, Pica ini Alvin, Alvin ini Picasa, cewe gue." (Yey, si Kemas mengaku-ngaku cowonya, kepedean lu, si Pica juga belum mengiyakan.
"Alvin, dobel a ya." Ia menyalami Pica, ia masih tersenyum kecut, emosinya belum stabil, setelah dibuat menangis dan ketakutan ia masih belum bisa menutupi kekesalannya.
TBC
Minta vomennya ya ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Asrama, asmara & samara
FantasyCerita tentang anak cewe dengan hidung gak mancung dan gak bangir sebut saja 'pesek' untung ketutup kulit tubuhnya yang putih dan tinggi badan nya yang semampai. cewe satu ini rempong dan suka sekali membuat seisi asrama gempar. berulang kali ia b...