bagian 44

239 21 0
                                    

Yeeeay...
Alhamdulillah terus diberi jalan untuk melanjutkan kisahnya Pica dan kawan kawan
Jangan lupa di vote dan ditunggu comentnya juga, biar Author juga semangat melanjutkan ceritanya.





Happy reading...



KETIKA DUA ORANG MEMUTUSKAN UNTUK TAK SALING JATUH CINTA LAGI,BERSAMAAN DENGAN ITULAH SEBAGIAN HATINYA TURUT TERBAWA.


"Hai,Pica..." seorang cowok berwajah Adipati dolken sudah ada dihadapan Uming dan Pica, sosok ganteng tadi bahkan sudah menarik kursi dan hampir menduduki kursi sebelahnya Uming, sebuah wajah teduh, kalem, lesung pipit dikedua pipinya,kulit putihnya masih sama, hanya saja wajahnya sedikit lebih tirus. Ah surga.

"Wait!" Sergah Uming, lalu tangan kanannya sudah menarik pinggiran celana pendek kain milik cowok jangkung tadi.

"Kemas, lu,lu beneran kah?"
Wajah Uming berubah pucat pasi seperti barusan melihat hantu, wajahnya ia condongkan lebih dekat ke penyuka parfum aqua di gio itu.
Kemas menganggukan kepalanya pelan, ia menarik garis bibirnya membuat lengkungan bibirnya merekah.

"Ommo!Kemas gue kangen, beneran ini lu kan?"
Lagi lagi kemas mengangguk  pelan tanpa bersuara. Uming akhirnya berdiri untuk meyakinkan dirinya.

"Cubit pipi gue." Pintanya ke cowo yang masih belum dipercayainya sebagai kemas.

"Stop!mulai lagi nih mencari kesempatan dalam kesempitan." cegah Pica mengakhiri aktingnya si Uming,lalu bergegas kesal menuju ke kursinya kembali. Jantung Pica terdengar lebih cepat.

Perasaan yang sulit dijabarkan ketika bertemu mantan, antara bahagia, sakit hati dan kayak ada pahit-manisnya gitu.

"Hahaha..." Kemas terbahak melihat kelakuan Uming.

"Kenapa sih Pic selalu menggagalkan rejekinya anak solehah."gerutu Uming memasang muka bete.
"Kapan lagi coba bisa di sentuh sama cowo ganteng kaya Kemas, gitu kan maksudnya lu Ming."Pica terkekeh melihat kelakuan temannya.

"Lu kok tau gue sama Pica ada disini."
Pica masih sibuk menikmati  frenchfries di dalam  mulutnya, tangannya sesekali mencocolkannya ke dalam saus pedasnya.

"Sakti kan gue." Jawab Kemas masih dengan sisa kegeliannya tadi karena tingkah lucunya Uming.

"Emang masih ada ya orang sakti di jaman sekarang? Kayaknya kok gak ada yang saktinya melebihi mbah Google." Bantahan  Pica lagi-lagi membuat mereka bertiga terkekeh lagi.

"Kok bisa sakti kaya gitu emang dapat wangsit dari siapa Mas?"
"Line lah."
"Ooh," Uming masih ber oh ria sambil mengangguk-anggukkan kepalanya dengan  mulutnya penuh dengan vegetable shusi.

"Gue perlu pergi ga nih Pic?"
"Kemana emang lu perginya?
"Ketentara langit?"
"Tentara langit?, seperti judul lagu, tetoet tetoet." Suara tertawa kami pecah bersamaan.
"Tentara lagit siapa lagi?" Alisnya kemas menyambung menjadi satu.

"Tuh."Tunjuk Uming ke cowo yang sedang menikmati.
"Whaaat!"
"Apa?" Tanya Pica melihat kearah yang sama.
Segelas ice chocolate.
Tangan Pica mendarat dibibirnya yang masih melongo.
Kemas ikut memperhatikan cowo dihadapannya.
"Kenapa wajah kalian? Apa belum pernah lihat seorang cowo minum es coklat gitu?"

"Enggak, belum."jawab Uming sedikit tergagap.
Pica mengangkat cangkirnya untuk mengurangi keterkejutannya dan menyeruput kembali coklat panasnya yang sudah mulai dingin.ia teringat soal tebak-tebakan tadi bareng Uming.

Sementara Kemas sedang berbincang dengan waiters kafe, Uming terlihat gusar, mimik mukanya seperti sedang galaunya tingkat dewa.

"Gimana Pica, cowok itu kok bisa pesen ice chocolate siiih?" Uming berbicara sedikit berbisik setelah sebelumnya dia menyenggol kakinya Pica dibawah meja, karena geregetan melihat wajah Pica yang seolah tanpa ekspresi. Sebenarnya wajah Pica pun terlihat sedikit pias, untung cahaya dikafe ini terlihat hangat tak begitu terang, jadi perubahan di wajahnya Pica tak kentara. Pica  malahan hanya memamerkan deretan gigi putihnya.
"Piiiic...." bisik Uming lagi, Pica hanya memberi kode lewat ekspresi wajahnya agar Uming diam.

Asrama, asmara & samaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang